Keputusan Aozora

"Iya, Sayang!" terdengar suara pria yang memang sangat familiar di telinga Aozora.

"Sayang, aku kangen," ucap Tsania dengan nada manja, sembari melirik ke arah Aozora seraya tersenyum mengejek.

"Aku juga kangen, Sayang. Apalagi dengan __"

"Uhuk, uhuk!" Tsania sengaja berbatuk karena dia tahu apa yang akan diucapkan pria di ujung sana.

"Kamu kenapa, Sayang?" pria di ujung sana yang tidak lain adalah Dimas, terdengar sangat panik. Jangan lupakan, Aozora yang terlihat marah dengan wajah yang memerah.

"Tidak apa-apa, Sayang! Hanya tersedak sedikit. Kamu sekhawatir itu ya padaku?" Tsania masih menatap Aozora dengan tatapan meledek.

"Tentu saja, aku panik. Tapi benarkan kamu baik-baik saja?" sahut pria di ujung sana, membuat hati Aozora semakin sakit, karena pria di ujung sana sudah lama tidak begitu padanya.

"Kalau Kak Zora yang sakit, apa kamu juga akan bersikap seperti itu?" Tsania dengan sengaja membuat suaranya semakin manja.

"Tentu saja tidak! Aku benar-benar sudah malas dengan kakakmu yang sok suci itu. Bukan seperti kamu, yang bisa memberikan apa yang aku mau," ucap Dimas.

"Oh, jadi seperti itu? Jadi kenapa kamu melamarku kalau kamu sudah malas?" Aozora yang sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi, akhirnya bersuara.

"Sayang, ke-kenapa ada suara Zora?" pria di ujung sana sepertinya kaget mendengar suara wanita yang sedang mereka bicarakan.

"Ya, karena memang dia ada sini, Sayang. Aku kesal karena dia merasa wanita yang paling kamu cintai. Aku juga kesal, dia mengejekku, karena akan menikah denganmu,"sahut Tsania dengan bibir yang mengerucut. Wanita itu sengaja melebihkan-lebihkan, agar pria di ujung sana percaya padanya.

"Jelaskan Dimas, apa maksud kamu? Bukannya kita akan menikah mingu depan? Tapi kenapa kamu berselingkuh dengan Tsania? Apa kamu sudah tidak waras?" ponsel Tsania kini sudah berada di tangan Aozora.

"Baiklah, sepertinya aku sudah tidak bisa menutupinya lagi. Toh kamu juga sudah tahu. Aku memang menjalin hubungan dengan adikmu, karena dia lebih mengerti apa yang aku mau. Sedangkan kamu ... Sudah 4 tahun kita pacaran, tapi kamu masih sok suci. Aku muak, melihatmu!" ucap Dimas, yang begitu menyakitkan hati Aozora.

"Kamu benar-benar tega! Kalau kamu sudah muak, seharusnya kamu jujur. Jangan malah memintaku untuk menikah denganmu!" suara Aozora mulai meninggi.

"Siapa yang mau menikah denganmu? Kan kamu yang memintaku untuk segera menikahimu. Rencanaku kalau sudah menikahimu dan mendapatkan apa yang aku mau, aku akan meninggalkanmu, dan memilih Tsania," tutur Dimas yang membuat hati Aozora semakin sakit.

"Brengsek kamu! Dasar bajingan! Sekarang aku tidak mau menikah denganmu lagi! Aku tidak sudi menikah dengan pria brengsek seperti kamu!" dada Aozora terlihat naik turun saat mengucapkan ucapannya.

"Silakan! Aku tidak akan rugi, karena dengan begitu aku bisa menikah dengan Tsania. Mamaku juga sepertinya lebih setuju aku dengan Tsania dibandingkan kamu!"

"Oh, baiklah. Sekarang aku paham,pria brengsek memang cocok dengan wanita murahan seperti Tsania. Karena jodoh itu cerminan dari diri," ucap Aozora dengan sarkas, berusaha untuk terlihat tegar.

"Jaga mulutmu, Zora!" bentak Dimas.

"Tenang, aku tetap jaga mulutku. Mulutku tetap ada di tempatnya dan dia tidak akan kemana-mana. Lagian kenapa kamu membentakku? Bukannya yang aku katakan tadi benar? Disebut apalagi seorang wanita yang sudah rela tela*njang si depan pria kalau bukan wanita murahan? Wanita baik-baik begitu?" Sudut bibir Aozora menyeringai sinis.

"Jaga mulutmu! Aku tidak murahan!" bentak Tsania.

"Jadi,kalau bukan murahan, mau disebut apalagi? Kamu memikat, Dimas sampai telan*Jang di depannya, disebut apa kalau bukan murahan?" senyuman sinis Aozora sama sekali tidak tanggal dari bibir tipisnya.

"Tutup mulutmu, Zora! Adikmu tidak mungkin seperti itu!" bentak Aditya, dengan tatapan yang sangat tajam. Mendengar adanya suara Aditya, panggilan langsung diputuskan oleh Dimas begitu saja. Mungkin karena dia tidak menyangka kalau ternyata ada Aditya papanya Aozora dan Tsania di tempat itu.

"Bela saja terus, Pa! menurut papa, apa yang dimaksud Dimas, dengan mendapatkan apa yang dia mau dari Tsania tapi tidak didapatkan dariku? Itu, Tsania sudah memberikan tubuhnya karena itulah yang tidak didapatkannya dariku,"

Aditya sontak menoleh ke arah Tsania, menuntut penjelasan.

"Sial, kenapa aku jadi seperti terdakwa sekarang?" batin Tsania, ketika melihat tatapan papanya.

"Jelaskan, Tsania apa itu benar?" tanya Aditya dengan tegas.

"Sayang, jangan tatap anakku seperti itu! Kamu sudah menakutinya!" bentak Dona yang tidak terima melihat putrinya diintimidasi.

"Sudahlah, Pa. Tidak perlu dijelaskan lagi karena kenyataannya memang seperti itu," Aozora kembali bersuara.

"Tapi, tidak heran sih, dia bisa seperti itu, karena mamanya juga seperti itu. Sama-sama murahan!" sindir Aozora, dengan seringai sinis di sudut bibirnya.

"Hei, diam kamu anak tidak tahu diri! Tahu apa kamu hah!" bentak Dona.

"Hei, kenapa semarah itu? Yang aku katakan benar kan?" kamu menjerat papaku dengan memberikan tubuhmu secara gratis. Anak sama mama benar-benar sama. Sama-sama sampah!" ucapan Aozora semakin pedas.

Tangan Dona terayun hendak menampar pipi Aozora. Beruntungnya, Aozora sudah siap dan langsung menangkap tangan wanita paruh baya itu hingga tangan itu tergantung di udara. Kemudian, Aozora menghempaskan tangan wanita itu dengan kasar.

"Beraninya kamu!" Dona tidak terima dan kembali mengayunkan tangannya. Tapi, tangannya belum berhasil menyentuh pipi, Aozora, tangan Aozora sudah lebih dulu mendarat di pipi wanita paruh baya itu.

"AOZORA JELITHA!" bentak Aditya dengan suara menggelegar. "Kamu benar-benar sudah kelewatan. Kamu tidak punya sopan santun!" ucap pria itu lagi.

"Aku hanya melindungi diriku sendiri. Papa lihat sendiri, kan. Pelakor Papa ini yang mau memukulku. Masa aku diam saja. Aku bukan Zora yang dulu, yang bisa hanya menangis dan menerima nasib. Karena aku tahu, papa yang aku harapkan bisa melindungiku, tenyata tidak bisa. Jadi, aku yang akan melindungi diriku sendiri," ucap Aozora dengan lugas, tegas dan berapi-api.

Aditya sontak kembali bergeming, merasa apa yang diucapkan putrinya itu benar adanya.

"Sekarang, kalian mau aku menikah dengan Arsenio kan? Baiklah, aku akan bersedia. Tapi, aku anggap kalau Papa sudah menjualku, sebagai pelunas utang. Jadi, itu berarti kita tidak punya hubungan lagi. Karena barang yang sudah dijual dan dibeli oleh orang, tidak punya kaitan lagi," lanjut Aozora lagi dengan tegas.

"Tidak seperti itu, Nak! Kamu sama sekali tidak papa jual. Kamu hanya papa minta menikah," Aditya mulai panik.

"Sama saja. Karena aku papa minta menikah, untuk membayar utang. Orang tua mana yang tega mengorbankan putrinya sendiri demi membayar utang? Bukannya itu termasuk papa menjualku? Pokoknya, aku tegaskan kalau aku sudah menikah dengan pria itu, berarti kita sudah tidak punya hubungan apapun!" tegas Aozora.

"Terserah kamu, mau bilang apa, aku tidak peduli! Mau kamu bilang kalau kamu itu dijual dan tidak punya hubungan apapun dengan kami, aku tidak peduli. Karena aku juga tidak ingin punya hubungan apapun denganmu," ucap Dona dengan sinis.

"Sayang! Dia itu anakku!" bentak Aditya.

"Apaan sih? Kan dia sendiri yang bilang akan memutuskan hubungan denganmu, kalau dia menikah dengan Arsenio? jadi untuk apa kamu marah? Lagian, kamu mau dia tidak menikah dengan Arsenio, yang ujung-ujungnya perusahaan akan bangkrut? Tidak kan? Jadi, mending kamu iyakan deh,"

Aditya lagi-lagi terdiam, membenarkan ucapan istrinya.

"Tidak, aku tidak mau perusahaan itu hancur," gumam Aditya.

"Nah kalau begitu, iya kan saja pada yang dia katakan. Repot amat. Perusahaan lebih penting dari dia," ucap Dona lagi.

Aozora berdecih, kemudian tersenyum smirk berusaha menutupi rasa sakit hatinya melihat papanya yang ternyata lebih mementingkan perusahaan dibandingkan dirinya.

"Tante, apa Tante lupa kalau itu perusahaan peninggalan mamaku? Jadi kalau utang sudah lunas, berarti perusahaan itu akan kembali padaku sebagai ahli waris. Rumah ini juga diwariskan padaku, jadi setelah aku menikah, sebaiknya kalian pergi karena kita sudah tidak punya hubungan lagi!" ujar Aozora, sinis.

Tawa Dona seketika pecah mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Aozora.

"Kamu kira perusahaan dan rumah masih atas namamu? Semuanya sudah aku alihkan atas nama Tsania,"

Mata Aozora membesar, terkesiap kaget mendengar ucapan wanita paruh baya itu.

"Tante jangan bohong, karena aku sama sekali tidak pernah menandatangani, perpindahan nama," Aozora sama sekali tidak percaya.

"Sangat mudah untuk memalsukan tanda tanganmu, Aozora," ucap Dona tersenyum sinis.

"Kalian benar-benar brengsek! Dan papa benar-benar sudah dibohongi wanita culas ini!" umpat Aozora.

Ingin sekali Aozora mengatakan kalau dia juga tidak perlu lagi, untuk menikah dengan Arsenio, karena bagaimanapun perusahaan itu bukan miliknya lagi. Tapi, dia menggantung ucapannya di udara, karena dia seperti itu, berarti perusahaan peninggalan mamanya benar-benar akan bangkrut dan dia tidak punya kesempatan untuk merebut kembali perusahaan mamanya.

"Baiklah, berarti aku memang harus menikah dengan pria itu, sembari memikirkan cara untuk merebut kembali semua harta peninggalan almarhum mama," bisik Aozora pada dirinya sendiri.

"Baiklah, sekarang kalian semua bisa menang. Tapi, aku tidak akan pernah tinggal diam. Cepat atau lambat, aku akan mengambil alih apa yang harusnya menjadi milikku!" pungkas Aozora dengan tegas.

Tanpa mereka sadari, pembicaraan mereka semua didengar oleh seorang wanita paruh baya yang merupakan ibu dari Arsenio, pria yang akan menjadi suami Aozora. Wanita itu tadinya berniat akan menjemput calon menantunya sendiri.

"Aku akan kembali ke mobil. Sekarang kalian sendiri yang masuk, dan bawa calon nona muda kalian ke rumah!" titahnya, sembari melangkahan kakinya menuju mobil.

Tbc

Terpopuler

Comments

Karlina S. Wiratmadja

Karlina S. Wiratmadja

baru baca

2024-05-03

0

Alivaaaa

Alivaaaa

semangat Zoora 💪

2024-05-02

0

Rose Mustika Rini

Rose Mustika Rini

hemm si papahnya ini udah dikasih obat apa ya sm ibu tirinya...udah nyata si ibu tiri itu jahat perilakunya seperti itu dan lebih heran lg ko udah tau si ibu tiri mengalihnamakan nama ke adiknya..itu si papah ga kaget apa berarti ibu tiri dan si anak itu cuma mengincar harta...ko si papah ga sadar ya

2024-04-04

2

lihat semua
Episodes
1 Dipaksa untuk menikah
2 Keputusan Aozora
3 Alasan Amber.
4 Sah berganti status jadi istri
5 Menyampaikan uneg-uneg
6 Cantik
7 Daren
8 Permintaan Arsenio
9 Membersihkan tubuh Arsen
10 Hari pertama ke perusahaan
11 Dimas turun jabatan
12 Kedatangan Tsania
13 Kepanikan Tsania dan Dimas
14 Kita tidak bisa bersantai lagi
15 Bingung
16 Ancaman Aozora
17 Kepanikan Dimas dan Tsania
18 Kekesalan Arsenio
19 Gagal
20 Bangun
21 Hampir saja
22 Hampir saja 2
23 Berusaha menahan rasa kesal
24 Kamu butuh bantuan?
25 Apa dia sebaik itu?
26 Dia pasti cemburu
27 Aksi Damian
28 Ini pasti ulah Aozora
29 Terlalu percaya diri
30 Kepanikan Dona
31 Kamu harus berterima kasih padaku
32 Kamu harus menemaniku terapi
33 Ribut
34 Hampir saja
35 Siapa kamu?
36 bertemu Danuar
37 Aditya marah
38 Kembali ke pemilik asli
39 Sedikit kecewa
40 Selingkuh ?
41 Permulaan karma
42 Anda lebih tega
43 Bagaimana perasaanmu sekarang padaku?
44 Apa yang harus aku lakukan
45 Ancaman Dona.
46 cantik sekali!
47 Rencana licik Damian
48 Kemarahan Arsen
49 Aozora hilang sabar
50 Anggap saja aku sudah mati
51 Sulit dipahami
52 Bosan punya banyak uang
53 Aku tidak suka!
54 Rahasia Hanum
55 Akan kembali ke kantor
56 Pasrah
57 Sisi lain Arsen
58 Aku akan menghapus bekasnya
59 Dimas pulang
60 Ide gila Dona
61 Menyambut Arsen
62 Mau jadi sekretaris
63 Aku mau lihat sejauh mana rencanamu
64 Dona mengancam Tsania
65 Menemui Samudra!
66 Bella mendatangi Samudra
67 Ini tidak bisa dibiarkan
68 Provokasi Hanum
69 dia itu adik sepupuku
70 Aku sudah tidak peduli!
71 Apa yang aku lakukan itu keterlaluan?
72 Aku menyerah
73 Ke Makam
74 Dilema Tsania
75 Penyesalan Meta
76 pingsan
77 Keputusanku tetap sama.
78 Kalau tidak berguna buang saja!
79 Rencana Dimas
80 Acara Ulang tahun, Arsen
81 Ancaman Hanum
82 Aku juga tidak minta dilahirkan
83 Mengancam Danuar.
84 Aku harus bertindak
85 Ini semua rencanaku
86 Terpaksa melaporkan
87 Provokasi Hanum
88 Datang ke ruanganku sekarang!
89 Ya, Dia Raraku!
90 Aku mau menginap di sini
91 membujuk Aozora
92 Ke kantor polisi
93 Aku hamil.
94 Cerita Arsen
95 Kekesalan Arsen
96 Cari cara
97 Syarat Dimas
98 Aku ikhlas melakukannya
99 Perdebatan Bella dan Niko
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 bab 108
109 bab 109
110 bab 110
111 bab 111
112 bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 bab 115
116 bab 116
117 bab 117
118 bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Pengumuman
126 Pengumuman
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Dipaksa untuk menikah
2
Keputusan Aozora
3
Alasan Amber.
4
Sah berganti status jadi istri
5
Menyampaikan uneg-uneg
6
Cantik
7
Daren
8
Permintaan Arsenio
9
Membersihkan tubuh Arsen
10
Hari pertama ke perusahaan
11
Dimas turun jabatan
12
Kedatangan Tsania
13
Kepanikan Tsania dan Dimas
14
Kita tidak bisa bersantai lagi
15
Bingung
16
Ancaman Aozora
17
Kepanikan Dimas dan Tsania
18
Kekesalan Arsenio
19
Gagal
20
Bangun
21
Hampir saja
22
Hampir saja 2
23
Berusaha menahan rasa kesal
24
Kamu butuh bantuan?
25
Apa dia sebaik itu?
26
Dia pasti cemburu
27
Aksi Damian
28
Ini pasti ulah Aozora
29
Terlalu percaya diri
30
Kepanikan Dona
31
Kamu harus berterima kasih padaku
32
Kamu harus menemaniku terapi
33
Ribut
34
Hampir saja
35
Siapa kamu?
36
bertemu Danuar
37
Aditya marah
38
Kembali ke pemilik asli
39
Sedikit kecewa
40
Selingkuh ?
41
Permulaan karma
42
Anda lebih tega
43
Bagaimana perasaanmu sekarang padaku?
44
Apa yang harus aku lakukan
45
Ancaman Dona.
46
cantik sekali!
47
Rencana licik Damian
48
Kemarahan Arsen
49
Aozora hilang sabar
50
Anggap saja aku sudah mati
51
Sulit dipahami
52
Bosan punya banyak uang
53
Aku tidak suka!
54
Rahasia Hanum
55
Akan kembali ke kantor
56
Pasrah
57
Sisi lain Arsen
58
Aku akan menghapus bekasnya
59
Dimas pulang
60
Ide gila Dona
61
Menyambut Arsen
62
Mau jadi sekretaris
63
Aku mau lihat sejauh mana rencanamu
64
Dona mengancam Tsania
65
Menemui Samudra!
66
Bella mendatangi Samudra
67
Ini tidak bisa dibiarkan
68
Provokasi Hanum
69
dia itu adik sepupuku
70
Aku sudah tidak peduli!
71
Apa yang aku lakukan itu keterlaluan?
72
Aku menyerah
73
Ke Makam
74
Dilema Tsania
75
Penyesalan Meta
76
pingsan
77
Keputusanku tetap sama.
78
Kalau tidak berguna buang saja!
79
Rencana Dimas
80
Acara Ulang tahun, Arsen
81
Ancaman Hanum
82
Aku juga tidak minta dilahirkan
83
Mengancam Danuar.
84
Aku harus bertindak
85
Ini semua rencanaku
86
Terpaksa melaporkan
87
Provokasi Hanum
88
Datang ke ruanganku sekarang!
89
Ya, Dia Raraku!
90
Aku mau menginap di sini
91
membujuk Aozora
92
Ke kantor polisi
93
Aku hamil.
94
Cerita Arsen
95
Kekesalan Arsen
96
Cari cara
97
Syarat Dimas
98
Aku ikhlas melakukannya
99
Perdebatan Bella dan Niko
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
bab 108
109
bab 109
110
bab 110
111
bab 111
112
bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
bab 115
116
bab 116
117
bab 117
118
bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Pengumuman
126
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!