Image itu penting tapi....

Rein telah selesai bersiap - siap dan mereka segera pergi ke lokasi pemotretan menggunakan mobil jemputan yang disediakan, sepanjang perjalanan Rein kembali memejamkan mata tapi tidak tertidur.

"Rein" panggil Luna.

"Hmmm" Rein membuka matanya malas, dan melihat Luna menyodorkan segelas kopi untuknya dengan tersenyum.

"Lo ngapain senyum - senyum? Udah gila ya lo?" balas Rein sambil tetap mengambil kopi dari tangan Luna.

"Sembarangan aja lo kalau ngomong, kan lo minta sendiri tiap pagi kudu minum kopi, terus in case kalau misal lo nggak tahu. Mulai sekarang gue bakal jadi asisten lo secara full time sampai kontrak gue berakhir enam bulan lagi. Jadi gue harap kita bisa kerjasama dengan baik" ucap Luna menjelaskan.

Rein menggangguk saja mendengar itu, "Aichi, gue pengen makan ayam betutu buat sarapan" tiba - tiba saja Rein mengajukan permintaan yang cukup bikin Luna melongo.

"Hah? Ayam betutu? Pagi - pagi begini?" tanya Luna setengah tidak percaya.

Rein mengangguk, dalam hati dia tersenyum jahil melihat ekspresi Luna yang kebingungan dengan permintaanya, "Lo cari deh tuh ayam betutu pagi - pagi gini" batin Rein senang karena merasa berhasil ngerjain Luna yang sekarang asyik menscroll aplikasi ijo dan oren mencari penjual ayam betutu.

"Rein bisa makan yang lain aja nggak, ayam betutu nggak tersedia pagi - pagi begini, adanya baru siang" pinta Luna setelah lima belas menit mencari - cari di aplikasi ponselnya. Rein menggeleng, dia tetap bersikukuh untuk makan ayam betutu pagi ini.

"Gini, acara pemotretan kan mulai jam 10 sebelum acara dimulai gue mau itu makanan udah ada di depan gue atau gue nggak mau nerusin pemotretan ini" jawab Rein sambil turun dari mobilnya dan masuk ke studio sesampainya dia di lokasi.

Luna berteriak frustasi, "Gila cari ayam betutu dimana pagi - pagi gini?" tanya Luna setengah gila menanggapi permintaan Rein.

 

"Nih, ayam betutu" ucap Luna sambil menyerahkan sebuah bungkusan berisi ayam betutu lengkap dengan nasi dan makanan pendampingnya.

Rein mengernyit heran melihat Luna berhasil membawa ayam betutu yang dia pesan, "Kok lo bisa dapat?" tanya Rein heran.

Luna tersenyum meledek, "Makanya jangan remehin gue, buruan makan. Terus langsung pemotretan" jawab Luna, dalam hati dia bersyukur karena petunjuk dari driver yang mengantarnya dia bisa mengetahui tempat menjual ayam betutu sepagi itu. Walaupun dia harus membayar dengan harga yang sedikit lebih mahal, tapi paling tidak dia berhasil membawa pesanan Rein yang sudah seperti orang hamil lagi ngidam, sampai kemudian dia mendengar suara riuh dari luar studio.

Seorang perempuan langsung masuk begitu saja tanpa permisi, dari sorot matanya terlihat senang melihat keberadaan Rein disana, "Reinnn...." Natasya Devina perempuan yang Luna tahu adalah lawan main Rein di film yang kemarin dia tonton bersama dengan Dindra dan Amanda itu langsung memeluk Rein tiba - tiba. Luna bisa melihat mata Rein melotot.

Sejenak Luna ingin tertawa melihat ekspresi Rein yang shock dan kaku, dia segera mendelik ke arah Luna untuk segera menyingkirkan Natasya yang sedang memeluknya, Luna tahu jika Rein harus menjaga image dan tetap bersikap 'manis' didepan semua orang karena citranya sebagai artis baik hati dan tidak sombong dipertaruhkan.

"Maaf, jangan peluk - peluk mbak" spontan Luna langsung. Natasya segera melotot ke arah Luna, matanya yang penuh dengan tumpukan bulu mata palsu yang sedikit mengsol karena lem bulu mata nggak pas ditambah eyeliner serta riasan mata smooky eyes yang bikin Natasya lebih mirip banci taman lawang ketimbang artis pendatang baru yang namanya naik akibat skandal perselingkuhan dengan sutradaranya sendiri itu tidak membuat Luna takut.

Justru dia khawatir dengan kondisi Rein yang tampak shock tiba - tiba dipeluk oleh makhluk luar biasa seperti Natasya. Luna tahu jika Rein selalu berusaha menghindari kontak fisik dengan lawan mainnya di luar syuting dia tidak mau terlibat skandal lagi setelah terakhir dia terlibat skandal narkoba dengan Vania.

"Lo siapa ngatur - ngatur gue buat nggak boleh peluk - peluk Rein" seru Natasya marah dengan mata mendelik seakan bola matanya hampir saja lepas.

"Maaf ya mbak, tapi saya cuma jaga artis saya biar nggak ada salah paham nantinya. Lagipula mbak nggak lihat, kalau muka Rein udah risih begitu" seloroh Luna.

Natasya melirik ke arah Rein, dan memang Rein tampak risih dan memandangnya tajam. "Sialan Rein, kenapa mukanya keliatan nggak suka gitu sih sama gue? Emang gue kurang menarik dan kurang seksi apa?" batin Natasya dalam hati.

 

Acara pemotretan berlangsung selama beberapa jam, kali ini Rein akan melakukan pemotretan untuk promosi sebuah produk bersama dengan Natasya, beberapa kali Natasya terlihat mencari kesempatan menggoda Rein. Dia terus menempelkan dan membusungkan dadanya demi 'dilihat' oleh Rein, tapi Rein terus saja menghindar dan terlihat risih bahkan jijik.

"Rein, pose lagi, okeee tangan dan dagunya diangkat dikit" fotografer terus mengarahkan gaya untuk mereka berdua, dan sekali lagi Natasya berusaha mendekati Rein terus menerus dan menggodanya.

Sampai akhirnya Rein risih dan mendorong tubuh Natasya hingga perempuan itu terhempas, "Eh Nat, aduh sorry gue nggak sengaja. Kayaknya gue kesandung deh" ujar Rein tapi tidak menolong Natasya yang masih terduduk itu sampai Natasya dibantu oleh staff lain untuk berdiri.

"Eh iya, nggak papa kok Rein. Kamu kan nggak sengaja" jawab Natasya sambil tersenyum keki usahanya menarik perhatian Rein sia - sia.

Pemotretan yang berlangsung selama 3 jam itu akhirnya selesai, dan tanpa mengatakan terima kasih kepada semua orang, Rein langsung ngeloyor pergi ke tempat parkir diikuti oleh Natasya di belakangnya.

"Rein tunggu...." panggil Natasya.

Rein dan Luna menghentikan langkah mereka dan menoleh, "Ada apa mbak?" tanya Luna.

"Ih lo kok manggil aku mbak sih? Lo kira gue orang kampung, pake dipanggil mbak. Panggil gue Ci Natasya dong kayak yang lain. Lo nggak lihat apa muka gue udah chindo banget kayak gini" seru Natasya sebal.

Luna memutar matanya malas, "Chindo dari hongkong, semua orang juga tahu kali dia bukan chindo tapi jawa tulen dari purwokerto, gue yang asli chindo aja nggak masalah di panggil mbak sama orang - orang" batin Luna sebal melirik tingkah Natasya yang lagaknya sudah seperti artis papan atas.

"Iya jadi mau apa ci Natasya? Ada perlu apa?" tanya Luna berusaha untuk tetap sopan.

"Gue mau nebeng dong, kalian mau kemana?" tanya Natasya dengan nada yang seolah dibuat - buat agar terlihat imut tapi justru lebih mirip seperti suara bebek kecekik.

Rein tidak menjawab dan langsung masuk ke mobilnya, meninggalkan Natasya yang terlihat mencak - mencak karena diabaikan oleh Rein.

Episodes
Episodes

Updated 63 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!