"Apa? Ayah dipecat dari kerjaan ayah?" Luna langsung mengerem langkahnya dan berhenti saat dia secara nggak sengaja mendengar percakapan orang tuanya di dalam kamar.
Penasaran Luna berjingkat pelan, mencoba menguping pembicaraan orang tuanya yang tampak begitu serius, dia bisa melirik mimik wajah kedua orang tuanya dari sela - sela pintu yang terbuka sedikit.
"Maaf bu, tapi perusahaan sudah tidak bisa bertahan, efek pandemi covid 19 kemarin masih berlanjut dan akibatnya banyak yang di PHK atau pensiun dini" ucap Dirga, ayah Luna.
"Tapi ibu nggak perlu khawatir, ayah masih punya simpanan yang bisa buat kita bertahan beberapa bulan sambil ayah cari kerjaan baru" kata ayahnya.
Luna bisa merasakan kekhawatiran pada ibunya, jika ayahnya dipecat gimana caranya keluarga mereka bisa bertahan dengan keuangan keluarga yang selalu ditanggung oleh ayahnya, biaya kuliahnya, sekolah adiknya, uang darimana untuk membiayai semua itu jika ayahnya dipecat?
Luna melihat ayah dan ibunya nampak berusaha tetap tenang walaupun tidak bisa menyembunyikan gurat kegusaran dari wajah mereka. Kedua orang tua Luna berpelukan saling menguatkan satu sama lain, "Semuanya akan baik - baik saja bu, ayah bisa cari kerjaan lain. Ibu jangan terlalu risau, sudah jadi tanggung jawab ayah untuk mencari nafkah buat keluarga kita" ucapan ayahnya ini secara tidak langsung menampar Luna, selama ini dia nggak pernah sedikit pun memikirkan soal keuangan keluarga, asalkan belanja online dan semua yang dia inginkan bisa dia beli dan uang jajan selalu lancar diberikan oleh kedua orang tuanya.
Karena dampak pandemi yang cukup kencang, ayahnya menjadi salah satu karyawan yang harus menerima keputusan PHK dari perusahaan dan dipaksa untuk pensiun dini. Usia ayahnya sekarang sudah mencapai 50 tahun, dan pasti akan sulit mencari pekerjaan di perusahaan lain.
Ibu Luna menghela nafasnya, "Ibu juga memiliki tabungan yang ibu sisihkan dari uang belanja, bisa ibu pakai untuk buka warung kecil - kecilan. Kita sama - sama berjuang lagi ya. Ayah juga nggak boleh khawatir berlebihan, ingat kesehatan ayah." ibunya berusaha untuk menenangkan ayahnya agar tidak terlalu khawatir.
Luna terdiam di luar pintu kamar orang tuanya, sampai - sampai dia tidak menyadari jika pintu kamar kedua orang tuanya telah dibuka oleh ibunya. "Loh Lun, kamu ngapain disini?" tanya ibunya heran melihat putri sulungnya berada di luar kamarnya.
Luna mencoba mengatur raut wajahnya senormal mungkin untuk menghindari kecurigaan dirinya yang sudah tidak sopan menguping pembicaraan orang tuanya, "A-anu bu, Luna mau keluar lihat barangkali paket Luna udah nyampe" kilahnya.
Ibunya memandang Luna begitu juga dengan ayahnya yang ikut keluar kamar dan menghampiri Luna, "Oh kirain kamu ada perlu sama ayah sama ibu, ya sudah kamu panggil adik kamu ya habis gini makan malam" kata ibunya.
Sepertinya Luna berhasil mengelabui ibunya dengan akting payahnya itu, dia mengangguk dan segera menuju keluar sebelum ibunya memanggilnya kembali. "Lun, ibu boleh minta tolong ya, kamu jangan beli - beli baju, tas sama sepatu terus, baju kamu sudah banyak dilemari banyak juga yang nggak pernah kamu pakai. Tas juga sampai penuhin lemari gitu nggak pernah dipakai. Apalagi sepatu kamu modelnya hampir mirip semua ibu lihat. Belajar hemat dulu ya nak, supaya kamu bisa tetap lanjutin kuliah" Luna terdiam mendengar perkataan ibunya, ya sepertinya Luna harus mulai berhemat sekarang.
"Nanti kalau kamu lulus dan udah kerja, kamu boleh beli apapun yang kamu mau, tapi buat sekarang hemat dulu ya nak. Ayah kamu udah di PHK dari kantornya" kata ibunya lagi.
"Iya bu, Luna ke depan dulu ya bu. Abis gitu panggil adek buat makan. Pasti dia maen game lagi deh" ucap Luna untuk mencairkan suasana diantara dia dan ibunya yang terlihat memang cukup gusar.
Selesai makan, Luna segera masuk ke kamarnya karena dia harus mengerjakan tugas kuliahnya, karena keasyikan nonton drakor dia jadi lupa mengerjakan tugas kuliahnya. Untung saja Dindra mengingatkan dirinya, kalau tidak bisa - bisa dia dapat pengurangan poin dari dosennya yang terkenal pelit dengan nilai dan poin itu.
"Lun, kamu sibuk nak?" pintu kamar Luna terbuka pelan dan ibunya melongok dari balik pintu.
"Iya bu, ada perlu sama Luna?" sahut Luna gugup.
Ibunya masuk dan menutup pintu dan duduk di ranjang Luna, memperhatikan Luna yang sedang membuka laptopnya untuk mengerjakan tugas kuliahnya, Luna sendiri sudah memikirkan kemungkinan hal yang akan dibicarakan oleh ibunya.
"Ibu mau ngomong sesuatu, tolong kamu resapi dan dengerin baik - baik ya" kata ibunya dengan mimik wajah serius seperti sedang menunggu pengumuman pemenang lomba karaoke.
Deg.... Luna mulai gelisah, dan memainkan jari tangannya walaupun sepertinya itu tidak ada gunanya sama sekali didepan ibunya, dia hanya ingin menghilangkan rasa gelisah dalam dirinya dan yakin bahwa ibunya tidak merasakan kegelisahannya.
Ibunya menarik nafas panjang dan menghela nafasnya, "Lun, Mulai hari ini ayah sudah dipecat dari kantornya jadi ayah sekarang menganggur, tapi kamu nggak perlu khawatir. Ayah dan Ibu akan tetap berusaha membiayai sekolah kamu sama Jeje sampai selesai, sampai lulus sarjana semua anak - anak ayah sama ibu."
"Ibu cuma minta satu hal sama kamu dan adikmu, supaya kamu bisa lebih hemat sedikit. Kurangi pengeluaran yang tidak perlu atau belanja - belanja yang tidak penting lagi. Nanti kamu bilangin adik kamu juga ya, dia lebih mau dengerin apa kata kamu daripada ayah sama ibu. Dirumah ini cuma kamu yang ditakuti sama adikmu itu"
Selesai mengatakan hal tersebut, Ibunya beranjak dari ranjang Luna dan menepuk pundaknya seperti sedang membagi beban kepada Luna sebagai anak sulung hingga membuat Luna tidak bergerak, perubahan yang begitu tiba - tiba ini rupanya membawa dampak cukup berat bagi Luna.
Oke, itu artinya sekarang Luna harus mulai mencari pekerjaan sampingan agar bisa meringankan beban orang tuanya dan membantu membiayai kuliahnya sendiri, syukur - syukur bisa juga untuk membiayai sekolah adiknya yang sebentar lagi akan lulus SMA.
Tapi dimana dia bisa dapat pekerjaan apalagi saat ini dia masih berstatus sebagai mahasiswi aktif, tidak mungkin baginya untuk cuti bisa dihajar oleh ayah dan ibunya jika sampai dirinya cuti. Luna kemudian mulai mencari lowongan di website pencari kerja, sudah satu jam dia berkutat meneliti semuanya tapi tidak ada satupun yang cocok dengannya.
Besoknya di kampus ditemani oleh Dindra sahabatnya, Luna masih berkutat di website yang sama dia masih terus saja scroll layar dari atas sampai bawah mencari pekerjaan yang cocok untuk dirinya sesuai dengan minatnya sendiri, sayangnya hingga sekarang Luna masih saja belum menemukan yang pas.
"Rata - rata lowongannya jadi digital marketing nih, harus bisa design, harus siap kerja dibawah tekanan" kata Dindra.
"Dibawah tekanan? Aduh nggak deh, hidup gue udah banyak tekanan. Gue nggak mau nambah tekanan hidup lagi, bisa gila gue" jawaban Luna membuat Dindra gemas, membayangkan Luna yang tidak punya pengalaman apapun dalam bekerja sekarang kelimpungan mencari pekerjaan yang sesuai dengan dirinya, atau kalau kata orang sekarang sesuai dengan passionnya.
"Aduhh mana nggak ada yang cocok ini, gimana dong Din?" rengek Luna kesal.
"Lo ya, dikira nyari kerja kek nyari cilok bisa langsung dapat aja gitu, ya sabar atuh. Nggak bisa asal sulapan juga, Kalau misal ada yang cocok sekalipun juga belum tentu lo langsung keterima. Harus interview dulu" ujar Dindra.
"Lo kok jadi matahin semangat gue sih, bukannya nyemangatin gue buat dapat kerjaan cepet" omel Luna seraya mencebikkan bibirnya.
"Ya gimana, lo maunya yang kerja kantoran, ruangan ber AC, dapat gaji langsung gede, sedangkan lo masih nggak punya pengalaman apa - apa. Magang juga nggak pernah" sindir Dindra.
"Lo ditawarin jadi model juga nggak mau karena nyokap ama bokap lo nggak bakal bolehin, sayang banget sih padahal gajinya kan lumayan Lun. Apa lo sembunyi - sembunyi aja dari nyokap - bokap lo?" usul Dindra yang langsung ditolak mentah - mentah oleh Luna. Kalau sampai Luna ketahuan menjadi model, dia cukup yakin ayahnya akan langsung mencukur habis rambutnya dan ibunya akan menjadikannya babi guling.
"Oh God, I need Money, Gue udah gak tega kalau mau belanja - belanja lagi, tapi lo tahu kan banyak baju, tas dan sepatu lucu - lucu yang pengen gue beli" sahut Luna.
Dindra sudah tidak tahu lagi bagaimana menghadapi sahabatnya yang terbiasa membeli apapun yang dia inginkan sekarang harus menahan diri untuk membeli sesuatu, bahkan untuk membeli secangkir coffee latte kesukaannya di starbucks dia juga menahan diri demi penghematan. Sampai akhirnya Hanna harus setengah memaksa agar Luna mau menemaninya nongkrong di starbucks karena hari ini sedang tumbler day dan bisa dapat diskon hingga 50%.
"Semoga lo cepet dapat kerjaan ya, biar bisa penuhin hasrat belanja lo" seru Luna seraya membayar pesanan mereka dan melihat Luna tersenyum senang dengan coffee latte pesanannya.
Mereka segera mengambil tempat duduk di dekat bar dan kembali men-scroll website lowongan pekerjaan dan mata Luna tertuju pada satu lowongan, sebagai personal assitant yang bekerja dari jam 3 sore sampai jam 10 malam saja, di lowongan tersebut dijelaskan bahwa pekerjaannya hanya mengatur jadwal saja, disitu juga tertera email untuk mengirimkan CV, merasa cocok Jeanny segera membuat CV dirinya dan mengirimkan CV tersebut diiringi doa paling dahsyat yang dia tahu supaya dia bisa diterima bekerja. Apalagi melihat tawaran gajinya cukup menggiurkan. berkisar 10 juta perbulan, dengan gaji sebanyak itu, Luna bisa membayar biaya kuliahnya dan juga SPP adiknya tiap bulan dan dia masih bisa memenuhi hasrat belanjanya.
...****************...
Sudah semingguan ini Luna menunggu notifikasi panggilan interview dari beberapa lowongan yang sudah dia coba untuk apply selama seminggu kemarin, tapi saat dia melihat inbox emailnya yang hanya berisi promosi brand - brand online shop yang biasa dia beli, dia melenguh kesal.
"Duh sulit banget sih cari kerja, mana duit bulanan tinggal dikit gara - gara kemarin khilaf beli tas. Masa minta sama ayah lagi?" ucap Luna dalam hati dan langsung menggelengkan kepalanya, mengusir jauh - jauh ide untuk meminta tambahan uang jajan lagi kepada ayahnya.
Dia kemudian mulai mencari - cari pekerjaan lagi di situs lain yang juga sarat dengan berbagai macam lowongan pekerjaan, sampai kemudian dia mencoba iseng mengecek folder spam di emailnya dan disana rupanya ada panggilan interview di sebuah apartemen yang ada di pusat kota dan waktunya dua jam lagi.
Luna terhenyak saat melihat tanggal email tersebut dikirimkan ternyata tiga hari yang lalu, dia menepuk jidatnya sendiri dan segera bersiap - siap untuk interview, karena baru pertama kali melamar kerja Luna tidak tahu harus memakai pakaian seperti apa, tidak dijelaskan dalam email dia harus memakai pakaian seperti apa. Akhirnya dia memilih setelah hitam putih lengkap dengan blazer hitam dengan sepatu vantofel hak pendek di kakinya.
"Gue kayak anak magang di kantor ayah dulu njir" ucapnya setelah memandang dirinya sendiri di cermin. Dia segera memesan taxi online dan pergi ke apartemen yang dimaksud yang termasuk dalam apartemen mewah itu. Setelah sampai dia segera menuju ke resepsionis dan mengatakan akan melakukan interview di penthouse apartemen ini. Diantar oleh petugas resepsionis, Luna naik menuju lantai teratas apartemen ini.
Sesampainya diatas sudah ada 5 orang yang menunggu di luar apartemen bersama dengan seorang pria yang memegang beberapa berkas yang sepertinya adalah orang yang mengatur peserta interview.
Seluruh peserta interview adalah wanita dan melihat penampilan mereka membuat Luna merasa insecure, mereka mengenakan pakaian casual formal yang elegan, berbeda dengan dirinya yang seperti peserta magang baru. Sejenak Luna merutuki kenapa tidak memakai blouse yang baru dibelinya itu.
Pria berkacamata hitam dengan masker menutup wajahnya itu tampak memperhatikan Luna dari atas hingga ke bawah sebelum bertanya namanya dan menyuruhnya untuk menunggu.
Satu persatu peserta dipanggil masuk untuk melakukan interview, tidak jelas seperti apa pertanyaan atau bagaimana proses interview berlangsung. Luna hanya mencoba menerka - nerka dari setiap ekspresi wajah para peserta yang keluar dari ruang interview.
Tiba giliran Luna dipanggil, saat Luna masuk dia menyadari tatapan geli dari seorang wanita modis dan cantik serta seorang pria berkacamata dihadapannya. Ruang interview merupakan sebuah ruang tamu di penthouse tersebut, Luna dapat melihat berbagai pajangan dan sebuah pigura foto besar, "Gila gede banget tuh foto, lebih gede dari poster babang Kwon Ji Yong di kamar gue. Tapi fotonya kek pernah lihat, siapa ya?" tanya Luna dalam hatinya.
"Nama?" sebuah pertanyaan dari pria disampingnya membuyarkan lamunannya.
"Luna Aichi Dirgantara, tapi biasa dipanggil Luna" jawab Luna sambil mengatur nafas dan degup jantungnya karena gugup.
Wanita dan pria itu membaca berkas Luna dengan seksama
"Baiklah Luna Aichi Dirgantara, Kenapa kamu mau jadi personal assitant?" tanya wanita itu sambil tersenyum menatap Luna.
"Buset resmi banget kek berasa disidang" batin Luna geli saat wanita itu memanggilnya dengan nama lengkapnya.
"Saya mau jadi personal assistant, karena saya udah ngelamar kesana kemari dan belum ada panggilan sama sekali selain disini, sedangkan saya harus dapat kerjaan buat biayain kuliah sama spp adik saya karena ayah saya sudah dipecat" jawab Luna jujur, dalam hatinya sedikit mengutuk kejujurannya ini dan berpikir apa dia salah menjawab atau tidak.
Wanita yang baru saja bertanya kepadanya, seketika tertawa terbahak - bahak, "Kamu lucu sekali. Baru kamu yang menjawab alasan kenapa melamar sebagai personal assistant dengan jawaban yang baru saja kamu sampaikan. Yang lain menjawab pertanyaannya dengan basa-basi, menambah pengalaman, belajar dan lain sebagainya" kekeh wanita itu.
Pintu ruangan interview dibuka dan pria yang mendata dirinya beserta pelamar yang lain masuk dan langsung duduk di samping wanita itu. Pria itu lalu melepas masker, kacamata dan topinya. Sejenak Luna mengagumi wajah tampan yang tersembunyi dibalik masker tersebut, pria itu kemudian membisikkan sesuatu kepada wanita itu.
"Cakep juga ni cowok" batin Luna mengagumi sosok pria dihadapannya itu.
"Oke, Luna Aichi Dirgantara kamu diterima sebagai personal assistant, sebelumnya saya jelaskan dulu aturan kerja kamu dan gaji kamu. Perkenalkan saya Angeline Tanjaya, dia Roy dan kamu pasti tau siapa dia kan?" tanya Ibu Angeline menepuk bahu pria disampingnya itu.
Luna memperhatikan pria dihadapannya mencoba mengenali siapa dia, tapi berapa lamapun Luna melihatnya dia tidak tahu siapa pria tersebut.
"Maaf saya tidak tahu" jawab Luna datar dan polos yang membuat semua orang terperanjat dengan jawaban Luna yang memang tidak tahu siapa laki - laki disamping ibu Angeline.
"Serius lo nggak tahu gue? Lo nggak punya TV dirumah?" tanya pria itu dengan nada tak percaya.
"Saya punya TV dirumah tapi saya benar - benar tidak tahu siapa anda, TV dirumah cuma dipake buat nonton bola sama berita, kalau saya biasanya buat nonton drakor" terang Luna.
Mereka bertiga saling berpandangan, sebelum akhirnya Angeline dan Roy tertawa terbahak - bahak, "Ternyata ada juga yang nggak kenal sama lo" kata Roy meledek, dan Luna dapat melihat pria itu nampak sangat kesal.
"Maaf tapi mas nya siapa ya? orang terkenal?" tanya Luna polos dan semakin membuat Angeline dan Roy tertawa terpingkal - pingkal.
Luna kebingungan setengah mati dengan reaksi mereka, sampai akhirnya Roy membuka suara, "Dia Rein, seorang aktor dan juga penyanyi sekaligus pencipta lagu. Gimana familiar dengan namanya?" tanya Roy, Luna kemudian berusaha mengingat - ingat, dan samar - samar dia ingat Dindra yang sempat galau karena idolanya Rein terlibat skandal dengan kekasihnya Vania dalam sebuah pesta narkoba, walaupun dinyatakan bersih tapi nama Rein sudah terlanjur rusak dan mengakibatkan beberapa projectnya di batalkan.
"Ohh... iyaa" ucap Luna singkat.
"Oh iyaaa" ulang Rein kecut.
Luna menatap Rein, dia bingung harus menjawab bagaimana lagi, tidak mungkin kan dia menjawab "Oh iya yang kena skandal itu ya?" bisa - bisa mata yang sudah mendelik kepadanya sejak tadi akan semakin mendelik mendengar jawaban seperti itu.
"Karena kamu sudah diterima saya jelaskan aja ya kerjaan kamu, jadi kamu nanti akan kerjasama dengan saya. Saya adalah manager Rein sedangkan bu Angeline merupakan bos di agency Rein sekaligus ibu dari Rein" ucap Roy, Luna pun mengangguk sopan.
"Saya lihat kamu masih kuliah, jadi cocok dengan jam kerja nanti, Kamu hanya perlu kerja selama hari Selasa, Rabu dan Kamis dari jam 3 sore sampai jam 11 malam, dan jika sabtu - minggu kamu diperlukan maka kamu akan dipanggil dan kamu akan mendapat uang lembur untuk itu, kamu sabtu - minggu kuliah?" tanya Roy
"Nggak mas, sabtu - minggu saya libur" jawab Luna.
"Oke aman kalau gitu, karena untuk hari Senin dan Jumat saya harus mengatur artis lain itulah kenapa kamu dipekerjakan sebagai personal assistant. Ini daftar makanan dan minuman yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh Rein, disitu juga ada beberapa jenis alergi yang diderita oleh Rein serta obat - obatan yang boleh dan tidak boleh diberikan kepada Rein jika dia sakit. Disini juga ada jadwal kegiatannya sehari-hari, kamu harus memastikan bahwa semua jadwalnya dapat terpenuhi dengan baik. Dari jadwal syuting, baca naskah, audisi dan lain sebagainya tidak boleh ada yang terlewat. Kamu juga harus menyiapkan segala keperluan dia termasuk baju, makanan, minuman termasuk memastikan kendaraan dan tempat syuting yang dituju menyediakan semua yang dibutuhkan oleh Rein. Kamu paham Luna Aichi Dirgantara?" Roy menjelaskan semua tugas yang harus dikerjakan oleh Luna dengan cepat dan membuat Luna harus mulai mengingat - ingat kembali semua yang diucapkan oleh Roy.
"Untuk gaji kamu akan dibayar 10 juta per bulan sesuai yang tertulis dan untuk sabtu minggu kamu akan dapat extra 1 juta per hari, kalau kamu setuju kamu bisa langsung tanda tangan disini, dan selama bekerja kamu tidak diijinkan untuk memposting, memfoto atau menyebarkan informasi apapun terkait Rein. Dengan kata lain kamu tidak boleh bermain handphone kecuali untuk keperluan darurat, saya juga akan memberikan ponsel untuk kamu yang digunakan hanya khusus untuk menghubungi saya, Rein dan ibu Angeline" lanjut Roy lagi.
"Sekarang kamu boleh pulang dan kamu bisa mulai bekerja besok, untuk sementara setiap kali kamu mau naik, kamu cukup menunjukkan entry card ini kepada security / resepsionis dan mereka akan membantumu menekan tombol untuk naik kesini. Entry card ini bisa digunakan untuk membuka pintu penthouse tapi tidak bisa digunakan di lift" Jelas Roy lagi sambil menyerahkan sebuah dokumen dijilid dan sebuah entry card.
"Ensiklopedia Rein" ucapnya tanpa sadar.
"Apa? Ensiklopedia Rein" tanya Roy tiba - tiba sambil menunjukkan senyumnya sekali lagi.
"Ah ini, kan isinya semua hal tentang Rein, jadi bisa dibilang ini ensiklopedia Rein. Saya akan berusaha mempelajari dan menghapal supaya tidak melakukan banyak kesalahan nanti. Terima kasih untuk kesempatan yang diberikan kepada saya Ibu Angeline, mas Roy, dan mas Rein" jawab Luna.
"Ah benar juga, ensiklopedia Rein" kekeh Roy seraya tersenyum manis kepada Luna.
"Kalau begitu kamu boleh pergi, dan besok kamu bisa mulai di jam 3 sore. Jangan terlambat, supaya jadwalnya tidak berantakan" sahut Roy lagi, Luna pun mengangguk.
Luna lalu menandatangani surat perjanjian dan menerima entry card dari Roy sebelum dia pulang, sementara Rein memperhatikan punggung Jeanny yang berjalan menjauh, "Bisa - bisanya dia nggak tahu gue" batinnya masih kesal, karena statusnya sebagai aktor terkenal tanah air ternodai akibat seorang Luna yang tidak mengenalnya.
...****************...
Luna segera menelpon Dindra untuk memberitahu kabar baik ini, menjadi personal assistant seorang aktor ternama setidaknya itu yang mereka katakan, saat dia memandang layar ponselnya Luna menjadi ragu bukankah dia harus merahasiakan dia akan menjadi Personal Assistant Rein. "Mungkin gue bisa bilang kalau gue jadi personal Assistant seorang eksekutif saja" pikir Luna
"Ah akhirnya gue dapat kerjaan juga. Sekarang gue harus mulai atur waktu biar gak bentrok sama jadwal kuliah dan pelajari daftar ini" batin Luna sambil melihat sebuah buku yang dijilid berisi apa saja yang harus dia lakukan, buku yang lebih mirip ensiklopedia Rein berisi pantangan, makanan kesukaan, dan segala hal tentang Rein.
Sesampainya dirumah, Luna menyampaikan kepada kedua orang tuanya bahwa dia akan bekerja sambil kuliah, walaupun awalnya kedua orang tuanya menentang tapi melihat kegigihan Luna yang serius untuk meringankan beban orang tuanya membuat mereka luluh dan berpesan agar Luna tetap fokus dengan kuliahnya.
"Kalau sampai fokus kamu pecah dan kerjaan kamu bikin kuliah kamu berantakan, kamu harus berhenti ya Luna. Ibu nggak mau kalau sampai kuliah kamu jadi molor atau kamu malah nggak lanjutin kuliah" ucap ibunya. Luna mengangguk setuju, sementara adiknya Jeje juga mengutarakan hal yang sama tapi ditentang oleh Luna dan kedua orang tuanya.
"Je, lo tuh sekolah aja yang bener, yang penting lo jangan buat aneh - aneh dan pertahanin prestasi lo disekolah, nggak usah mikirin biaya atau apa. Ayah, Ibu sama gue, bakal kerja keras biar lo bisa masuk ke kampus impian lo. Cuma ya gue minta lo kurang - kurangin jajan aneh - aneh dan fokus aja sama penerimaan mahasiswa baru tahun depan" ucap Luna dengan nada sok bijak menasehati adiknya.
"Kakak, mulai kerja kapan? Kerjanya ngapain emang kak?" tanya Jeje.
"Iya kamu kerja jadi personal assistant itu ngapain sih Luna, nggak aneh - aneh kan?" tanya Ibunya dengan nada sedikit khawatir.
"Ya kayak ngatur - ngatur jadwal gitu bu,sama ngatur rapat, pokoknya mastiin jadwal bos aku tuh udah sesuai dan terlaksana gitu, Kerjanya juga seminggu 3 hari doang, dari jam 3 - 10 malam, disediain juga fasilitas antar jemput, tapi karena Luna ada mobil jadi nggak ada." Jelas Luna, dirinya tidak mau memberitahu lebih lanjut karena toh dia baru akan mulai bekerja besok.
Keesokan harinya Dindra pun dia beritahu jika hari ini dia udah mulai bekerja, seperti biasa sifat kepo sahabatnya ini mulai kambuh dan segera mengajukan beberapa pertanyaan, "Jadi lo kerja sama eksekutif muda gitu? Ganteng nggak? Udah nikah?" tanya Dindra.
"Setau gue sih belum nikah ya, tapi dia udah punya pacar sih gue liat. Kalau ganteng sih ya lumayan ganteng lah" jawab Jeanny singkat sambil menahan rasa gugup agar tidak kelepasan bicara jika dirinya menjadi asisten Rein sang aktor terkenal sekaligus idola dari Dindra sahabatnya ini. Membayangkan Dindra histeris jika mengetahui hal tersebut membuat Luna bergidik.
"Kok lo tahu kalau dia udah punya pacar? Emang pas diinterview ada pacarnya gitu?" tanya Dindra lagi.
"Ya... yaa.... eksekutif muda kayak dia, ganteng, kaya masa sih nggak punya pacar kan. Pasti punya deh. Lagipula tenang aja, gue nggak tertarik sama dia. Karena fokus gue sekarang kerja dapat duit buat biaya kuliah gue" jelas Luna memberi alasan yang menurutnya cukup untuk mengelabui Dindra.
Dindra memandang sahabatnya dan mencibir, "Elah gaya amat lo, nggak bakal tertarik. Tar kalau jatuh cinta tau rasa deh lo sama dia, tapi tetep ya gue ucapin selamat buat lo yang akhirnya gak jadi miskin dan bisa belanja - belanja lagi setelah gajian, jangan lupa tar pas gajian traktir gue" cekikik Dindra.
"Beres, tar gue traktir lo di starbucks pas tumbler day ya" goda Luna.
"Jadi lo mulai kerja hari ini?" sahut Dindra sambil melihat Luna dari atas sampai bawah dengan tatapan mengerikan.
"Iya, gue mulai kerja hari ini tar jam 2 abis kelas gue berangkat" sahut Luna sambil mengunyah cilok ditangannya.
"Lunnn... plis ya, lo tuh mau kerja tapi lo pake baju gini? Lo jadi personal assistant eksekutif muda, masa lo pake baju begini sih" ucap Dindra memprotes outfit Luna hari ini, vest kebesaran, celana jeans, sepatu kets dan kemeja warna biru yang dia pakai.
"Lah kan gue kerja dibalik layar, emang harus banget gitu dandan?" tanya Luna.
"Aduh udah deh, kita ke mobil gue pinjemin baju casual formal buat lo. First impression tuh penting banget, tar dikira lo gak ada niat kerja sama dia kalau pake baju kek mau ngemall gini" seru Luna yang masih saja merepet berbicara dengan kecepatan diatas rata - rata.
Melihat sahabatnya yang begitu perhatian kepadanya, membuat Luna terharu dan memeluknya, "Ih apa sih peluk - peluk, najong" goda Dindra yang langsung mendapat balasan tepukan di pundaknya dari Luna.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!