What the.....

Dokter yang dipanggil Luna akhirnya datang juga setelah memakan waktu kurang lebih 30 menit lebih, Luna bisa melihat Roy sangat panik saat melihat Rein demam, "Kayaknya kok lebay banget sih demam gitu doang. Diminumin paracetamol juga beres kayaknya" batin Luna menganggap reaksi Roy cukup berlebihan.

Tak lama memeriksa Rein, dokter itupun keluar setelah menyerahkan resep untuk ditebus. "Lo pasti kaget banget ya?" tanya Roy tiba - tiba.

"Lumayan sih Mas, emang beda ya kalau artis demam langsung panggil dokter pribadi buat meriksa" jawab Luna.

Roy tersenyum mendengar ucapan Luna yang terkesan mengejek itu, "Rein itu nggak boleh sakit Lun" jawab Roy.

Luna mengernyitkan dahinya tidak mengerti, "Hah, gimana? Nggak boleh sakit? Robot kali nggak boleh sakit" batin Luna dalam hati.

"Rein menderita autoimun, dia tidak boleh demam atau sakit sekecil apapun karena itu akan membahayakan jiwanya. Itulah kenapa dia harus menjaga makanannya baik - baik" jelas Roy.

Luna menatap Rein iba, dia mengidap auto imun tapi masih harus bekerja keras demi memenuhi keinginan ibunya, sekarang Luna mengerti kenapa Rein ingin beristirahat dari aktivitasnya sebagai seorang artis.

"Luna, gue bisa ngomong sebentar sama lo?" tanya Roy kemudian.

"Mau tanya apa mas?" balas Luna kemudian.

Roy lalu menawarkan kepada Luna untuk menjadi asisten Rein secara full time, saat ini agensi Rein sedang mempromosikan artis baru dan Roy kalang kabut jika dia harus memegang Rein dan artis baru itu, "Cuma 6 bulan aja kok sampai gue nemuin manager buat mereka. Gaji lo juga bakal di up sama ibu Angeline. Gimana?" tanya Roy.

Luna bingung bagaimana harus mengatakannya disisi lain saat ini dia sedang kuliah dan kalau dia menerima tawaran itu artinya dia harus cuti, tapi dengan gaji 17 juta perbulan sebagai asisten Rein itu cukup besar untuknya dengan kondisi keuangan keluarganya yang goyah saat ini. "Gue sekarang masih semester 4 sih, masih ada banyak waktu sampai lulus. Kayaknya cuti 1 semester nggak bakal jadi masalah deh. Lagipula kapan lagi bisa dapat gaji segini ditempat lain, selama ayah sama ibu nggak tahu I think everything's gonna be okay" pikir Luna kemudian.

"Oke deh mas saya mau, tapi bisa mulai bulan depan nggak? Saya harus urus cuti kuliah saya dulu" pinta Luna.

"No problem, nggak papa mulai bulan depan. Thank you, selama ini gue susah buat dapetin asisten buat Rein yang gampang banget cranky, lo tahu sendiri kan dia gimana. Semua harus serba perfect. Gue bakal bilang sama ibu Angeline buat perbaruin kontrak lo" sahut Roy kemudian.

"Sekarang gue mau beliin obat buat Rein, lo bisa jaga Rein sebentar kan sampai gue balik" pinta Roy.

"Bisa mas" jawab Luna yakin.

Roy segera pergi membeli obat untuk Rein meninggalkan Luna yang menatap Rein tidur pulas di sofabed ruang tamu apartemennya, Luna melihat kompres didahi Rein sudah waktunya diganti Luna pun kembali membasahi kain yang digunakan untuk mengompres Rein dan meletakkan didahinya. Melihat Rein tampak baik - baik saja, Luna memutuskan untuk menunggu Roy di ruang makan saja karena toh dia juga tidak nyaman berduaan bersama Rein ditempat yang sama meskipun saat ini Rein sedang demam, tetap saja lebih baik dia menunggu di ruang makan yang letaknya sedikit menjauh dari tempat Rein daripada dituduh macam - macam.

"Gue minta maaf, maafin gue" Rein mengigau lirih.

"Kayaknya udah boleh ditinggal sih dia" pikir Luna yang langsung bangkit berdiri dari kursi kecil disamping Rein, tapi saat akan melangkah pergi tahu - tahu Rein menarik tubuh Luna hingga gadis itu terjatuh ke pelukan Rein dan tanpa sengaja bibir mereka pun mencium satu sama lain.

Mata Luna melebar, nafasnya seketika tersengal, "Ciuman pertama gue" pekik Luna dalam hati, Rein membuka matanya saat merasakan bibirnya basah dan seketika dia melotot melihat Luna berada diatas tubuhnya dengan posisi tangannya memeluk Luna.

"Lo ngapain?" teriak Rein shock dan langsung bangkit duduk di sofabed.

"Lo mau cari kesempatan ya sama gue, dasar mesum lo" pekik Rein sambil memegang bibirnya.

Tak terima dibilang mesum, Luna pun segera membela diri, "Sembarangan ngatain gue mesum. Lo tuh yang mesum, lo yang narik tangan gue sampai gue jatuh" ucapnya.

"Hah, alesan apaan tuh begitu. Mana mungkin gue lakuin itu? Meskipun gue demam gue tahu lah apa yang gue lakuin" ucap Rein tak mau kalah.

Luna memandang sebal ke arah Rein dan memilih pergi dari ruang tamu dan pulang kerumahnya, mengabaikan permintaan Roy untuk menunggunya sampai dia kembali. Melihat Luna akan melangkah pergi, Rein dengan cepat menghadangnya dan menuntut penjelasan atas apa yang baru saja terjadi.

"Lo pasti mau macem - macem kan sama gue? jawab!" seru Rein, dirinya tak percaya dengan penjelasan Luna yang menurutnya tidak masuk akal itu, pikirnya mana mungkin dia melakukan hal sebodoh itu.

"Gue udah bilang,kalau lo narik tangan gue. Terserah lo kalau lo nggak percaya. Susah ngomong sama orang amnesia" balas Luna tak kalah sengit.

"Kalau lo nggak percaya, lo liat aja dari rekaman cctv itu" tunjuk Luna ke arah cctv yang terpasang di ruang tamu. Rein melirik tajam ke arah cctv itu, dia lalu mengajak Luna untuk ikut melihat rekaman cctv itu.

Luna tersenyum puas saat Rein tampak keki melihat rekaman cctv itu, dan wajah Rein yang tampak canggung membuat Luna menyeringai, "Bisa liat kan? Sembarangan aja ngatain gue mesum" seru Luna tak terima.

Tak mau terlihat kalah Rein membalas dengan tak kalah sengitnya, "Lagian lo ngapain deket - deket gue, mau cari kesempatan ya? Pokoknya kejadian tadi nggak boleh ada yang tahu. Lo harus rahasiain ini dan anggap aja nggak pernah terjadi" sahut Rein ketus.

Luna langsung melongo mendengar penjelasan Rein, "Apa? Anggap nggak pernah terjadi? Dia udah nyuri ciuman pertama gue terus enteng banget ngomong begitu" batin Luna dalam hati.

"Oke, lagipula juga gue nggak mau inget - inget itu" seru Luna dengan nada dingin.

Rein menatap Luna dan mencibir, "Lo pasti seneng kan bisa nyium gue, inget ya ini bukan ciuman ini tuh kecelakaan yang nggak disengaja, jangan sampai lo koar - koar di luaran. Bisa rusak reputasi gue nanti kalau orang tahu gue ciuman sama lo" cibirnya.

"Demi Tuhan, ini orang mulutnya abis makan cabe sekilo kali ya, pedes banget" batin Luna lagi.

"Terserah lo, gue mau pulang. Lo udah nggak papa kan gue tinggal, Mas Roy masih beli obat buat lo, tungguin aja ampe orangnya balik" kata Luna sambil mengambil tasnya dan segera pergi meninggalkan Rein, tidak peduli dia masih demam atau tidak, yang pasti Luna ingin segera pergi dan pulang.

Episodes
Episodes

Updated 63 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!