MY PERSONAL ASSISTANT

MY PERSONAL ASSISTANT

Ayo Mandiri

"Apa? Ayah dipecat dari kerjaan ayah?"  Luna langsung mengerem langkahnya dan berhenti saat dia secara nggak sengaja mendengar percakapan orang tuanya di dalam kamar.

Penasaran Luna berjingkat pelan, mencoba menguping pembicaraan orang tuanya yang tampak begitu serius, dia bisa melirik mimik wajah kedua orang tuanya dari sela - sela pintu yang terbuka sedikit.

"Maaf bu, tapi perusahaan sudah tidak bisa bertahan, efek pandemi covid 19 kemarin masih berlanjut dan akibatnya banyak yang di PHK atau pensiun dini" ucap Dirga,  ayah Luna.

"Tapi ibu nggak perlu khawatir, ayah masih punya simpanan yang bisa buat kita bertahan beberapa bulan sambil ayah cari kerjaan baru" kata ayahnya.

Luna bisa merasakan kekhawatiran pada ibunya, jika ayahnya dipecat gimana caranya keluarga mereka bisa bertahan dengan keuangan keluarga yang selalu ditanggung oleh ayahnya, biaya kuliahnya, sekolah adiknya, uang darimana untuk membiayai semua itu jika ayahnya dipecat?

Luna melihat ayah dan ibunya nampak berusaha tetap tenang walaupun tidak bisa menyembunyikan gurat kegusaran dari wajah mereka. Kedua orang tua Luna berpelukan saling menguatkan satu sama lain, "Semuanya akan baik - baik saja bu, ayah bisa cari kerjaan lain. Ibu jangan terlalu risau, sudah jadi tanggung jawab ayah untuk mencari nafkah buat keluarga kita" ucapan ayahnya ini secara tidak langsung menampar Luna, selama ini dia nggak pernah sedikit pun memikirkan soal keuangan keluarga, asalkan belanja online dan semua yang dia inginkan bisa dia beli dan uang jajan selalu lancar diberikan oleh kedua orang tuanya.

Karena dampak pandemi yang cukup kencang, ayahnya menjadi salah satu karyawan yang harus menerima keputusan PHK dari perusahaan dan dipaksa untuk pensiun dini. Usia ayahnya sekarang sudah mencapai 50 tahun, dan pasti akan sulit mencari pekerjaan di perusahaan lain.

Ibu Luna menghela nafasnya, "Ibu juga memiliki tabungan yang ibu sisihkan dari uang belanja, bisa ibu pakai untuk buka warung kecil - kecilan. Kita sama - sama berjuang lagi ya. Ayah juga nggak boleh khawatir berlebihan, ingat kesehatan ayah." ibunya berusaha untuk menenangkan ayahnya agar tidak terlalu khawatir.

Luna terdiam di luar pintu kamar orang tuanya, sampai - sampai dia tidak menyadari jika pintu kamar kedua orang tuanya telah dibuka oleh ibunya. "Loh Lun, kamu ngapain disini?" tanya ibunya heran melihat putri sulungnya berada di luar kamarnya.

Luna mencoba mengatur raut wajahnya senormal mungkin untuk menghindari kecurigaan dirinya yang sudah tidak sopan menguping pembicaraan orang tuanya, "A-anu bu, Luna mau keluar lihat barangkali paket Luna udah nyampe" kilahnya.

Ibunya memandang Luna begitu juga dengan ayahnya yang ikut keluar kamar dan menghampiri Luna, "Oh kirain kamu ada perlu sama ayah sama ibu, ya sudah kamu panggil adik kamu ya habis gini makan malam" kata ibunya.

Sepertinya Luna berhasil mengelabui ibunya dengan akting payahnya itu, dia mengangguk dan segera menuju keluar sebelum ibunya memanggilnya kembali. "Lun, ibu boleh minta tolong ya, kamu jangan beli - beli baju, tas sama sepatu terus, baju kamu sudah banyak dilemari banyak juga yang nggak pernah kamu pakai. Tas juga sampai penuhin lemari gitu nggak pernah dipakai. Apalagi sepatu kamu modelnya hampir mirip semua ibu lihat. Belajar hemat dulu ya nak, supaya kamu bisa tetap lanjutin kuliah" Luna terdiam mendengar perkataan ibunya, ya sepertinya Luna harus mulai berhemat sekarang.

"Nanti kalau kamu lulus dan udah kerja, kamu boleh beli apapun yang kamu mau, tapi buat sekarang hemat dulu ya nak. Ayah kamu udah di PHK dari kantornya" kata ibunya lagi.

"Iya bu, Luna ke depan dulu ya bu. Abis gitu panggil adek buat makan. Pasti dia maen game lagi deh" ucap Luna untuk mencairkan suasana diantara dia dan ibunya yang terlihat memang cukup gusar.

Selesai makan, Luna segera masuk ke kamarnya karena dia harus mengerjakan tugas kuliahnya, karena keasyikan nonton drakor dia jadi lupa mengerjakan tugas kuliahnya. Untung saja Dindra mengingatkan dirinya, kalau tidak bisa - bisa dia dapat pengurangan poin dari dosennya yang terkenal pelit dengan nilai dan poin itu.

"Lun, kamu sibuk nak?" pintu kamar Luna terbuka pelan dan ibunya melongok dari balik pintu.

"Iya bu, ada perlu sama Luna?" sahut Luna gugup.

Ibunya masuk dan menutup pintu dan duduk di ranjang Luna, memperhatikan Luna yang sedang membuka laptopnya untuk mengerjakan tugas kuliahnya, Luna sendiri sudah memikirkan kemungkinan hal yang akan dibicarakan oleh ibunya.

"Ibu mau ngomong sesuatu, tolong kamu resapi dan dengerin baik - baik ya" kata ibunya dengan mimik wajah serius seperti sedang menunggu pengumuman pemenang lomba karaoke.

Deg.... Luna mulai gelisah, dan memainkan jari tangannya walaupun sepertinya itu tidak ada gunanya sama sekali didepan ibunya, dia hanya ingin menghilangkan rasa gelisah dalam dirinya dan yakin bahwa ibunya tidak merasakan kegelisahannya.

Ibunya menarik nafas panjang dan menghela nafasnya, "Lun, Mulai hari ini ayah sudah dipecat dari kantornya jadi ayah sekarang menganggur, tapi kamu nggak perlu khawatir. Ayah dan Ibu akan tetap berusaha membiayai sekolah kamu sama Jeje sampai selesai, sampai lulus sarjana semua anak - anak ayah sama ibu."

"Ibu cuma minta satu hal sama kamu dan adikmu, supaya kamu bisa lebih hemat sedikit. Kurangi pengeluaran yang tidak perlu atau belanja - belanja yang tidak penting lagi. Nanti kamu bilangin adik kamu juga ya, dia lebih mau dengerin apa kata kamu daripada ayah sama ibu. Dirumah ini cuma kamu yang ditakuti sama adikmu itu"

Selesai mengatakan hal tersebut, Ibunya beranjak dari ranjang Luna dan menepuk pundaknya seperti sedang membagi beban kepada Luna sebagai anak sulung hingga membuat Luna tidak bergerak, perubahan yang begitu tiba - tiba ini rupanya membawa dampak cukup berat bagi Luna.

Oke, itu artinya sekarang Luna harus mulai mencari pekerjaan sampingan agar bisa meringankan beban orang tuanya dan membantu membiayai kuliahnya sendiri, syukur - syukur bisa juga untuk membiayai sekolah adiknya yang sebentar lagi akan lulus SMA.

Tapi dimana dia bisa dapat pekerjaan apalagi saat ini dia masih berstatus sebagai mahasiswi aktif, tidak mungkin baginya untuk cuti bisa dihajar oleh ayah dan ibunya jika sampai dirinya cuti. Luna kemudian mulai mencari lowongan di website pencari kerja,  sudah satu jam dia berkutat meneliti semuanya tapi tidak ada satupun yang cocok dengannya.

 

Besoknya di kampus ditemani oleh Dindra sahabatnya, Luna masih berkutat di website yang sama dia masih terus saja scroll layar dari atas sampai bawah mencari pekerjaan yang cocok untuk dirinya sesuai dengan minatnya sendiri, sayangnya hingga sekarang Luna masih saja belum menemukan yang pas.

"Rata - rata lowongannya jadi digital marketing nih, harus bisa design, harus siap kerja dibawah tekanan" kata Dindra.

"Dibawah tekanan? Aduh nggak deh, hidup gue udah banyak tekanan. Gue nggak mau nambah tekanan hidup lagi, bisa gila gue" jawaban Luna membuat Dindra gemas, membayangkan Luna yang tidak punya pengalaman apapun dalam bekerja sekarang kelimpungan mencari pekerjaan yang sesuai dengan dirinya, atau kalau kata orang sekarang sesuai dengan passionnya.

Terpopuler

Comments

Seraphine

Seraphine

makasih ka

2023-07-08

0

calliga

calliga

Syemangattt :3

2023-07-07

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 63 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!