Hari Pertama kenapa begini....

Sesampainya di basement tempat parkir, Rein menyerahkan kunci mobil kepada Luna. Melihat mobil Alphard terpampang di hadapannya Luna seketika menoleh ke arah Rein, "Maaf mas, saya nggak bisa bawa mobil manual" kata Luna setelah melongok ke kursi pengemudi.

"Hah? Bukannya lo bisa nyetir, lo ada bawa mobil sendiri kan?" tanya Rein kemudian.

"Iya sih, tapi mobil saya matic dan saya nggak pernah bawa manual" jelas Luna kemudian.

"Ya terus gimana gue ke lokasi syuting kalau kayak gini? Masa gue yang nyetir?" seru Rein lagi.

Tak kehilangan akal, Luna lalu mengajaknya ke mobilnya, "Lo serius mau nyuruh gue naik mobil ini?" tanya Rein tidak percaya melihat mobil jazz milik Luna yang berdebu dan kotor seperti sebulan tidak pernah dicuci.

"Udah mas, yang penting nyampe dulu ke lokasi, nggak enak udah ditungguin. Buruan masuk, atau saya aduin ke ibu Angeline nih" ancam Luna lagi dan berhasil membuat Rein masuk meskipun dengan bersungut - sungut.

Luna pun segera memasukkan koper ke bagasi saat dia mendengar Rein memekik, "Ahhhh"

"Ada apa mas?" tanya Luna kaget, serta mendapati Rein keluar lagi dari mobilnya sambil menatap ngeri ke arah mobil Luna.

"Mobil lo kotor banget sih, lo tuh cewek tapi mobil lo kenapa banyak bungkus jajanan, trus itu apa lagi baju sama sepatu geletakan gitu. Aduh gue nggak bisa naik mobil lo, jorok banget gila, gue yakin pasti ada kecoak atau tikus didalam situ" seru Rein menatap ngeri ke dalam mobil Luna.

Luna menengok kedalam mobilnya dan menyadari mobilnya memang sekotor itu, buru - buru dia segera membersihkan bekas - bekas sampah dan merapikan baju serta sepatu miliknya, dan menyemprot kursi penumpang dengan hand sanitizer yang entah sudah berapa lama berada di dashboard mobilnya.

"Udah masuk mas. udah saya bersihin, nggak ada kecoa apalagi tikus, tenang aja" ucap Luna dengan santainya

"Nggak - nggak, itu masih belum steril" balas Rein yang masih menatap ngeri ke arah mobil Luna.

"Aduhhh buruan deh, kita udah telat. Masuk!!!" teriak Luna yang mulai kesal dan mendorong Rein masuk kedalam mobilnya.

"Lo... berani teriak gitu sama gue...." Seru Rein tapi tetap masuk kedalam mobil Luna walaupun dengan sedikit bergidik tanpa sempat menyelesaikan perkataannya.

"Luna Aichi Dirgantara, nama lo ada unsur jepangnya. Lo keturunan jepang? atau jangan - jangan orang tua lo wibu?" tanya Rein saat mobil sudah mulai melaju dijalanan menuju lokasi syuting.

"Sembarangan bilang orang tua saya wibu. Nggak lah mas. Saya orang Indonesia asli, Aichi itu dari Ai yang artinya cinta sama Ichi yang artinya pertama, dan kalau digabungin jadi cinta pertama. Jadi ayah dan ibu saya menikah dengan cinta pertama mereka masing - masing ya kedua orang tua saya dan dapetlah saya sebagai anak pertama" jelas Luna.

"Orang tua lo lucu juga, rumah lo pasti rame banget" balas Rein.

"Ya rame banget sih nggak ya, cuma karena dirumah ada adek saya yang suka cari masalah sama saya jadi tiap hari pasti berisik" jawab Luna yang sedikit heran dengan arah pertanyaan Rein ini.

"Adek lo namanya siapa Nichi?" tebak Rein asal, Luna menoleh dan menyeringai sebal.

"Nama adek saya Jennifer Aini Dirgantara, sama aja sih sama saya Ai dari cinta sedangkan Ni atau kependekan dari Nichi yang artinya no 2. Bisa ditebak lah kalau adek saya anak kedua" balas Luna yang dapat melihat Rein tersenyum tipis dari balik sudut matanya.

"Jadi lo sekarang masih kuliah? Jurusan apa?" tanya Rein lagi.

"Saya kuliah jurusan busines internasional mas, dan rencananya setelah kuliah saya selesai saya mau lanjutin keluar negeri tadinya. Cuma karena sekarang kondisi kayak begini, saya harus nabung dulu dan giat belajar biar bisa dapat beasiswa untuk kuliah di London" jawab Luna menceritakan mimpi - mimpinya.

Rein dapat melihat Luna tampak berbinar - binar saat dia menceritakan mimpinya, "Lo kuliah jurusan business international, tapi nyiapin schedule gini aja masih gak becus" sindir Rein yang langsung membuat Luna mencebik kesal.

"Gue kasih tahu satu hal yang gak gue suka, yang pertama gue benci kotor, yang kedua gue benci dibantah" ucap Rein.

"Itu dua hal mas, bukan satu" balas Luna membetulkan.

"Baru aja gue bilang, gue nggak suka dibantah dan lo udah ngebantah gue sekarang" kata Rein ketus.

"Buset, kenapa dia gak bilang aja sih kalau perkataan dia doang yang paling bener" batin Luna mencibir.

"Satu lagi, besok - besok lo nggak usah deh pakai baju seformal itu. Lo jadi personal assistant artis bukan anggota dpr. Ngapain lo pake blouse panjang sama sepatu heels tinggi gitu. Kegiatan lo nanti lebih banyak lari - larian, jadi mending lo pake baju yang nyaman dan sepatu kets deh. Pakai jeans sama kaos juga oke yang penting rapi dan bersih. Gue benci lihat orang yang dandanannya berantakan" jelas Rein lagi.

"Ada lagi, pakai baju senyamannya tapi nggak suka liat orang dandan berantakan, tapi tar kalau outfitnya gak pas ama dia diomelin dan dikomentarin udah kayaklagi ajang fashion ngomentarin outfit" batin Luna lagi.

"Aichi, lo denger kan yang gue bilang?" tanya Rein setelah Luna tidak membalas ucapannnya.

"Hah Aichi?" seru Luna mendengar Rein memanggilnya dengan sebutan Aichi.

"Ehm saya denger kok mas, tapi kenapa mas manggil saya Aichi ya. Bisa panggil saya Luna aja kayak yang lain" kata Luna.

"Nggak, gue mau manggil lo Aichi. Biar beda sama yang lain" ucap Rein lagi.

"Ya udah deh mas, terserah mas Rein aja. Ngomong - ngomong nanti di lokasi syuting kalau mas Rein butuh apa bisa bilang sama saya ya, sama kalau misal mau saya kerjain apa gitu bisa tolong dijelasin dulu biar nggak salah - salah" pinta Luna.

"Ya lo pikir, gue bakal ngasih lo kerjaan tanpa kasih info yang jelas ke lo gitu? Lo tenang aja, gue bakal jelasin sebelum gue ngasih lo tugas. Ngomong - ngomong abis gini beliin gue kopi, americano on the rock tanpa gula, size grande aja, extra 4 shot esspresso cuma pake es batu doang" jelas Rein.

Luna mengelus dadanya mendengar perkataan Rein, Luna merasa selain dirinya harus berkonsentrasi terhadap pekerjaannya, dia harus memperbanyak stok sabar sementara dirinya bukanlah tipikal orang yang sabar menghadapi orang macam Rein yang terkesan manja, keras kepala, dan susah diatur.

"Itu lambung minum kopi begitu aman mas? Nggak baik loh minum kopi sampe begitu" kata Luna dan langsung menutup mulutnya saat ingat jika 'kata - kata Rein tidak boleh dibantah'.

"Oke mas, tapi duitnya mana? Nggak mungkin pake duit saya kan mas, soalnya saya kerja buat cari duit" tanya Luna sambil mengacungkan telapak tangannya.

Rein melirik dan menyerahkan sebuah kartu amex kepada Luna, dan mereka pun berhenti di sebuah kedai starbucks drive thrue dan memesan pesanan Rein, dalam hati Luna ingin memesan coffee latte kesukaannya tapi dia menahan diri tidak membelinya, ya karena dia lagi mode hemat.

"Lo mau pesen apa, pesen aja" ucap Rein singkat seolah tahu kalau Luna ingin memesan sesuatu.

"Beneran mas? Ya udah mbak saya pesen coffee latte ukuran venti dengan extra caramel sauce ditambah whiped cream ya" seru Luna sumringah.

Rein mengangkat alisnya mendengar pesanan Luna, "Lo doyan manis ya, nggak takut diabetes lo"

"Aman, ini pesanan mas Rein. Bentar lagi kita nyampe lokasi syuting, mas Rein siap - siap ya" seru Luna setelah beberapa saat meninggalkan coffee shop dan memasuki pelataran parkir tempat lokasi syuting akan diadakan yang sudah nampak ramai dengan staff dan crew syuting mensetting alat - alat mereka.

Episodes
Episodes

Updated 63 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!