Gagal

Aozora dan Amber berjalan keluar dengan tujuan untuk pulang. Mereka berdua memutuskan untuk tidak menunggu sampai acara selesai. Aozora bahkan tidak ikut ibu mertuanya untuk mengucapkan selamat.

"Ma, aku ke toilet dulu sebentar ya! Mama duluan aja ke mobilnya," ucap Aozora.

"Emm, Mama di sini saja menunggumu. Kamu tidak lama kan?"

"Nggak kok, Ma. Aku hanya buang air kecil saja," sahut Aozora.

"Baiklah, kamu pergi saja, mama tunggu di sini!"

"Tapi, nanti Mama akan kecapean berdiri. Jadi mending Mama ke mobil duluan," saran Aozora benar-benar merasa tidak enak, membayangkan mertuanya itu berdiri menunggunya.

"Ya udah. Mama ke mobil duluan, Mama akan tunggu kamu di sana!" pungkas Ambergris akhirnya.

Aozora pun mengayunkan kakinya melangkah menuju toilet

Beruntungnya, tidak terlalu banyak yang menggunakan toilet, sehingga Aozora tidak perlu menunggu giliran. Setelah selesai dengan hajatnya, Aozora pun seperti biasa mencuci tangan sebelum akhirnya keluar dari toilet.

Aozora berjalan dengan langkah sedikit cepat karena tidak mau mertuanya menunggu lama. Namun ada sesuatu yang aneh dia rasakan. Entah kenapa dia merasa dua orang pria yang memakai topi, seperti tengah membuntutinya. Aozora pun dengan tiba-tiba melihat ke belakang, dan dua pria itupun ikut berhenti dan berpura-pura sedang berbicara serius.

Jantung Aozora pun mulai berdegup kencang, merasa semakin yakin kalau dua pria itu tengah menguntitnya. Ia pun langsung mempercepat langkahnya, membuat dua pria di belakang sana juga langsung ikut mempercepat langkah.

"Tidak boleh jadi ini! Aku tidak boleh terlihat takut," Aozora kembali berhenti dan menoleh ke belakang.

"Hei, kenapa kalian mengikutiku, hah?" Aozora dengan sengaja membentak sembari melemparkan tatapan yang sangat tajam ke arah di pria itu.

Dua pria itupun saling silang pandang dan tiba-tiba tertawa. Tanpa memberikan jawaban apapun salah satu dari pria itu pun memberikan isyarat melalui matanya pada rekannya untuk menyergap tubuh Aozora. Tanpa bisa dihindari, hanya dengan sekali sergap, tubuh Aozora kini sudah berpindah ke tangan dua pria itu.

"Hei lepaskan aku! Kalau tidak aku akan teriak!" Aozora berusaha melepaskan dirinya, namun tenaganya kalah dengan dua pria bertubuh besar itu.

"Silakan saja teriak, kalau kamu mau pisau ini menancap di pinggangmu!" Ternyata salah satu pria itu sudah menempelkan sebuah pisau kecil di pinggang Aozora. Pria itu bahkan sengaja menutup pisau itu dengan sebuah jaket, agar tidak terlihat oleh orang.

"Siapa kalian? Kenapa kalian melakukan ini padaku?" tanya Aozora yang sekarang sudah tidak bisa menyembunyikan ketakutannya lagi.

"Tidak perlu kamu tahu siapa kami. Sekarang, ayo jalan! ingat jangan sampai macam-macam, karena sekali saja Kamu buka mulut, aku tidak akan segan-segan menusukkan pisau ini ke pinggangmu, paham kamu!" pria itu sedikit menekan pisau itu, membuat Aozora meringis.

"Kenapa masih diam? Ayo jalan!" salah satu dari pria itu berbisik namun penuh tekanan.

Mau tidak mau, Aozora pun akhirnya kembali mengayunkan kakinya melangkah.

"Melangkah seperti biasa. Jangan pasang wajah tertekan seperti itu!" kembali pria di belakangnya itu berbisik penuh ancaman.

"I-iya," sahut Aozora, akhirnya pasrah.

Mereka bertiga baru saja hendak berbelok, tapi tiba-tiba dari balik tembok ada tendangan yang sangat keras mengenai dua pria itu. Tendangan itu sangat tiba-tiba dan gerakannya sangat cepat, hingga dua pria tadi tidak punya kesempatan untuk menghindar. Kedua pria itu pun akhirnya terpental cukup jauh.

Tenyata ada dua orang pria yang memiliki postur tubuh tinggi dan memakai jas hitam. Salah satu dari pria itu dengan sigap langsung mengamankan Aozora dan satu lagi, melangkah menghampiri dua pria yang sekarang tengah meringis kesakitan, sembari memegang perut masing-masing.

Dua pria itu hendak bangun berdiri, tapi belum sempat berdiri sebuah tendangan kembali mengenai mereka dan kali ini mengarah ke arah dada.

"A-ampun!" rintih dua pria itu.

"pergi dari sini, atau aku tidak akan segan-segan, memberikan pukulan yang lebih keras dari yang tadi, bahkan mungkin akan sulit kamu lupakan!" pria berpakaian hitam itu, berucap dengan suara yang sangat rendah tapi terselip sebuah ancaman yang tidak boleh dianggap main-main.

"Ba-baik, kami akan pergi!" dua pria tadi kembali berusaha untuk berdiri.

"Ingat, jangan sesekali kami melihat kalian berdua hendak mencelakai Nyoya kami. Kalian akan rasakan akibatnya nanti!" kembali pria itu mengancam seraya melemparkan tatapan membunuh.

Dua pria itupun akhirnya berbalik dan berjalan menjauh sembari tertatih-tatih.

"Ka-kalian siapa?" tanya Aozora masih dengan kondisi ketakutan.

"Kami ini pengawal anda," sahut salah satu dari pria itu, ambigu.

"Pengawal? Kapan aku punya pengawal? Kalian salah orang kali. Mungkin bukan aku yang harus kalian kawal," ucap Aozora, tidak percaya.

"Maaf, Nyoya! Kami tidak salah orang! Ayo, silakan Nyoya tinggalkan tempat ini, dan kami akan ada di belakang Nyonya," pria yang memiliki postur lebih tinggi dari rekannya berbicara dengan sangat lembut tapi tidak bisa menyembunyikan ketegasan di balik nada bicaranya.

"Nyonya? Mereka memanggilku Nyonya. Itu berarti mereka tahu kalau aku sudah menikah. Tapi, dari mana mereka bisa tahu?" bisik Aozora pada dirinya sendiri dengan kening yang berkerut.

"Silakan, Nyonya!"pria yang tadi mengamankannya, memberikan jalan pada Aozora.

"Ahh, apa mungkin mama Amber yang meminta mereka mengawalku? Mungkin saja sih," Aozora membatin sembari tetap melangkahkan kakinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Apa? Kalian gagal menyekapnya?" terdengar suara teriakan yang penuh amarah dari seorang wanita. Wanita itu tidak lain ada lah Dona, mama tiri Aozora.

"Iya, Nyonya! Ternyata ada yang melindungi wanita itu. Kami berdua tidak bisa melawan karena pengawalnya itu sangat kuat," terdengar suara ketakutan dari ujung telepon.

"Brengsek! Kalian memang tidak berguna! untuk menangani wanita lemah seperti dia saja kalian tidak mampu. Sia-sia aku bayar kalian mahal! Sekarang, kalian berdua kembali kan uangnya!" Wajah Dona sudah sangat memerah pertanda wanita itu sudah penuh dengan amarah yang amat sangat.

"Tidak boleh begitu, Nyonya! Uang yang sudah anda kasih tidak akan kami kembalikan. Karena bagaimanapun kami juga terluka," panggilan pun langsung diputuskan secara sepihak oleh pria yang ternyata suruhan dari Dona.

"Hei, hei!" teriak Dona, namu sudah tidak ada jawaban lagi dari pria di ujung sana. "Brengsek! berani-beraninya mematikan telepon!" maki Dona seraya menggertakan giginya, penuh amarah.

Di lain sisi, Aozora pun kini sudah tiba di tempat di mana ibu mertuanya menunggu.

"Aozora kenapa kamu lama?" tanya Amber begitu menantunya itu sudah berdiri di dekatnya.

"Maaf, Ma tadi ada kendala sedikit. Ada yang yang ingin menyekapku," sahut Aozora.

"Apa? Jadi, bagaimana sekarang? Apa kamu baik-baik saja?" dengan penuh kekhawatiran Amber memeriksa tubuh menantunya itu.

"Aku baik-baik saja, Ma. Tadi, orang suruhan mama sudah menolongku," Aozora menunjuk ke arah dua pria di belakangnya.

"Orang suruhanku?" gumam Amber dengan kening berkerut menatap ke arah dua pria yang ditunjukkan oleh Aozora.

"Oh, i-iya. Mereka memang aku yang suruh," ucap Amber yang seketika langsung paham kenapa ada dua pria itu.

"Terima kasih, Ma! Mama benar-benar memikirkan keselamatanku!" ucap Aozora, tulus.

"Emang sudah seharusnya, Sayang. Ayo kita masuk ke mobil saja. Kita langsung pulang!" Amber hendak membuka pintu mobil, tapi salah satu dari pengawal itu dengan cepat menahan pintu itu.

"Kenapa?" tanya Amber dengan alis bertaut.

"Sebaiknya Nyonya kami antar dengan mobil itu saja, biar lebih aman," sahut pria itu dengan tegas dan berwibawa.

Aozora mungkin akan bingung kenapa pria itu tidak mengizinkan mereka masu ke dalam mobil yang mereka bawa tadi. Namun, tidak dengan Amber. Wanita paruh baya itu, paham benar kenapa pengawal itu melarang mereka masuk. Ia yakin kalau mobil mereka sudah di sabotase oleh seseorang.

"Ya udah, ayo kita ke mobil kalian," pungkas Amber akhirnya.

Dari jauh tampak Damian, mengumpat penuh amarah,karena merasa sudah gagal mencelakai kakak iparnya dan menantunya. Wanita yang dia anggap menjadi penghalang dirinya untuk mendapatkan perusahaan.

Tbc

Terpopuler

Comments

🍁Angelaᴳ᯳ᷢ❣️Ꮶ͢ᮉ᳟𝐀⃝🥀☠ᵏᵋᶜᶟ

🍁Angelaᴳ᯳ᷢ❣️Ꮶ͢ᮉ᳟𝐀⃝🥀☠ᵏᵋᶜᶟ

pasti Arsenal yang nyuruh uh so sweet banget 😄😄😄😄

2024-04-01

2

Susilawati

Susilawati

kenapa dua cecunguk tadi langsung di lepas, seharusnya tanya dulu mereka itu suruhannya siapa, kalo nggak mau bicara siksa dulu biar mereka mengaku dan di rekam buat bahan bukti.

2024-02-06

2

Wiwik Wardoyo

Wiwik Wardoyo

dua kubu yg menyerang mereka saudara 👍👍

2024-01-30

0

lihat semua
Episodes
1 Dipaksa untuk menikah
2 Keputusan Aozora
3 Alasan Amber.
4 Sah berganti status jadi istri
5 Menyampaikan uneg-uneg
6 Cantik
7 Daren
8 Permintaan Arsenio
9 Membersihkan tubuh Arsen
10 Hari pertama ke perusahaan
11 Dimas turun jabatan
12 Kedatangan Tsania
13 Kepanikan Tsania dan Dimas
14 Kita tidak bisa bersantai lagi
15 Bingung
16 Ancaman Aozora
17 Kepanikan Dimas dan Tsania
18 Kekesalan Arsenio
19 Gagal
20 Bangun
21 Hampir saja
22 Hampir saja 2
23 Berusaha menahan rasa kesal
24 Kamu butuh bantuan?
25 Apa dia sebaik itu?
26 Dia pasti cemburu
27 Aksi Damian
28 Ini pasti ulah Aozora
29 Terlalu percaya diri
30 Kepanikan Dona
31 Kamu harus berterima kasih padaku
32 Kamu harus menemaniku terapi
33 Ribut
34 Hampir saja
35 Siapa kamu?
36 bertemu Danuar
37 Aditya marah
38 Kembali ke pemilik asli
39 Sedikit kecewa
40 Selingkuh ?
41 Permulaan karma
42 Anda lebih tega
43 Bagaimana perasaanmu sekarang padaku?
44 Apa yang harus aku lakukan
45 Ancaman Dona.
46 cantik sekali!
47 Rencana licik Damian
48 Kemarahan Arsen
49 Aozora hilang sabar
50 Anggap saja aku sudah mati
51 Sulit dipahami
52 Bosan punya banyak uang
53 Aku tidak suka!
54 Rahasia Hanum
55 Akan kembali ke kantor
56 Pasrah
57 Sisi lain Arsen
58 Aku akan menghapus bekasnya
59 Dimas pulang
60 Ide gila Dona
61 Menyambut Arsen
62 Mau jadi sekretaris
63 Aku mau lihat sejauh mana rencanamu
64 Dona mengancam Tsania
65 Menemui Samudra!
66 Bella mendatangi Samudra
67 Ini tidak bisa dibiarkan
68 Provokasi Hanum
69 dia itu adik sepupuku
70 Aku sudah tidak peduli!
71 Apa yang aku lakukan itu keterlaluan?
72 Aku menyerah
73 Ke Makam
74 Dilema Tsania
75 Penyesalan Meta
76 pingsan
77 Keputusanku tetap sama.
78 Kalau tidak berguna buang saja!
79 Rencana Dimas
80 Acara Ulang tahun, Arsen
81 Ancaman Hanum
82 Aku juga tidak minta dilahirkan
83 Mengancam Danuar.
84 Aku harus bertindak
85 Ini semua rencanaku
86 Terpaksa melaporkan
87 Provokasi Hanum
88 Datang ke ruanganku sekarang!
89 Ya, Dia Raraku!
90 Aku mau menginap di sini
91 membujuk Aozora
92 Ke kantor polisi
93 Aku hamil.
94 Cerita Arsen
95 Kekesalan Arsen
96 Cari cara
97 Syarat Dimas
98 Aku ikhlas melakukannya
99 Perdebatan Bella dan Niko
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 bab 108
109 bab 109
110 bab 110
111 bab 111
112 bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 bab 115
116 bab 116
117 bab 117
118 bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Pengumuman
126 Pengumuman
Episodes

Updated 126 Episodes

1
Dipaksa untuk menikah
2
Keputusan Aozora
3
Alasan Amber.
4
Sah berganti status jadi istri
5
Menyampaikan uneg-uneg
6
Cantik
7
Daren
8
Permintaan Arsenio
9
Membersihkan tubuh Arsen
10
Hari pertama ke perusahaan
11
Dimas turun jabatan
12
Kedatangan Tsania
13
Kepanikan Tsania dan Dimas
14
Kita tidak bisa bersantai lagi
15
Bingung
16
Ancaman Aozora
17
Kepanikan Dimas dan Tsania
18
Kekesalan Arsenio
19
Gagal
20
Bangun
21
Hampir saja
22
Hampir saja 2
23
Berusaha menahan rasa kesal
24
Kamu butuh bantuan?
25
Apa dia sebaik itu?
26
Dia pasti cemburu
27
Aksi Damian
28
Ini pasti ulah Aozora
29
Terlalu percaya diri
30
Kepanikan Dona
31
Kamu harus berterima kasih padaku
32
Kamu harus menemaniku terapi
33
Ribut
34
Hampir saja
35
Siapa kamu?
36
bertemu Danuar
37
Aditya marah
38
Kembali ke pemilik asli
39
Sedikit kecewa
40
Selingkuh ?
41
Permulaan karma
42
Anda lebih tega
43
Bagaimana perasaanmu sekarang padaku?
44
Apa yang harus aku lakukan
45
Ancaman Dona.
46
cantik sekali!
47
Rencana licik Damian
48
Kemarahan Arsen
49
Aozora hilang sabar
50
Anggap saja aku sudah mati
51
Sulit dipahami
52
Bosan punya banyak uang
53
Aku tidak suka!
54
Rahasia Hanum
55
Akan kembali ke kantor
56
Pasrah
57
Sisi lain Arsen
58
Aku akan menghapus bekasnya
59
Dimas pulang
60
Ide gila Dona
61
Menyambut Arsen
62
Mau jadi sekretaris
63
Aku mau lihat sejauh mana rencanamu
64
Dona mengancam Tsania
65
Menemui Samudra!
66
Bella mendatangi Samudra
67
Ini tidak bisa dibiarkan
68
Provokasi Hanum
69
dia itu adik sepupuku
70
Aku sudah tidak peduli!
71
Apa yang aku lakukan itu keterlaluan?
72
Aku menyerah
73
Ke Makam
74
Dilema Tsania
75
Penyesalan Meta
76
pingsan
77
Keputusanku tetap sama.
78
Kalau tidak berguna buang saja!
79
Rencana Dimas
80
Acara Ulang tahun, Arsen
81
Ancaman Hanum
82
Aku juga tidak minta dilahirkan
83
Mengancam Danuar.
84
Aku harus bertindak
85
Ini semua rencanaku
86
Terpaksa melaporkan
87
Provokasi Hanum
88
Datang ke ruanganku sekarang!
89
Ya, Dia Raraku!
90
Aku mau menginap di sini
91
membujuk Aozora
92
Ke kantor polisi
93
Aku hamil.
94
Cerita Arsen
95
Kekesalan Arsen
96
Cari cara
97
Syarat Dimas
98
Aku ikhlas melakukannya
99
Perdebatan Bella dan Niko
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
bab 108
109
bab 109
110
bab 110
111
bab 111
112
bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
bab 115
116
bab 116
117
bab 117
118
bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Pengumuman
126
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!