Kekesalan Arsenio

"Nih, makananmu!" Daren meletakkan sekotak makanan di atas nakas.

"Kenapa kamu lama sekali? Kamu sengaja ya, biar aku kelaparan?" tukas Arsenio sembari meraih makanan dari atas nakas.

Daren berdecak, lalu mendengus kesal. "Kamu ya, sudah untung aku mau datang ke sini, bawa makanan ke kamu. Bukannya berterima kasih malah main nuduh yang nggak-nggak lagi," cetusnya, kesal.

"Iya, iya, terima kasih!" pungkas Arsenio akhirnya.

"Yang ikhlas dong!"

"Bodo amat!" sahut Arsenio sembari mengunyah makanannya.

"Cih," hanya itu yang mampu dilakukan oleh Daren sekarang.

Mereka berdua memang dari dulu suka adu mulut, tapi entah kenapa mereka sama sekali tidak pernah sakit hati satu sama lain dan justru akan saling membantu jika salah satu dari mereka sedang kesulitan.

"Kenapa kamu makan hanya sedikit?" Daren mengernyitkan keningnya, melihat Arsenio sudah meletakkan kotak makan ke atas nakas, sementara makanannya masih tersisa banyak.

"Rasanya gak enak!" sahut Arsenio.

"Gak enak? Padahal aku belinya di tempat kita sering makan lho. Masa sih gak enak?" alis Daren bertaut, bingung.

"Aku bilang gak enak ya gak enak, lah. Kan aku yang ngerasain. Soalnya beda sama masakan Zora," ucap Arsen tanpa sadar.

Tawa Daren sontak pecah. Bahkan pria itu sampai memegangi perutnya.

"Jadi ceritanya kamu ketagihan sama masakan Zora?" ledek Daren di sela-sela tawanya yang belum sepenuhnya reda.

"Sok tahu kamu!" elak Arsenio.

"Tuh tadi kamu yang bilang sendiri. Aku bukan sok tahu," Daren masih saja tetap tertawa.

"Sialan kamu!" umpat Arsenio sembari melemparkan bantal ke arah sahabatnya itu.

"Ini juga mulut kenapa bisa sampai bicara seperti itu sih? Si kunyuk itu, jadi punya bahan ejekan lagi kan," Arsenio merutuki kebodohannya sendiri dalam hati.

Setelah tawa Daren mereda, pria itupun meraih bantal yang tadi dilemparkan oleh Arsen dan melangkah menghampiri sahabatnya itu.

"Tapi, emang iya sih, masakan Zora emang enak. Soalnya aku juga sering makan masakannya," ucap Daren sembari melemparkan bantal tepat ke samping Arsenio.

"Apa? Kamu sering makan masakannya?" mata Arsenio langsung memicing. Entah kenapa ada rasa kesal dan tidak suka mendengar sahabatnya itu sering makan masakan istrinya.

"Iya, emangnya kenapa?" Daren mengernyitkan keningnya.

"Tidak apa-apa, lupakan saja!" sahut Arsen kembali bersikap biasa.

Namun, bukan Daren namanya kalau bisa percaya begitu saja. Ia menatap wajah Arsen dengan intens, berusaha membaca perubahan air muka sahabatnya itu. Daren tiba-tiba tersenyum misterius karena sepertinya pria itu tahu sesuatu.

"Emm, benar tidak apa-apa kan?" tanya Daren masih dengan senyum misteriusnya.

"Ya iyalah. Kamu kira aku peduli?" ucap Arsenio tegas.

"Bagus deh. Kalau begitu, aku tidak perlu sungkan lagi. Sebenarnya hampir setiap hari aku makan bersama dengan Aozora di bawah. Asal kamu tahu, kalau orang lain lihat, bisa-bisa kami dikira pasangan suami-istri, karena Aozora melayaniku makan seperti seorang istri pada umumnya. Dia menyendokkan nasi ke piringku, menanyakan lauk apa yang aku mau, bahkan langsung mengambilkan lauk yang aku minta. Bahkan air minum pun dia yang tuangin ke gelasku. Benar-benar seperti suami istri kan?" tutur Daren, sengaja melebihkan-lebihkan, untuk melihat reaksi sahabatnya itu.

Tanpa, Arsen sadari, pria itu tiba-tiba mengepalkan tangannya dengan kencang di balik selimutnya, ketika mendengar penuturan Daren. Wajah pria itu semakin memerah karena tiba-tiba membayangkan bagaimana istrinya itu melayani Daren saat makan.

"Kenapa, wajahmu memerah? jangan bilang kamu kesal dan marah?" goda Daren.

"Tidak!" bantah Arsen, masih berusaha bersikap biasa saja.

"Syukurlah. Berarti aku tetap bisa kan makan terus di sini? Hitung-hitung latihan jadi seorang suami. Kali aja kan, nanti kamu membuang Zora begitu Hanum kembali. Aku siap kok menampung dia. Soalnya Zora benar-benar istri idaman, Sob. Sayang kalau sampai jatuh ke tangan pria lain," Daren makin gencar menggoda Arsen. Melihat raut waja kesal sahabatnya itu, merupakan kesenangan tersendiri baginya.

"Daren bisa berhenti bicaranya? Sekarang sebaiknya kamu pergi dari sini!" Sepertinya Arsen sudah tidak bisa untuk menahan rasa kesalnya lagi.

"Lho, kamu mengusirku? kamu marah ya?"

"Pergi aku bilang pergi! Aku mau istirahat!" wajah Arsen benar-benar memerah sekarang.

"Jiahh, benar-benar marah dia! Padahal aku bercanda kali! Kamu langsung bawa serius, hahahaha!" tawa Daren pun kembali pecah.

"Aku tidak bawa serius dan tidak marah. Aku benar-benar hanya ingin istirahat. Aku capek mendengar ocehan tidak bermutu dari kamu!" Arsenio masih tetap membantah. Tiba-tiba merasa malu, pada Daren karena berhasil terpancing oleh sahabatnya itu.

"Seharian kamu di kamar saja, Sob. Tidur, duduk, begitu saja terus. Kurang istirahat apa lagi kamu? CK!" Daren berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Suka-sukaku lah! Sekarang sebaiknya kamu pergi!" ucap Arsen, ketus.

"Yaaahh, padahal aku masih mau menceritakan tentang Zora, tapi kamu tega mengusir sahabatmu ini. Atau, boleh nggak aku, di sini saja dulu sampai Zora pulang? Aku mau menyambutnya dan kangen dengan senyumannya,"

"DAREN, KELUAR AKU BILANG KELUAR!" suara Arsenio sudah meninggi. Pria itu juga kembali melemparkan bantal ke arah sahabatnya itu.

"Iya, iya aku keluar! Bantal ini aku biarkan di sini ya? biar Aozora curiga saat dia pulang nanti," Daren dengan sengaja berbalik hendak meninggalkan bantal yang dilemparkan, begitu saja.

"Eh, eh, Kunyuk! Bawa bantalnya ke sini, please jangan begitu!" Arsenio seketika panik.

"Ogah! Kalau mau ambil sendiri!" Daren berdiri dengan tangan yang bersedekap di dada.

"Please deh, Daren jangan main-main lagi! Sekalian kamu bawa sisa makanan ini ke bawah!" Arsen kini menurunkan egonya.

"Makanya, stop berpura-pura! Cepat bangun! Kecuali kalau kamu memang masih tetap berharap Hanum akan kembali dan memberiku banyak kesempatan untuk mendekati Aozora!" ucap Daren sembari melangkah untuk mengambil bekas makan Arsen. Namun, pria itu sama sekali tidak mengambil bantal dari lantai, entah apa maksud pria itu melangkahi begitu saja.

"Daren, kenapa bantalnya tidak kamu bawa ke sini?" Arsen menunjuk ke arah bantal.

Daren tidak menjawab sama sekali. Ia dengan santainya meraih bekas makanan Arsen dan kembali berjalan ke Arah pintu.

"Daren, bantalnya!" seru Arsen, mengingatkan.

Daren pun meraih bantal itu dan tiba-tiba melemparkannya tepat ke wajah sahabatnya itu sembari tertawa.

"Dasar sahabat laknat, bangsat!" umpat Arsen.

Tawa Daren masih tetap pecah, saat keluar dari kamar Arsen, hingga membuat asisten rumah tangga yang kebetulan lewat, heran sekaligus bingung melihat tingkah sahabat dari majikannya itu.

"Tuan Daren kenapa? Kenapa dia tertawa keluar dari kamar Tuan Arsen? bukannya Tuan Arsen masih koma?" batin asisten rumah tangga itu, dengan kening berkerut.

Menyadari ekspresi bingung dari asisten rumah tangga itu, tawa Daren sontak berhenti.

"Maaf, Bi. Tadi aku lagi terima telepon dan ada yang cerita lucu makanya aku tertawa. Tawaku mengganggu ya, Bi?" ucap Daren, berharap asisten rumah tangga itu percaya dengan ucapannya.

"Oh, begitu ya, Tuan? Tidak menggangu kok," sahut asisten rumah tangga itu.

Daren akhirnya beranjak pergi, setelah pamitan dengan sang asisten rumah tangga.

Sementara itu, di dalam sana, mata Arsenio menerawang menatap langit-langit kamarnya, memikirkan apa ucapan terakhir Daren tadi.

"Apa, memang sudah saatnya aku bangun?" batinnya.

Tbc

Terpopuler

Comments

🍁Angelaᴳ᯳ᷢ❣️Ꮶ͢ᮉ᳟𝐀⃝🥀☠ᵏᵋᶜᶟ

🍁Angelaᴳ᯳ᷢ❣️Ꮶ͢ᮉ᳟𝐀⃝🥀☠ᵏᵋᶜᶟ

arsenio tuh dah tertarik sama Zoya tapi masih gengsi 🤣🤣🤣🤣

2024-04-01

2

Diajeng Ayu

Diajeng Ayu

arsen kaya perempuan tiba" emosi, ngambek, mudah di provokasi kaya ga ada gentle" nya gitu

2024-03-23

1

Susilawati

Susilawati

aduh Arsen jadi cowok kok lembek banget, hanya Krn seorang Hanum rela harus pura2 koma, nggak cape apa.
jadi cowok itu harus kuat, tegas dan tegar jgn hanya krn masalah cinta jadi lemah gitu. lagi pula ngapain masih mengharapkan cewek yg nggak ada kabar beritanya, lebih baik kamu perhatian ke Zora yg sdh ada di depan mata.

2024-02-06

1

lihat semua
Episodes
1 Dipaksa untuk menikah
2 Keputusan Aozora
3 Alasan Amber.
4 Sah berganti status jadi istri
5 Menyampaikan uneg-uneg
6 Cantik
7 Daren
8 Permintaan Arsenio
9 Membersihkan tubuh Arsen
10 Hari pertama ke perusahaan
11 Dimas turun jabatan
12 Kedatangan Tsania
13 Kepanikan Tsania dan Dimas
14 Kita tidak bisa bersantai lagi
15 Bingung
16 Ancaman Aozora
17 Kepanikan Dimas dan Tsania
18 Kekesalan Arsenio
19 Gagal
20 Bangun
21 Hampir saja
22 Hampir saja 2
23 Berusaha menahan rasa kesal
24 Kamu butuh bantuan?
25 Apa dia sebaik itu?
26 Dia pasti cemburu
27 Aksi Damian
28 Ini pasti ulah Aozora
29 Terlalu percaya diri
30 Kepanikan Dona
31 Kamu harus berterima kasih padaku
32 Kamu harus menemaniku terapi
33 Ribut
34 Hampir saja
35 Siapa kamu?
36 bertemu Danuar
37 Aditya marah
38 Kembali ke pemilik asli
39 Sedikit kecewa
40 Selingkuh ?
41 Permulaan karma
42 Anda lebih tega
43 Bagaimana perasaanmu sekarang padaku?
44 Apa yang harus aku lakukan
45 Ancaman Dona.
46 cantik sekali!
47 Rencana licik Damian
48 Kemarahan Arsen
49 Aozora hilang sabar
50 Anggap saja aku sudah mati
51 Sulit dipahami
52 Bosan punya banyak uang
53 Aku tidak suka!
54 Rahasia Hanum
55 Akan kembali ke kantor
56 Pasrah
57 Sisi lain Arsen
58 Aku akan menghapus bekasnya
59 Dimas pulang
60 Ide gila Dona
61 Menyambut Arsen
62 Mau jadi sekretaris
63 Aku mau lihat sejauh mana rencanamu
64 Dona mengancam Tsania
65 Menemui Samudra!
66 Bella mendatangi Samudra
67 Ini tidak bisa dibiarkan
68 Provokasi Hanum
69 dia itu adik sepupuku
70 Aku sudah tidak peduli!
71 Apa yang aku lakukan itu keterlaluan?
72 Aku menyerah
73 Ke Makam
74 Dilema Tsania
75 Penyesalan Meta
76 pingsan
77 Keputusanku tetap sama.
78 Kalau tidak berguna buang saja!
79 Rencana Dimas
80 Acara Ulang tahun, Arsen
81 Ancaman Hanum
82 Aku juga tidak minta dilahirkan
83 Mengancam Danuar.
84 Aku harus bertindak
85 Ini semua rencanaku
86 Terpaksa melaporkan
87 Provokasi Hanum
88 Datang ke ruanganku sekarang!
89 Ya, Dia Raraku!
90 Aku mau menginap di sini
91 membujuk Aozora
92 Ke kantor polisi
93 Aku hamil.
94 Cerita Arsen
95 Kekesalan Arsen
96 Cari cara
97 Syarat Dimas
98 Aku ikhlas melakukannya
99 Perdebatan Bella dan Niko
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 bab 108
109 bab 109
110 bab 110
111 bab 111
112 bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 bab 115
116 bab 116
117 bab 117
118 bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Pengumuman
126 Pengumuman
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Dipaksa untuk menikah
2
Keputusan Aozora
3
Alasan Amber.
4
Sah berganti status jadi istri
5
Menyampaikan uneg-uneg
6
Cantik
7
Daren
8
Permintaan Arsenio
9
Membersihkan tubuh Arsen
10
Hari pertama ke perusahaan
11
Dimas turun jabatan
12
Kedatangan Tsania
13
Kepanikan Tsania dan Dimas
14
Kita tidak bisa bersantai lagi
15
Bingung
16
Ancaman Aozora
17
Kepanikan Dimas dan Tsania
18
Kekesalan Arsenio
19
Gagal
20
Bangun
21
Hampir saja
22
Hampir saja 2
23
Berusaha menahan rasa kesal
24
Kamu butuh bantuan?
25
Apa dia sebaik itu?
26
Dia pasti cemburu
27
Aksi Damian
28
Ini pasti ulah Aozora
29
Terlalu percaya diri
30
Kepanikan Dona
31
Kamu harus berterima kasih padaku
32
Kamu harus menemaniku terapi
33
Ribut
34
Hampir saja
35
Siapa kamu?
36
bertemu Danuar
37
Aditya marah
38
Kembali ke pemilik asli
39
Sedikit kecewa
40
Selingkuh ?
41
Permulaan karma
42
Anda lebih tega
43
Bagaimana perasaanmu sekarang padaku?
44
Apa yang harus aku lakukan
45
Ancaman Dona.
46
cantik sekali!
47
Rencana licik Damian
48
Kemarahan Arsen
49
Aozora hilang sabar
50
Anggap saja aku sudah mati
51
Sulit dipahami
52
Bosan punya banyak uang
53
Aku tidak suka!
54
Rahasia Hanum
55
Akan kembali ke kantor
56
Pasrah
57
Sisi lain Arsen
58
Aku akan menghapus bekasnya
59
Dimas pulang
60
Ide gila Dona
61
Menyambut Arsen
62
Mau jadi sekretaris
63
Aku mau lihat sejauh mana rencanamu
64
Dona mengancam Tsania
65
Menemui Samudra!
66
Bella mendatangi Samudra
67
Ini tidak bisa dibiarkan
68
Provokasi Hanum
69
dia itu adik sepupuku
70
Aku sudah tidak peduli!
71
Apa yang aku lakukan itu keterlaluan?
72
Aku menyerah
73
Ke Makam
74
Dilema Tsania
75
Penyesalan Meta
76
pingsan
77
Keputusanku tetap sama.
78
Kalau tidak berguna buang saja!
79
Rencana Dimas
80
Acara Ulang tahun, Arsen
81
Ancaman Hanum
82
Aku juga tidak minta dilahirkan
83
Mengancam Danuar.
84
Aku harus bertindak
85
Ini semua rencanaku
86
Terpaksa melaporkan
87
Provokasi Hanum
88
Datang ke ruanganku sekarang!
89
Ya, Dia Raraku!
90
Aku mau menginap di sini
91
membujuk Aozora
92
Ke kantor polisi
93
Aku hamil.
94
Cerita Arsen
95
Kekesalan Arsen
96
Cari cara
97
Syarat Dimas
98
Aku ikhlas melakukannya
99
Perdebatan Bella dan Niko
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
bab 108
109
bab 109
110
bab 110
111
bab 111
112
bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
bab 115
116
bab 116
117
bab 117
118
bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Pengumuman
126
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!