Pagi hari seperti biasanya, Maya akan berangkat ke kantor bersama Prasetyo. Dewi pun tidak curiga jika semalam mereka telah melakukan hubungan suami istri tanpa sepengetahuannya.
Di dalam mobil, Maya terlihat menunduk saja. Sepertinya peristiwa semalam masih membekas dan membuatnya gelisah hingga saat ini. Prasetyo juga merasakan rasa canggung yang sama. Tapi dia adalah seorang pria. Sikap pria tentu berbeda dengan para wanita yang akan malu saat bertemu. Para pria malah terlihat cepat sekali melupakan peristiwa panas semalam itu.
"Soal semalam, aku minta maaf," kata Prasetyo membuka pembicaraan dalam keheningan di dalam mobil itu sebelum dia menyalakan mesinnya.
"Aku sangat takut. Bagaimana kalau ada yang tahu?" kata Maya dengan lirih tak berani menatap mata Prasetyo seperti biasanya.
"Maya, sebaiknya kita rahasiakan apa yang terjadi semalam. Ini demi kebaikan kita bersama. Kau dan Dewi bersahabat sejak lama bukan? Bagaimana reaksinya jika dia tahu segalanya?"
"I-iya aku mengerti."
Maya dan Prasetyo akhirnya sepakat untuk merahasiakan dan melupakan apa yang terjadi semalam. Dan mereka menganggap jika itu adalah kekhilafan semata.
Maya menarik nafas dalam dan panjang. Prasetyo nampak lebih terlihat santai dan mulai menyalakan mesin mobilnya.
.
Ternyata dia sudah tidak perawan. Apakah artinya dia memang wanita gampangan? Ah, dia memang cantik, aku akui itu.
Pulang kerja, Prasetyo tidak melihat Maya.
Ternyata Maya mendapatkan kode dari seorang klien yang menunggunya di sebuah kafe.
Maya pun datang menemui pria itu. Pria itu berniat membayar dirinya jika dia mau melayani nya.
"Aku pernah melihatmu di rumah Mami Harem,"
"Apa?" Maya terkejut karena ada yang mengenali wajahnya ketika bekerja di rumah Harem.
"Jadi kau sekarang juga bekerja di kantor itu?"
"I-iya," Maya tidak bisa membohongi pria ini.
"Aku akan membayar mahal, jika kau memberikan service terbaik,"
"Ehm, tapi..."
"Jangan takut. Aku tidak akan membongkar identitas mu. Ini antara kau dan aku saja,"
Sejenak Maya terdiam dan memikirkan ajakan pria botak ini.
Maya yang saat ini belum gajian dan di kejar hutang akhirnya setuju untuk berkencan malam ini.
"Baiklah, aku bersedia," jawabnya karena sudah tiga hari terus di telpon oleh seseorang yang menagih janji yang telah dia buat.
Maya melayani tamu itu hingga jam 11 malam.
"Aku harus pulang. Nanti orang rumah curiga jika aku tidak pulang," ucapnya pada tamunya itu setelah mereka selesai bercinta.
"Baiklah. Sebenarnya aku ingin kau disini sampai pagi. Tapi jika tidak bisa, ya sudah!"
Pria memberikan sejumlah uang yang di telah di sepakati bersama Maya. Maya tersenyum dan mengambil uang itu lalu pergi begitu saja.
"Semua ini gara-gara wanita itu!" Kesal Maya ketika sudah mendapatkan taksi. Sebenarnya Maya pernah merusak tas salah seorang istri pria konglomerat kala mereka bertengkar. Maya yang di tuduh menjadi pelakor tidak terima dan menggunting tas itu hingga rusak. Namun ternyata, harga tas wanita itu sangatlah mahal. Maka wanita itu mengancam dirinya akan memenjarakan nya jika tidak mengganti dengan tas yang sama.
Karena takut, akhirnya Maya dan wanita itu membuat kesepakatan. Maya bersedia mengganti tas yang rusak asalkan tidak berurusan dengan polisi. Dan suami wanita itu adalah pria brengsk yang lari dari masalah dan membuat Maya terjebak diantara masalah yang mereka hadapi.
Kembali ke apa yang terjadi dengan Maya selanjutnya.
Sampai di rumah, Dewi dan Prasetyo berdiri di teras dengan cemas dan khawatir. Bagaimanapun Maya tinggal dirumah mereka, jika terjadi apa-apa denganya maka mereka juga merasa bertanggung jawab.
"Lah itu Maya?"
Prasetyo nampak menelisik penampilan Maya dari ujung kaki hingga ujung kepala saat dia baru saja turun dari taksi.
"Kamu darimana? Kok pulang selarut ini?" Tegur Dewi dengan rasa cemas.
"Maaf, aku main sebentar tadi. Habisnya aku merasa bosan,"
Prasetyo sepertinya tidak percaya pada ucapan Maya. Namun dia tetap diam dan memendamnya dalam hati.
Dewi langsung mengajak sahabatnya masuk ke dalam dan menyiapkan makan malam untuknya.
"Kamu pasti belum makan malam, ayo makanlah!"
"Aku-aku ...."
"Sudah-sudah, ayo cepatlah makan,"
Memang benar Maya belum sempat makan. Dan setelah melayani tamunya dia merasa sangat lapar sekali. Sementara Prasetyo hanya memperhatikan gerak gerik Maya sejak tadi. Dalam hati dia curiga, namun tidak dia utarakan.
"Dewi, aku ke kamar dulu ya. Aku sangat lelah," ucap Maya kala dia sudah selesai makan dan tidak ingin ditanya macam-macam. Diapun merasa sejak tadi Prasetyo memperhatikan penampilannya dan dia takut Prasetyo curiga apa yang baru saja dia lakukan itu
Sampai di kamarnya, Maya langsung menghitung uang yang tadi di berikan tamunya. Dia pun tertawa ringan dan bergumam sendirian.
"Pekerjaan seperti ini memang cepat menghasilkan uang. Tapi jika mereka tahu, aku bisa di usir dari sini," gumamnya sendirian.
Dan ternyata Prasetyo yang penasaran mengintip dari lubang kunci pintu. Dia heran darimana Maya mendapatkan uang sebanyak itu. Padahal dia menganggur dan baru mulai kerja, itupun belum gajian. Uang yang dia dapatkan saat ini bahkan sebesar gaji yang di janjikan Prasetyo dalam sebulan.
Kreeekkkk!
"Mas Pras!" Maya terlihat kaget karena Prasetyo berdiri di pintu kamarnya.
"Darimana uang sebanyak itu? Kamu kan belum gajian?" mata Prasetyo tertuju pada uang diatas kasur.
"Aku- aku hutang sama temanku Mas," Maya berdalih.
"Ohh, lain kali jika kau butuh uang, kau bisa katakan padaku. Aku pasti akan membantumu," Prasetyo mulai bersimpati.
"I-iya Mas,"
Prasetyo lalu keluar sementara Maya dengan cepat memasukkan uang itu ke dalam tas miliknya.
.
Besoknya saat di kantor, Prasetyo masih memikirkan siapa yang meminjamkan Maya uang sebanyak itu. Maka saat siang hari dia penasaran dan akan melihat Maya. Tiba-tiba dia melihat Maya tengah berbicara pada salah satu klien perusahaan.
"Maya mengenalnya? Aneh!"
Pulang kerja lagi-lagi Maya tidak pulang bersama Prasetyo. Dia janji kencan dengan pria sebelum nya dan akan di bayar lebih dari kencan yang pertama. Rupanya tamunya itu candu dan ingin mengulangnya sekali lagi.
Kali ini, Prasetyo mengikuti Maya. Maka saat tiba di depan hotel, Prasetyo terbelalak dan mendekati mereka berdua.
"Maya?" Prasetyo berdiri tidak jauh dari Maya dan pria yang tidak lain adalah kliennya.
"Pak Pras?" klien itu nampak malu dan terkejut.
"Apa yang akan kau lakukan disini?" Prasetyo menatap lurus hanya pada Maya.
"Aku...," Maya terlihat gugup.
"Ikut aku pulang ke rumah!"
Sampai di rumahnya, Dewi sedang keluar bersama bayinya untuk jalan-jalan. Maka Prasetyo langsung mengejar Maya yang kesal padanya hingga ke kamarnya.
"Mas Pras ini apa-apaan sih?" Maya berdecak kesal sambil tersungut.
"Kamu yang apa-apaan? Kenapa kamu pergi ke hotel bersama klienku?"
"Itu ... "
"Jawab!"
"Sebenarnya aku sedang terlilit hutang. Aku butuh uang, aku tidak mau di penjara,"
"Astaga Maya. Jika kau butuh uang, katakan saja. Jangan sembarangan minta bantuan pada orang asing!"
"Aku malu Mas!"
"Berapa yang kau butuhkan?"
"Banyak. Karena itu aku malu. Aku tidak bisa merepotkan mu,"
"Katakan saja ..."
"Hutangku, tiga ratus juta. Aku melakukan kesalahan. Karena itu aku bingung dan tidak tahu bagaimana harus membayarnya,"
"Memangnya apa yang sudah kamu lakukan?"
"Aku merusak tas seseorang, dan harga tas itu lima ratus juta. Jika aku tidak membayarnya maka aku akan di laporkan ke penjara,"
"Ya sudah, kamu tenang saja. Aku punya tabungan, nanti akan aku pinjamkan padamu,"
"Tapi uang sebanyak itu, bagaimana mungkin?"
"Sudah. Pokoknya kamu tenang saja. Hutangmu akan lunas. Okey!"
"Iya Mas,"
Prasetyo diam-diam memberikan bantuan finansial pada Maya tanpa sepengetahuan Dewi. Tadinya dia ingin cerita padanya. Namun karena takut Dewi tidak setuju, maka akhirnya dia memilih untuk tidak jujur padanya. Benih-benih ketidakjujuran mulai mewarnai kesehariannya. Dia mulai mengambil sikap dan langkah sendiri tanpa berdiskusi dengan istrinya.
.
Dimeja makan, Prasetyo dan Maya duduk saling berhadapan. Mereka berdua nampak asyik dengan handphone masing-masing. Dewi keluar dengan daster dan belum dandan. Padahal tadi, mereka berencana untuk makan di luar.
"Mas, Rena sedikit demam. Maaf ya, aku sepertinya tidak bisa ikut makan malam. Bagaimana kalau kalian saja yang pergi makan malam?"
Saking percayanya Dewi pada ikatan persahabatan mereka, maka tidak ada rasa takut sedikit didalam hatinya.
Prasetyo dan Maya saling berpandangan. Mereka berdua terdiam.
"Baiklah. Kau yakin tidak mau ikut?" Tanya Prasetyo karena dia memang sudah lapar. Menatap Dewi sambil mengerutkan keningnya.
Dewi nampak menggeleng perlahan. Maya hanya diam saja. Sejak kejadian dia dan Prasetyo pernah melakukan hubungan itu, dia menjadi canggung di hadapan Dewi.
"Ayo Maya, kita makan di luar!" Ajak Prasetyo dan di iringi anggukan ringan oleh Dewi. Dengan kepercayaan penuh bahwa mereka hanya sebatas teman saja, maka sedikitpun tak ada rasa curiga di dalam hati Dewi. Dia ke kamar dan mulai mengompres bayinya.
"Duduklah di depan!" Prasetyo membukakan pintu untuk Maya.
"Kenapa sih, kok diam aja sejak tadi?"
"Aku ngga enak sama Dewi jika dia sampai tahu kau membantuku membayar hutang,"
"Dia tidak akan tahu. Itu uang tabungan ku,"
"Mas, aku akan mengganti nya jika nanti aku sudah gajian. Aku akan mencicil uang yang aku pinjam,"
"Jika itu maumu, baiklah,"
Tidak terjadi apa-apa malam ini. Mereka pulang tepat waktu. Dengan sekuat hati Prasetyo berusaha menepis keinginannya untuk menyentuh Maya. Dan tidak ingin mengulang kesalahan yang pernah dia lakukan sekali dengannya.
Namun Maya malah menyandarkan kepalanya di bahu Prasetyo sebelum mereka turun dari mobil.
"Mas ..."
"Maya?" Prasetyo kaget.
"Mas, jika kau tidak keberatan, aku mau kok jadi simpanan mu ..."
Deg! Prasetyo terbelalak dengan ucapan yang keluar dari bibir Maya.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments