Bab 4

Dengan cepat Maya memasukkan alat itu kedalam tasnya kembali, sebelum Dewi melihatnya. Diapun melenggang keluar dan duduk bersama sepasang suami istri itu.

"Prang!" Maya menjatuhkan sendoknya dan melihat dimana letak kaki Prasetyo.

Setelah mengambil sendok itu, dia duduk kembali. Mereka makan bersama sambil ngobrol ringan. Kala itu, Prasetyo merasakan kakinya seperti di elus-elus oleh kaki seseorang. Diapun penasaran lalu mengintipnya, dan ternyata itu adalah kaki Maya.

Prasetyo menatap Maya dengan memicingkan matanya, dalam hati dia bertanya apa mau gadis gila ini? Setelah tadi menciumnya tiba-tiba, sekarang dia berani menggoda nya.

"Mas, aku sudah kenyang, aku akan ke kamar duluan." Dewi merasa mendengar suara bayinya, sehingga dia akan melihatnya di kamar.

Sekarang tinggal Prasetyo yang hanya berdua saja dengan Maya. Maya tersenyum kecil kala Dewi sudah beranjak pergi. Prasetyo juga sepertinya sudah selesai makan.

"Mas, maaf, ada sisa makanan di sudut bibirmu?" Ucap Maya sembari mendekati Prasetyo.

"Dimana?"

"Biar aku bantu," kata Maya lalu semakin dekat dengan Prasetyo yang sedang duduk dan mengusap sisa makanan itu dengan sapuan jarinya. Prasetyo merasakan tangan lentik itu mengelus bibirnya dengan lembut. Dia kembali menatap Maya dan heran dengan sikapnya. Sementara Maya malah tersenyum lalu mengerlingkan matanya dan berjalan ke kamarnya. Maya seakan memberikan kode agar Prasetyo mengikutinya ke kamarnya.

Dan benar saja, Prasetyo yang penasaran karena sudah di pancing duluan, lalu mengikuti Maya ke kamarnya.

Dia berhenti di pintu. Pintu itu sengaja tidak di tutup rapat oleh Maya. Maka saat itu juga Maya melepaskan semua bajunya dan berganti baju dengan lingerie yang transparan. Prasetyo yang melihat adegan berganti baju itu mulai merasa gelisah. Apalagi saat melihat seluruh bagian dari tubuh Maya yang menonjol. Maka tanpa dia sadari miliknya kembali menegang.

Diapun menarik nafas berat dan bergumam. "Benar-benar semok. Semakin hari Maya semakin berani saja. Apakah ini tandanya kalau dia ingin aku sentuh?"

"Apakah dia memang tertarik sama aku? Sudah beberapa hari dia seperti memberikan lampu hijau padaku," gumam Prasetyo.

"Tuan? Kok Tuan ada disini?" Tegur bibi mengagetkan Prasetyo yang sedang menimbang rasa yang dia rasakan saat ini.

"Ohh, si bibi. Ngagetin saja!"

"Bibi ngapain ke sini?"

"Ngga kok Tuan. Bibi mau beres-beres meja makan," sembari berlalu di bibi mulai curiga jika mereka berdua semakin dekat saja.

"Aku menjadi semakin cemas. Mereka sepertinya mulai tertarik satu sama lain,"

Prasetyo yang sudah kepergok sama artnya lalu meninggalkan depan kamar Maya dan pergi ke kamarnya sendiri.

Saat masuk, dia melihat istrinya sedang tidur dengan daster itu lagi- itu lagi. Semakin hari istrinya semakin terlihat tidak menarik di hatinya. Jarang dandan, pakai daster terus dan rambut di kucir sekenanya. Padahal saat pertama kali berjumpa dulu, Dewi juga wanita karir. Dia juga menarik seperti Maya. Namun seiring waktu, semuanya mengubah kebiasaan Dewi yang malah terlihat seperti seorang pengasuh bayi. Tidak punya waktu untuk merawat dan mempercantik diri. Setiap hari hanya anak saja yang dia pikirkan.

Dewi memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga kala dia mengalami kesulitan mendapatkan momongan. Jadwal kerja yang padat dan bolak-balik ke luar kota membuatnya tidak kunjung mengandung hingga bertahun-tahun pernikahan mereka.

"Ahh," Prasetyo menarik bantal dan duduk sambil melamun. Lagi-lagi dia gelisah dan tidak bisa tidur. Kembali dia teringat pada Maya yang tidur di kamar sebelah. Dan mulai memikirkan apa yang sedang di lakukan Maya di dalam sana.

Sedetik kemudian, dia menoleh dan melihat jika Dewi sudah pulas. Diapun keluar dan melihat ke sekelilingnya. Setelah merasa tidak ada yang melihatnya, Prasetyo mendekati kamar Maya. Dia mengintip dari lubang kunci. Dan dia terkejut kala melihat Maya sedang menonton video dewasa sendirian.

"Maya? Dia menonton film seperti itu? Ohh, dia benar-benar gadis yang aneh!" Gumam Prasetyo dan malah menyenggol vas hingga jatuh, namun tidak pecah. Maya yang mendengar suara itu langsung keluar dan membuka pintu.

"Mas Pras?!" Tegur Maya kaget melihat Prasetyo ada di depan kamarnya.

"Kok mas Pras ada disini?"

"Ehm, itu ..." Saat Prasetyo akan menjawabnya, Dewi malah menariknya ke dalam kamarnya. Karena saat itu dia melihat bibi keluar dari kamarnya.

Prasetyo terduduk di ranjang dan melihat video itu masih berputar otomatis. Maya yang kaget karena ketahuan Prasetyo sedang menonton film begituan menjadi malu.

"Aku ...."

"Kau suka film seperti ini?" Tegur Prasetyo kala Maya tertunduk malu.

"Aku hanya iseng saja," jawab Maya asal.

"Aku juga suka kok. Kalau kamu mau kita bisa nonton bersama. Sini, biar aku tunjukkan yang sangat bagus," Prasetyo malah tertarik untuk menikmati film itu bersama Maya.

"Tapi," saat Maya akan menolaknya, Prasetyo malah menarik tangannya.

"Sudah jangan malu. Ayo kita nonton bersama, pasti lebih seru!"

Prasetyo malah tersenyum dan mencari film yang akan dia tonton bersama Maya. Setelah ketemu diapun mulai menyaksikan film itu. Maya terdiam saja, dan sesekali memalingkan wajahnya dan beradu pandang dengan Prasetyo.

"Maya, kamu sudah punya pacar?" tanya Prasetyo dan dijawab gelengan saja oleh Maya.

"Cewek secantik kamu tidak punya pacar, ini sangat aneh," ucapnya lagi.

"Memang tidak punya kok. Lagian siapa sih yang mau sama cewek seperti aku ini?" Maya merendah di hadapan Prasetyo.

Mereka lalu terdiam sejenak. Karena efek dari menonton bersama lama-lama tangan Prasetyo berpindah ke pundak dan merangkul Maya. Lalu saat melihat Maya diam saja. Prasetyo meremas buah segar di dadanya, dan saat Maya tetap diam. Prasetyo membuka baju atasan Maya dan menyentuh lehernya. Maya lagi-lagi tetap diam, maka Prasetyo langsung bergerak lebih jauh lagi.

"Maya," bisik Prasetyo dengan nafas berhembus hangat seakan menahan hasrat dalam panasnya darah yang mencapai ubun-ubunnya.

"Ehm," suara aneh mulai terlepas dari kedua bibir Maya membuat Prasetyo semakin kehilangan akalnya.

Maya yang seakan pasrah dan tetap diam, membuat Prasetyo menduga jika memang dia bersedia melayaninya. Maka tanganya semakin agresif dan liar ke setiap titik serta bagian sensitif lainnya.

"Maaf," masih terdengar suara lirih dalam panasnya darah yang mengalir.

"Lagi, teruskan lagi," sebuah permintaan karena semua sudah hampir mencapai klimaksnya.

"Ahh!" Kedua bibir mereka yang bertaut menghembuskan nafas begitu kuat seiring semakin cepatnya gerakan yang dilakukan.

Maya terkulai dan kepalanya masih menindih lengan Prasetyo dengan mata terpejam. Suara video yang mereka tonton juga masih terdengar dan berputar.

Prasetyo menatap wajah Maya agak lama lalu menarik nafas dalam-dalam. Maya masih terpejam karena sensasi yang sudah lama tidak ia rasakan.

Hingga terjadilah hal yang tidak seharusnya mereka lakukan dalam waktu yang sangat singkat. Cairan itu telah membasahi rahim Maya.

Dan saat itu Maya baru sadar jika dia telah melakukan kesalahan besar.

"Mas, kita ..."

"Ya. Aku tahu," jawab Prasetyo sembari mengelap miliknya dengan beberapa helai tisu.

"Mas, sebaiknya kamu segera pergi dari sini. Bagaimana jika Dewi atau orang lain tahu? Apa yang akan terjadi padaku?" Maya dengan mata berkaca-kaca menyuruh Prasetyo agar segera memperbaiki bajunya dan keluar dari kamarnya.

"Ohh, ya. Aku harus keluar dari kamarmu. Sebelum ada yang melihatnya!" Prasetyo dengan cepat mengancing kemejanya dan keluar dari kamar Maya.

Nampak sprei masih berantakan dan Maya masih membiarkan bajunya berserakan. Dia tertunduk dan memikirkan apa yang telah dia lakukan barusan dengan suami sahabatnya.

"Apa yang sudah aku lakukan? Kenapa aku membiarkan semua ini terjadi?"

Maya menangis tanpa isakan. Dia hanya takut dan khawatir jika sampai di ketahui oleh orang lain termasuk sahabatnya.

Saat Prasetyo membuka pintu dia bertabrakan dengan Dewi.

"Mas, kamu darimana saja?" Tegur Dewi yang terbangun.

"Aku, aku dari dapur tadi," jawab Prasetyo dan mendesak masuk ke dalam. Dia tentu merasa bersalah dan takut hingga tidak berani menatap mata istrinya.

"Mas Pras terlihat aneh," batin Dewi lalu mematikan lampu kamarnya kembali.

Sementara Prasetyo berbaring miring menatap tembok dan memejamkan matanya dengan gelisah.

"Maafkan aku Dewi ..."

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Sukliang

Sukliang

itula salah tetima wanita tinggal di rmh

2023-08-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!