Plakkk!
Kamu jahat Mas!
Aku benci kamu!
Menampar sekuat tenaga. Mencakar dengan kuku yang tajam. Menendang membabi buta. Menumpahkan semua rasa sakit dengan menyakiti pasangannya. Dan pasangan diam saja. Bahkan saat dia menggenggam pisau buah dan siap menusuknya.
Ternyata semua adegan itu hanyalah khayalan Dewi saja. Kenyataannya dia diam seribu bahasa. Bahkan manakala Prasetyo mengajak Maya mendekat ke arahnya.
"Tangannya terluka, apakah kau punya obat?" ucapan Prasetyo menyentakkan lamunannya.
"Ya. Akan aku ambilkan," Dewi berjalan dengan cepat lalu kembali dengan kotak obat di tangannya.
"Biar aku obati," lagi-lagi yang dia lakukan sangatlah berbeda dengan apa yang bergejolak didalam pikirannya.
Tidak saat ini. Aku akan menahannya sampai membuktikan perselingkuhan mereka.
"Aoo sakit!" Pekik Maya saat Dewi menekan lukanya dengan kuat dan pasti menyakitkan hingga Maya berteriak.
"Ehm, maaf. Sakit ya?" Dewi menatap ekspresi sahabatnya ketika merasakan sakit itu.
Prasetyo menatap mereka berdua dengan cemas.
"Ini hanya luka kecil. Aku akan memberikan plester,"
"Tidak perlu. Biar aku saja," tolak Maya karena takut Dewi tidak hati-hati dan membuatnya lebih sakit.
"Ohh, baiklah," Dewi tersenyum kecil.
Ini belum seberapa, luka yang kau berikan padaku, seribu kali lebih menyakitkan dari, jarimu yang terluka.
"Ayo Mas, Maya biar istirahat saja," ajak Dewi menggandeng suaminya ketika melihat Maya masih menatap jarinya yang baru saja di plester.
"I-iya!"
Mereka lalu ke ke kamar dan Prasetyo terkejut saat melihat kamar itu nampak berbeda.
"Kok, sepertinya ada yang beda dengan kamar ini,"ujarnya menatap seluruh sudut ruangan itu.
"Ohh itu. Aku memindahkan beberapa barang ke kamar lain. Dan juga, aku lupa bilang sama kamu. Mulai besok Rena akan ada suster dari yayasan yang akan merawatnya,"
"Loh, memangnya kenapa?" Prasetyo kaget dan menatap wajah Dewi dengan lekat.
"Aku akan kembali bekerja Mas," ucapnya dengan nada datar.
"Maksudmu?" Prasetyo kembali terkejut.
"Aku bosan terlalu lama diam dirumah. Aku akan bekerja kembali," jawab Dewi dan suaminya masih terpaku menatap istrinya yang mondar-mandir di hadapannya.
"Bukankah gajiku sudah lebih dari cukup?" Menurut Prasetyo, istrinya itu bersikap aneh sejak beberapa hari ini. Dari sarapan pagi yang hanya roti, lalu suster, dan kamar ini, juga tingkah lakunya.
"Ya. Tapi ini bukan soal cukup atau tidak cukup Mas. Aku juga harus tetap mandiri seperti dulu. Apakah kamu senang melihat aku memakai daster setiap hari?" ucap Dewi menoleh sambil tersenyum tipis.
"Baiklah. Kau boleh bekerja," Akhirnya Prasetyo mengangguk setujui.
Prasetyo langsung mandi dan saat keluar dari kamar mandi dia kaget karena melihat Dewi memakai lingerie yang sama persis seperti milik Maya.
Bahkan saking kagetnya, dia hampir saja terpeleset dan memanggilnya dengan nama Maya.
"Ma, eh Dewi!"
"Hati-hati Mas!" Dewi menoleh dan tentu saja dia sempat mendengar nama depan Maya yang hampir saja di sebut oleh suaminya.
"Dewi!?" Sambil berpegangan pada tembok, Prasetyo menatap lurus ke arah Dewi dengan lingerie yang sama persis seperti milik Maya.
"Ya, aku istrimu..." Dewi tersenyum seakan bisa membaca apa yang ada didalam pikiran suaminya.
Tapi kalau tidak salah, baju itu sama persis seperti yang di pakai Maya malam itu. Kenapa bisa sama?
Prasetyo bergumam sendirian dalam kebingungannya.
"Kau heran melihatku seperti ini?" Tegur Dewi dalam candaan. Meskipun dia tahu Prasetyo terkejut bukan kepalang.
"Ya. Kau tiba-tiba berubah. Aku kaget saja," jawabnya masih berdiri dan kakinya menjadi kelu untuk berjalan.
"Aku berubah karena kamu Mas," ucap Dewi lirih dan pembicaraan mereka terhenti tiba-tiba karena ada suara pintu di ketuk.
Dewi tidak bermaksud ingin berhubungan dengan suaminya. Dia hanya ingin melihat ekspresi suaminya saat melihat lingerie yang dia pakai sama persis seperti milik Maya.
Tok tok tok!
"Buka saja, ngga di kunci," jawab Dewi tanpa beranjak dari tempat tidurnya, seakan dia tahu siapa yang datang.
Maya lalu membuka pintu dan terkejut melihat Dewi memakai baju yang seksi yang sama persis seperti miliknya. Bahkan mulutnya sampai melongo dan matanya membulat kaget.
"Ini hairdryer nya, maaf aku lupa mengembalikannya," ucapnya dengan tatapan lurus kearah lingerie yang dipakai Dewi.
"Ya, tidak papa,"
Sahut Dewi tersenyum dan membiarkan Maya melihatnya dengan baju seseksi itu. Sementara Prasetyo berdiri dengan rambut yang masih basah habis mandi.
Melihat semua itu, hati Maya membuncah karena emosi. Hatinya terbakar hebat dan dalam bayangannya Dewi dan Prasetyo baru saja berhubungan mesra.
Entah kenapa dia tidak rela dan merasa panas hatinya melihat pemandangan itu.
Ceklek!
Maya menutup pintu kamar Dewi dengan cepat.
Dia langsung kembali ke kamarnya dan mencari baju yang sama seperti yang dipakai Dewi di lemari bajunya.
"Masih ada,"
"Kenapa bisa sama?"
Dia benar-benar heran. Bagaimana bisa mereka memiliki lingerie yang sama.
Kembali ke kamar Dewi. Prasetyo melihat istrinya berpakaian seksi menjadi tersenyum senang. Matanya terpuaskan dengan pemandangan yang indah itu.
"Kamu membuatku bergairah," ucapnya setelah menaruh handuk dan memeluk Dewi dari belakang.
"Benarkah?"
Dewi membiarkan suaminya menikmati dirinya dengan pakaian seksi itu. Dia merencanakan sesuatu.
Sementara Maya duduk sendirian dimeja makan. Berulang kali dia menoleh, menunggu Prasetyo atau Dewi keluar dari kamarnya. Namun mereka tidak juga datang. Hal itu membuatnya berpikir macam-macam dan menjadi gelisah.
"Apa yang mereka lakukan dikamar? Kenapa tidak keluar untuk makan malam?" Gumamnya kesal.
"Aku akan memanggil nya saja. Tidak enak rasanya aku makan sendirian seperti ini," Maya lalu bangkit dan berjalan ke kamar Dewi.
Saat sampai didepan pintu kamar itu, dia mendengar suara-suara aneh seperti orang yang sedang bermesraan. Suara kulit berpacu dalam keringat yang membuat suara tepukan itu keluar hingga terdengar di luar kamar.
Belum lagi suara Dewi yang sepertinya menikmati sesuatu yang tentu tidak asing di telinga Maya.
"Mereka sedang ... ," Maya tidak kuasa meneruskan kalimatnya. Suara itu semakin terdengar keras dan cepat membuat telinga nya serasa terbakar.
Maya tanpa sadar mengepalkan tangan nya dan menjauhi kamar Dewi. Dia tidak lagi berselera makan meskipun dia lapar. Dia langsung kembali ke kamarnya dan meringkuk di atas kasur.
"Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku seperti tidak rela melihat semua itu!"
Maya melempar semua bantal ke lantai dan membuatnya berserakan dimana-mana.
Sementara itu, Dewi sudah selesai dengan suaminya. Dia memijat suaminya sambil bercerita tentang masa-masa yang pernah mereka lalui bersama.
"Apakah kamu masih ingat semua itu Mas? Saat pertama kali kita bertemu lalu memutuskan untuk menikah,"
"Tentu dong sayang. Masa aku lupa sih?"
"Apakah semua itu berarti untukmu?"
"Kamu dan pernikahan kita sangat berarti untukku, kamu puas?"
Dewi mengangguk pelan dengan jawaban manis yang entah hanya di bibir saja atau keluar dari hatinya.
"Ayo keluar Mas, kita akan makan malam. Aku akan memanggil Maya," ucap Dewi sembari memakai piyama yang lebih sopan.
Saat itu kamar Maya tidak terkunci, maka Dewi mengetuk dan langsung membukanya.
"Maya?" Dewi terkejut kala melihat Maya terisak diatas ranjang dengan tempat tidur yang berantakan dan bantal ada dimana-mana.
Dan saat melihat Prasetyo berdiri di belakang Dewi, maka tanpa rasa malu, Maya malah melewati Dewi dan menghambur memeluk suaminya.
Dewi lagi-lagi di buat kaget dan terpaku melihatnya.
Prasetyo juga kaget saat tiba-tiba Maya memeluknya seperti ini.
Maya terisak di dada bidang Prasetyo tanpa Dewi bisa mencegahnya.
Mata Dewi hanya terbelalak sementara Prasetyo mengangguk kan kepalanya pada Dewi agar dia tenang dan tidak salah paham.
"Apa yang terjadi?" tanya Prasetyo sembari melepaskan Maya menjauh dari pelukannya.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Martika Tika
istri tolol
2023-12-30
0
Soraya
pdhl dh ada bukti, trus mo cari bukti apa lagi,
2023-09-03
0