Bab 17

Ciiiiitttt!

"Masuk!" Suara dari jendela mobil mengagetkan Dewi.

"Mas Pras?" Dewi menoleh, terkejut.

Ciiiittttt! Suara derit mobil berhenti dengan kasar.

"Turun!" Titah Prasetyo dengan marah.

"Kamu ini apa-apaan sih!" Dewi sampai kaget bukan kepalang. Hampir saja dahinya terbentur barusan.

Dewi lalu turun di ikuti suaminya, begitu mereka sampai di halaman rumahnya.

Tiba-tiba saja Prasetyo menarik tangan Dewi dengan kasar dan menyeretnya ke kamar.

"Lepaskan! Apa-apaan sih kamu!" Teriak Dewi karena tangannya di cengkeram dengan sangat kuat.

Braaaakkkk! Prasetyo seperti kerasukan setan.

Dewi terhempas diatas kasur. Prasetyo tiba-tiba langsung menindihnya. Dewi bahkan kesulitan bernafas saat ini.

"Lepaskan! Sakit!"

Teriak Dewi ketika kedua tangannya di tindih dan di cengkeram oleh Prasetyo.

"Jadi kamu main gila sama bos kamu?" Bisik Prasetyo dengan mata penuh kecemburuan dan bahkan dia mengendus leher Dewi seperti akan memperkosanya.

"Tutup mulutmu!" Dewi membelalak kaget dengan tuduhan suaminya yang tidak berdasar.

"Jangan mengelak. Katakan saja. Kamu tidak mau disentuh olehku. Tapi kamu disentuh olehnya di belakangku bukan?" Prasetyo kembali berbicara kasar dan tajam. Bibirnya turun kedada Dewi.

"Hentikan! Lepaskan!" Dewi meronta dan merasa jijik disentuh dengan cara seperti ini.

"Apa yang kamu lakukan sepulang kerja? Apakah kalian ke hotel? Bercinta? Seperti ini?" Tiba-tiba saja bibir Prasetyo membuat tanda merah didada Dewi dengan paksa. Sejak hubungan mereka bermasalah, Dewi dan Prasetyo tidak pernah berhubungan. Mereka tinggal satu rumah tapi tidak pernah bercinta lagi seperti dulu.

Duak!

Dewi menendang Prasetyo hingga dia terjungkal ke pinggir ranjang. Setelah itu Dewi bangun dan memperbaiki bajunya. Dengan cepat tangannya mengambil gunting dan mengancam Prasetyo untuk tetap diam di tempatnya.

"Diam disitu!" Dengan nafas terengah-engah Dewi melotot kearah suaminya.

"Mengancam? Kalau aku mati kau akan menikahi pria itu!" Prasetyo malah tertawa kecil dengan meremehkannya. Istrinya ini sekarang tidak punya siapa-siapa lagi. Yang dia miliki hanya dirinya dan Rena.

"Diaaaamm!" Dewi berteriak.

"Jangan samakan aku seperti selingkuhan mu itu! Yang suka main belakang dan menusuk diam-diam!"

Prasetyo berangsut bangun. Api cemburu masih berkilat dimatanya.

"Diam disitu!" Teriak Dewi lalu akan berputar dan keluar dari kamarnya.

Cekkk!

Dengan cepat Prasetyo menampar gunting yang diacungkan kearahnya dan kembali mencekik leher Dewi.

Dia memepetnya ke tembok.

"Berapa kali dia mengantar kau pulang?"

"Ekkkhh. Lepaskan! Sakit!"

"Kau sudah tidak waras!" Teriak Dewi sambil meronta.

"Hh, aku cemburu melihat kau diantar pria itu. Aku tidak waras, jika kau terus dekat-dekat dengannya." Prasetyo mencondongkan kepalanya mendekati wajah Dewi.

Dewi menendang kaki Prasetyo dan segera kabur keluar kamar.

"Dewi! Kembali!" Teriak Prasetyo karena istrinya berhasil kabur.

Bruuukkk!

Prangggg!

Prasetyo menabrak bibi yang sedang membawa minuman.

"Ohh, maaf Tuan!" Prasetyo tidak mempedulikannya.

Sang bibi menatap heran pada wajah bosnya ini. Dia sepertinya berubah dengan cepat dalam waktu singkat. Sikapnya yang ramah berubah menjadi kasar.

"Kamu ini gimana sih!" Prasetyo berdecak kesal.

"Biar saya bersihkan Tuan!" ucap bibi dengan kaki gemetaran.

Jeddar!

Dewi masuk ke kamar Rena. Suster yang melihat keadaan bosnya yang berantakan dan rambut acak-acakan serta wajahnya yang ketakutan menjadi panik.

Ceklek!

Dengan cepat Dewi mengunci pintunya. Prasetyo mengetuk dari luar.

"Dewi, bukain pintunya!"

Dewi tidak menyahut. Hanya nafasnya yang tersengal-sengal ketakutan.

"Dewi. Ayo keluar!"

Dewi masih diam dan tidak menyahut.

Dewi tetap diam, hingga beberapa menit kemudian tidak ada suara ketukan pintu lagi.

Terdengar suara langkah kaki menjauhi kamar Rena.

Dewi terduduk di belakang pintu dan mulai terisak.

"Non, saya akan keluar," Suster itu merasa jika bos nya butuh waktu sendirian. Mungkin mereka baru saja bertengkar, batinnya. Dengan sadar diri, suster itu lalu berangsut keluar kamar.

Dewi kini sendirian. Suster menggendong Rena keluar kamar. Saat sendirian Dewi kembali memejamkan matanya dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Diapun menelpon pengacaranya dan meminta saran darinya.

"Aku mulai tidak aman tinggal disini," sahut Dewi melalui telepon.

"Baik pak," Pengacaranya sepertinya memberi saran padanya. Dewi Mengangguk dan menutup teleponnya.

Dari jendela Dewi melihat Prasetyo keluar lagi dengan mobilnya. Akhirnya Dewi merasa lega karena suaminya itu pergi entah kemana.

.

"Maya! Kamu dimana?"

"Aku dikamar mandi Mas. Perutku tiba-tiba sakit!" Maya nampak keluar dari kamar mandi setelah tadi menelpon Prasetyo.

"Mas ...!" Maya memeluknya dan mendekapnya. Menyandarkan kepalanya di dada Prasetyo.

"Ayo duduk!" Prasetyo mengajak Maya duduk di ranjang.

"Tanganmu kenapa ini Mas?" Maya terbelalak saat melihat cakaran panjang di tangan Prasetyo.

"Ehm, ini. Tidak papa. Hanya baret saja," Prasetyo lalu menyembunyikan bekas luka cakaran Dewi itu.

Maya menatapnya dengan ragu. Namun diapun tak ingin bicara jika memang Prasetyo tidak mau membahasnya.

"Pegang ini Mas. Dia kangen sama ayahnya," Maya membawa tangan Prasetyo mengelus perutnya.

"Aku, ada kejutan untukmu Mas!"

"Hem?" Pikiran Prasetyo masih berada di tempat lain. Kendati tubuhnya ada di kontrakan Maya.

"Sepertinya anak kita laki-laki Mas?"

Deg. Kaget. Menoleh.

"Apa?"

"Iya Mas. Tadi siang aku ke dokter dan kemungkinan besar aku akan melahirkan anak laki-laki,"

"Benarkah?" Prasetyo menatap tajam wajah Maya lalu beralih ke perutnya.

Maya mengangguk dalam lalu menunjuk Prasetyo untuk mengelus perutnya kembali.

"Rena tidak bisa melihat. Jika anakku lahir nanti, dia bisa menjaga kakaknya Mas," ucapan manis Maya menyentaknya relung hati Prasetyo.

Dan mulai mengubah sudut pandangnya. Tadinya dia ingin agar Maya menggugurkan kandungannya. Namun sekarang, sejak dia tahu anaknya laki-laki didalam kandunganya, maka pikirannya berubah.

Prasetyo masih terdiam dalam lamunannya.

"Mas, anakku akan menjadi seperti kamu ketika dia dewasa nanti. Dan dia akan menjadi pelindung kakaknya,"

"Tentu ...!" Akhirnya Prasetyo merengkuh Maya kedalam pelukannya lebih erat. Lalu membelai rambutnya dan kini dia mulai mengubah keputusan yang telah dia buat dengan Dewi.

Prasetyo akan menikahi Maya demi anak yang dia kandung saat ini.

"Mas, jadi kapan kita menikah?"

"Sabar sayang, sebentar lagi. Aku akan bicara dengan Dewi,"

Merekapun berlanjut dalam kemesraan dan bercinta hingga Prasetyo menginap di kontrakan Maya.

Tengah malam,

Tok! Tok! Tok!

Suara gaduh terdengar dari luar rumah Maya.

Maya dan Prasetyo yang lelap dalam selimut yang sama lalu terbangun.

Tok, tok, tok!

Kembali terdengar ketukan pintu dari luar.

"Mas, sepertinya ada yang mengetuk pintu," ucap Maya dan segera memakai piyamanya. Begitu juga Prasetyo.

Mereka berjalan keruang tamu dan berdiri bersama untuk membuka pintunya.

"Maaf, saya RT di wilayah ini,"

"Ohh, silahkan masuk pak!" Prasetyo dan Maya saling berpandangan.

"Bapak sudah melanggar aturan diwilayah kami. Karena menginap di kontrakan seorang gadis tanpa lapor pada kami terlebih dahulu,"

"Dia calon suami saya," ujar Maya. Wajah Prasetyo sudah memerah karena malu. Dia di gerebek warga di tempat ini.

"Apakah ada buktinya? Maaf mbak Maya, hal seperti ini memang sudah lumrah di zaman ini. Pria wanita tinggal serumah sebelum menjadi suami istri sah. Tapi tidak berlaku di wilayah kami," Kata RT setempat dengan tegas.

Maya dan Prasetyo tertunduk. Mereka berbicara secara kekeluargaan hingga akhirnya Prasetyo meminta pada RT setempat untuk tidak memperpanjang masalah malam ini. Dan akan membawa Maya ke rumah nya sekarang juga.

"Baik pak. Demi kenyamanan warga yang lainnya, maaf, terpaksa kami melakukan penertiban seperti ini," ucap Pak RT itu sebelum pamit.

"Ya, kami mengerti." sahut Prasetyo sementara Maya berkemas dan akan kerumah Prasetyo malam ini juga.

Tidak lama kemudian, mereka sudah sampai di halaman rumah Prasetyo.

Dengan kunci cadangan Prasetyo masuk karena sepertinya semua penghuni rumah sudah terlelap.

"Kamu tidur di kamar tamu. Ngga papa kan?"

"Iya Mas," jawab Maya lalu masuk ke kamar tamu. Sementara Prasetyo pergi ke kamarnya sendiri.

Krekkk!

Prasetyo membuka pintu, dan melihat kamar itu masih rapi dan lampunya juga tidak menyala.

Dia lalu menyalakan lampu dan menghempaskan tubuhnya diatas kasur. Matanya menatap langit-langit kamar dan akhirnya terlelap juga.

Pagi hari, Dewi keluar dari kamar Rena dan akan sarapan sebelum berangkat kerja.

Dia dan Prasetyo duduk saling berhadapan tanpa berbicara. Mereka saling diam-diaman karena peristiwa semalam.

Tiba-tiba terdengar pintu kamar tamu di buka dari dalam.

Kreeekkk!

Mereka menoleh bersamaan. Dan Dewi terbelalak, matanya melebar melihat Maya keluar dari kamar tamu.

"Maya?!" Ucap Dewi dengan gigi gemetaran lalu menoleh pada Prasetyo yang terdiam.

Bersambung ...

.

Terpopuler

Comments

Masitoh Masitoh

Masitoh Masitoh

mundur dewi suami kaki selingkuh jgn d adil..lnjut

2023-07-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!