Kamu nggak Sendirian

"Jadi lo kerja sama Rein?" tanya Dindra dengan tatapan penuh penjelasan kepada Luna yang tiba - tiba saja mengajaknya bertemu dan bertanya semua hal tentang Rein yang menurutnya adalah hal yang aneh karena Luna nggak biasanya tertarik dengan Rein bahkan cenderung tidak peduli sampai akhirnya Luna mengatakan bahwa dia bekerja dengan Rein sebagai asistennya.

Luna menatap ngeri dengan pandangan Dindra yang seolah akan menerkamnya bulat - bulat tapi yang terjadi justru Dindra berteriak kegirangan, "Ih muka lo gitu amat sih Lun. Santai aja gue nggak papa kali. Gue kan cuma ngefans sama Rein nggak yang cinta banget, lo pikir Arya mau gue kemanain kalau gue cinta juga sama Rein" kekeh Dindra.

Luna menghela nafasnya, "Jadi lo tahu soal artikel ini?" tanya Luna menunjukkan artikel dari niermala yang sudah dia baca.

"Hem, gue pernah baca tapi semua isinya banyakan hoax sih nggak ada yang bener...." tiba - tiba Dindra terdiam dan menatap Luna.

"Jangan bilang kalau..." Luna mengangguk memotong ucapan Dindra.

"Semua yang ditulis disini itu benar, termasuk sakit auto imun. Lo tahu waktu kita ke bioskop, semalem dia baru aja demam gara - gara sakit itu. Makanya gue heran lihat dia udah nangkring aja di bioskop" kata Luna.

Dindra menggebrak mejanya kesal, "Gila ya nyokapnya jahat banget sumpah. Lagi sakit dipaksa buat kerja terus" kata Dindra.

Luna mengedikkan bahunya, selama ini dia juga tidak mengetahui kebenaran soal ibu Angeline yang mengeksploitasi Rein karena toh dia hanya mendengar dari satu sisi saja. Menurutnya dia harus berhati - hati dalam hal ini agar tidak menimbulkan masalah besar nantinya.

"Din, lo tahu soal Soraya Ariyanadewi?" tanya Luna kemudian dan menunjukkan sebuah artikel lagi.

Dindra mengangguk. "Dia digosipin sebagai pacar Rein dulunya, tapi nyokapnya Rein yang waktu itu sebagai manager membantah dan malah menuduh Soraya menyebarkan berita bohong tentang dia pacaran dengan Rein. Ya seperti yang udah lo baca disitu. Dia berakhir depresi dan bunuh diri" kata Dindra menjelaskan.

"Tapi beberapa bulan setelah dia bunuh diri, Rein tampak nggak kelihatan dimanapun seolah ngilang aja dan muncul pas perilisan brand clothing terbaru yang dia jadi brand ambassador" ucap Dindra.

Luna lalu menceritakan soal Rein yang datang ke makam Soraya, "Sepertinya emang bener mereka pacaran waktu itu" ucap Luna getir.

Luna lalu meminta Dindra untuk tidak mengatakan apapun kepada siapapun soal ini, karena dia tidak mau jika posisi Rein menjadi terancam dan berdampak dengan kerjaannya sekarang. "Ya aman, lo tenang aja selama pajak lancar sih" balas Dindra.

Luna mengernyit, "Pajak apaan maksud lo? Kalau lo minta jadwal atau foto - foto Rein yang nyeleneh kagak bisa ya" serunya.

"Dih lo pikir gue cewek apaan, pajaknya ya tiap lo gajian traktir gue lah sama Manda" senyum Dindra kemudian.

Luna tersenyum, dan mengangguk setuju. Dia cukup tahu jika Dindra bukanlah ember bocor yang suka mengumbar macam - macam.

---

Luna sedang memperhatikan Rein di sela - sela dirinya sebagai pembicara sebuah seminar di universitas, banyak mata terlihat menatap Rein dengan penuh cinta. Luna membatin dengan sebanyak ini cinta yang dia terima dari penggemar ternyata nggak bisa mengusir rasa kesepian yang dia rasain selama ini.

"Capek banget" keluh Rein setelah dia selesai menjadi pembicara

"Halo?" Luna melirik saat Rein mengangkat ponselnya.

Rein tampak sangat kesal dan marah, "Berapa kali aku bilang berhenti terima kontrak tanpa sepengatahuanku. Kenapa kau selalu memaksaku bekerja terus menerus?!!!!!" Teriakan Rein sukses membuat Luna langsung menoleh kaget.

"Hari ini aku mau istirahat, dan aku nggak mau hadir di acara apapun hari ini paham" seru Rein setelah mengakhiri panggilannya dengan kasar.

Ditempat lain Angeline tampak kesal karena Rein menutup teleponnya tiba - tiba, "Roy bilang sama orang studio hari ini Rein sakit. Sampai kapan dia akan begini terus? Sedikit - sedikit merajuk" ucapnya pada Roy yang ada di hadapannya.

"Oke bu" jawab Roy.

Rein dan Luna yang masih berada di mobil menuju lokasi selanjutnya mulai beralih kembali ke apartemen Rein, "Hari ini lo pulang aja. Gue udah bilang sama bu Angel kalau hari ini gue mau istirahat. Jadi lo nggak perlu nemenin gue seharian ini" ucap Rein.

"Hah, eh nggak usah gue nggak enak kalau pulang sekarang nanti dikira aku makan gaji buta lagi" kata Luna kemudian.

"Gue bantuin beresin apartemen lo aja sama nyiapain buat keperluan besok, nanggung juga kalau pulang jam segini" lanjutnya lagi.

"Ya udah terserah lo" kata Rein sambil terus memandangi jalanan yang mereka lewati.

---

Luna duduk diruang tamu sementara Rein sedang sibuk mengerjakan sesuatu didapur. "Lo belum makan kan?" tanya Rein setelah mengeluarkan beberapa bahan makanan dari dalam kulkas.

"Ehm belum sih. Emang kenapa ya Rein?" tanya Luna.

"Gue mau masak, kalau lo mau gue masakin sekalian" jawab Rein.

"Hah emang lo bisa masak?" tanya Luna sambil bangkit berdiri menghampiri Rein.

Rein melirik, "Ya kalau lo mikirnya gue bisa masak kayak chef di Hells Kitchen ya ekspektasi lo ketinggian. Gue cuma bisa masak yang gampang - gampang aja. Lagian masak itu kan basic skill" kata Rein menyerahkan sayur kepada Luna untuk di potong.

Luna yang dirumah tidak bisa membedakan antara biji ketumbar dan biji merica seketika malu dengan Rein yang seorang laki - laki tapi bisa memasak sementara dirinya tidak bisa masak apapun selain goreng telur dan masak mie instan.

Melihat Rein begitu cekatan memasak membuat Luna deg - degan terutama melihat Rein yang tampak tersenyum tipis saat sedang mengolah bahan makanan dan memberikan bumbu - bumbu kedalam masakannya.

Rein terlihat menikmati semua proses yang dia lakukan, sesekali dia mencicip masakan untuk koreksi rasa, tak lama kemudian dua buah mangkok rawon lengkap dengan nasi panas sudah tersaji diatas meja. "Ayo makan" ajak Rein dan duduk mendahului Luna.

Luna mencicip masakan itu dan diluar dugaan rasanya benar - benar enak, sampai - sampai Luna harus menyendok beberapa kali untuk memastikannya.

"Kenapa nggak enak?" tanya Rein dengan tatapan bingung.

Luna menggeleng, "Ini sih enak banget, kamu pinter masak ternyata" puji Luna.

"Lebih enak lagi sebenarnya kalau didiemin beberapa lama setelah matang biar lebih merasuk bumbunya, terus juga dagingnya aku pakai daging tenderloin makanya empuk" Rein tampak bersemangat menceritakan tentang masakannya.

"Kamu suka masak ya?" tanya Luna tiba - tiba.

"Soalnya kamu bersemangat banget cerita tentang masakan kamu, aku aja nggak paham soal perbumbuan kadang ibuku sampai bilang kalau kesasar di hutan mungkin aku udah mati dalam satu hari gara - gara gak bisa ngapa - ngapain" lanjut Luna lagi.

"Kapan - kapan ajarin aku masak ya, biar ibuku nggak ngomel karena anak perempuannya nggak bisa masak" sambung Luna sambil tersenyum lepas. Luna sudah memutuskan untuk membuat Rein lebih bergembira dan tidak kesepian lagi, meskipun sepertinya itu akan sulit.

Rein terpaku melihat Luna, dia merasakan sedikit kehangatan dalam hatinya saat dia melihat senyuman Luna. Perasaan yang tidak pernah dia rasakan sejak kematian Soraya, Luna adalah orang kedua yang merasakan masakannya setelah Soraya dan orang kedua juga yang memintanya untuk mengajarinya memasak.

"Aichi, kenapa sifat kamu mirip sekali dengan Aya?" batin Rein.

Episodes
Episodes

Updated 63 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!