Cemburu???

Deretan angka nol di rekeningnya membuat senyum Luna merekah, hari ini dia gajian sekaligus juga hari ini adalah hari liburnya. Di perjanjian kontrak kerja, Luna mengajukan syarat untuk bisa libur saat hari gajian. Dia merebahkan tubuhnya di ranjangnya, menikmati hari libur yang jarang dia dapatkan setelah sebulan bekerja menjadi asisten Rein.

"Dek gue udah transfer buat spp lo ke sekolah, besok lo minta tanda terimanya ya pas masuk. Sekalian lo tanyain deh biaya studi tournya berapa?" ucap Luna santai saat dia melihat adiknya melewati kamarnya.

Jeje melongok kedalam kamar, "Yang bener kak? Kakak ada duit?" tanya Jeje.

"Iya gue udah gajian, makanya gue bisa bayarin sekolah lo, jadi ayah sama ibu bisa nyimpen uangnya untuk kebutuhan darurat" kata Luna sok bijak.

Jeje meringis dan merajuk mendekati Luna, "Kak, bagi duit dong. Jeje mau pergi nonton sama temen - temen. Udah sebulanan ini Jeje nahan diri buat nggak jajan atau nongkrong sama temen Jeje. Bayangin dong kak, kehidupan sosial aku jadi berantakan. Kalau aku kudet gimana?" rajuknya sambil merayu Luna.

Luna mencibir adiknya yang baik kalau ada maunya saja, "Lo manis gini kalau ada maunya doang sama gue, ya udah nih. Jangan boros - boros lo ya. Lo jangan minta ayah sama ibu buat jajan terus, kasihan mereka. Awas aja lo bikin mereka pusing" Luna menyerahkan lima lembar uang merah kepada adiknya sambil berceramah panjang lebar. Jeje menerima uang itu dengan mata membulat dan berbinar, sebelum dia memeluk Luna.

Luna juga sudah membayar tagihan listrik, air, dan juga internet di rumahnya serta juga biaya - biaya lain termasuk mentrasfer uang bulanan untuk ibunya dengan gajinya dia bisa mencukupi kebutuhan pokok di rumahnya dan masih bisa menyisihkan sedikit uang untuk dirinya sendiri sebagai tabungan dan biaya kuliahnya. Luna bertekat menabung agar bisa membayar biaya kuliahnya sekaligus hingga lulus, agar ayah dan ibunya tidak lagi repot - repot memikirkan biaya yang harus mereka bayar dan tinggal fokus dengan biaya sekolah Jeje saja.

"Bu, tadi ayah mau bayar listrik kok katanya tagihan sudah dibayar ya? Air sama wifi juga. Ibu yang bayar?" teriak ayahnya saat Luna sedang asyik bermain dengan Miko anjingnya.

"Oh tadi kakak yang bayar. Katanya dia udah gajian jadi dia bayarin semuanya" sahut ibunya.

Ayahnya menghampiri Luna, "Kak, bener kata ibu. Kamu yang bayarin semuanya?" tanyanya.

"Kak, ayah kan udah bilang kalau kalian semua tanggung jawab ayah. Kamu udah kerja masa uang kamu habis buat keperluan rumah. Kamu beli keperluan kamu sendiri aja, buat beli baju atau barang yang kamu pengen" kata ayahnya.

Begitulah ayahnya, tidak ingin menyusahkan keluarganya bahkan disaat kondisi seperti ini pun masih memaksakan diri untuk tetap menanggung biaya rumah tangga. "Ayah dengerin kakak ya, kakak nggak keberatan kalau uang kakak buat bantu ayah sama ibu. Kakak udah kerja sampingan dan bisa bantu, jadi kakak mau bantu tolong jangan salah paham sama maksud aku. Aku cuma pengen ayah nggak terlalu terbebani, kalau kakak bisa bantu pasti kakak bantu" jelas Luna pada ayahnya yang tersenyum padanya, pria separuh baya ini tidak mengira jika sekarang Luna tampak jauh lebih dewasa dan bertanggung jawab dari sebelumnya.

"Pesen apapun yang kalian mau, gue yang bayarin hari ini" seru Luna pada Dindra dan Amanda yang secara khusus menemaninya di hari penting sekarang ini, hari gajian.

"Asikkk, jadi kita makan enak hari ini Manda" seru Dindra.

Amanda tampak merengut karena dia baru mengetahui untuk siapa Luna bekerja, "Rese lo baru ngasih tahu gue sekarang Lun, kalau lo kerja jadi asistennya Rein" kata Amanda.

"Sori... sori banget, bukannya gue nggak mau cerita sama kalian berdua. Tapi lo tahu lah gue nggak boleh sembarangan cerita - cerita apalagi kalau sampai kesebar kemana - mana. Nanti kalau gue dituduh nyebar hoax sama bu Angel aduh, ngeri gue" kata Luna sambil bergidik membayangkan kemungkinan tersebut.

"Iya gue udah denger dari Dindra, tapi sumpah gila sih dia sebagai nyokap gitu amat sama anaknya sendiri. Kasihan banget gue jadinya" kata Amanda iba.

"Lun titip ini ya buat Rein" kata Dindra menyerahkan sebuah bingkisan kepada Luna dengan pita - pita seperti kado ulang tahun.

"Apaan ini?" tanya Luna penasaran.

"Hadiah ulang tahun, selama ini tiap tahun gue selalu ngirim hadiah ulang tahun ke agensinya tapi karena sekarang sahabat gue adalah asisten pribadinya ya gue nitip lo aja karena pasti nyampe" seloroh Dindra,

"Jangan bilang lo nggak tahu kalau besok ulang tahun Rein?" tanya Dindra lagi.

Luna mengangkat bahu dan menggeleng pelan, ya dia memang tidak tahu. Karena menurutnya itu bukan hal penting, tapi sekarang dia asistennya paling tidak dia harus ucapin ulang tahun kan? Luna menggaruk kepalanya, gajinya hanya tersisa sedikit untuknya jika harus membeli kado untuk Rein bisa - bisa dia tidak pegang uang sampai akhir bulan.

Akhirnya Luna memutuskan untuk memberikan kue manis buatan ibunya untuk Rein sebagai kado ulang tahun.

Saat asyik ngobrol santai dengan kedua sahabatnya Luna tiba - tiba melihat Vania sedang jalan berdua di mall tersebut bersama dengan Rein. "Bukannya itu Rein ya? Ngapain dia jalan sama Vania?" kata Luna. Dindra seketika menoleh dan dahinya mengernyit, "Lah bukannya mereka udah putus? Kok jalan lagi berdua?" tanya Dindra heran.

"Lun mereka udah putus kan?"

"Mana gue tahu, kan lo yang tau soal hubungan asmaranya"

"Ya kan lo asisten pribadinya" balas Dindra.

"Gue asisten pribadinya bukan babysitternya, yang harus tahu dia kencan sama siapa. Bukan urusan gue juga sih" jawab Luna ketus.

Luna memandang Rein yang tersenyum - senyum dan bergandengan dengan Vania begitu mesra. "Setelah kemarin kayak jadi cowok paling setia sekarang udah berubah image lagi. Dasar artis. Pake peluk - peluk lagi" batinnya dalam hati sambil matanya terus mengikuti Rein dan Vania hingga menghilang dari pandangannya.

"Lun.... heh... Luna" seru Dindra.

"Eh.. oh... iya kenapa?" tanya Luna terkesiap memandang Dindra yang menatapnya heran.

"Muka lo serem amat ngeliatin Rein sama Vania, kayak ngeliatain pacar lo lagi selingkuh" seloroh Dindra.

"Nggak usah ngadi - ngadi lo ya, ngapain gue cemburu?" bantah Luna dengan wajah mendadak salting.

Amanda langsung menimpali, "Dindra nggak ada ngatain lo cemburu Lun. Emang lo cemburu sama Vania?" tanya Amanda meledek.

Luna langsung menyeruput orange juice di tangannya dan memilih tidak membalas ucapan Amanda, masa iya dia cemburu dengan Vania? Nggak banget dia cemburu sama Vania hanya karena dekat dengan Rein, lagipula bukan urusannya juga Rein mau dekat dengan siapa.

Episodes
Episodes

Updated 63 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!