Didalam mobil, Prasetyo berbicara pada Maya tentang tempat tinggal yang baru. Sambil menyetir dia mengatakan akan membantunya mencari kontrakan rumah.
"Kita akan kemana?" tanya Maya saat mereka mengambil jalan yang berbeda dari arah pulang.
Prasetyo menghentikan mobilnya di bawah pohon. Dia lalu menoleh dan menatap Maya. Memikirkan kata yang tepat agar dia tidak tersinggung.
"Mencari tempat tinggal," jawab Prasetyo.
"Maksudmu?"
"Kau sudah mendapatkan pekerjaan baru, aku carikan yang dekat dengan kantor,"
"Ohh, untukku? Kenapa tiba-tiba begini?"
"Ini demi kebaikan kau dan aku. Aku tidak mau Dewi curiga ada hubungan diantara kita?"
"Apakah dia curiga?"
Prasetyo menggeleng pelan. Maya terdiam dan nampak sedang berfikir.
"Baiklah," jawabnya lalu Prasetyo kembali melajukan mobilnya dan seperti yang dia katakan, mereka langsung mencari tempat tinggal yang baru.
Merekapun berjalan dari dari gang ke gang lainnya dan akhirnya mendapatkan yang di inginkan. Prasetyo segera menyelesaikan semuanya saat itu juga. Mulai besok Maya akan tinggal disini. Dia bahkan sudah membayar sewa kontrakannya.
Mereka lalu pulang, dan saat itu Dewi sedang mondar-mandir di ruang kerja suaminya. Disana dia merenung dan memikirkan dari awal pertemuan hingga sampai ke titik ini. Dia membuka album foto lama hingga menilik satu persatu perjalanan cinta dalam rumah tangganya.
"Tak ku sangka, aku mengalami semua ini. Tak pernah kuduga jika akan ada ujian seberat ini. Sedikitpun tak terbersit dalam hatiku, jika cintanya akan goyah dan tergoda pada wanita lain,"
Hingga foto yang terakhir mereka ambil saat liburan bersama sebelum Maya datang ke rumahnya.
Tin! Tin!
Itu mereka datang!
Dewi segera merapikan semua album foto kenangan yang begitu indah dan bermakna dalam kehidupannya. Yang pada akhirnya hanya menjadi sepenggal kenangan saja. Tak mengikat jika semua kebahagiaan yang dia abadikan dalam sebuah foto akan menjamin cintanya menjadi abadi. Justru setelah melihat semua foto kebahagiaan yang pernah di lewati, hanya menambah rasa sakit dan penderitaannya. Semakin dilihat dan di resapi, malah semakin membuatnya susah melangkah seorang diri, membuatnya tak berdaya.
Tidak akan aku lihat lagi, ini terakhir kalinya.
Dia memasukkan semua foto itu kedalam kardus dan menempelkan lakban. Sebelum cepat-cepat keluar dari ruangan kerja suaminya saat dirumah.
Dewi berdiri terpaku kala Prasetyo dan Maya terlihat masuk beriringan. Sekuat hati dia mencoba tersenyum pada mereka berdua. Tak ingin menunjukkan jika dia sudah tahu semua perselingkuhan itu.
"Dewi,"
Maya berjalan mendekatinya dan dengan sumringah memberitahunya jika mulai besok dia tidak akan tinggal dirumahnya lagi.
"Mulai besok aku akan pindah. Sekarang aku sudah punya pekerjaan tetap. Dan aku tidak mau terlalu lama merepotkan mu,"
"Ohh," hanya itu yang keluar dari bibirnya. Biasanya dia akan berbicara panjang dan lebar. Namun sejak dia tahu jika temannya tega menusuknya dari belakang, dia seperti tidak mampu lagi berbicara terlalu banyak padanya seperti dulu.
"Aku akan berkemas sekarang," kata Maya dengan rona kebahagiaan. Sementara ekspresi Dewi hanya datar dengan mata yang kosong. Dia menatap sahabatnya lalu suaminya secara bergantian. Hatinya berbicara banyak hal, tapi bibirnya terdiam seribu bahasa. Hatinya bergemuruh namun matanya kosong dan hampa.
"Tolong tas kerja aku," ucap Prasetyo mendekati Dewi ketika Maya sudah pergi ke kamarnya.
"Hem," jawab Dewi sepatah kata.
"Aku benar-benar lelah hari ini. Tapi syukurlah sekali mencari langsung dapat,"
"Apa mas?" sambil menyimpan sepatu suaminya di rak, Dewi menoleh sambil berjongkok dan menatap suaminya yang duduk di sofa.
"Kontrakan untuk Maya. Tadi pulang kantor aku membantu mencarikan tempat tinggal untuknya," Prasetyo menjelaskan.
"Ohh," Jawab Dewi lalu berdiri dan mengambilkan segelas air untuk suaminya. Dia berusaha bersikap biasa saja meskipun sudah tahu semuanya. Dia menunggu saat yang tepat untuk berbicara soal perselingkuhan itu. Tentu tidak mudah berada dalam posisinya saat ini. Hatinya rasanya hambar. Namun dia berusaha bersikap wajar.
Dewi menghela nafas dalam kala membawakan minuman untuk suaminya.
"Minum Mas," ucapnya lalu duduk di samping suaminya. Saat itulah dia menatap wajah suaminya dalam-dalam dengan jarak dekat. Menatap dari rambut hingga wajah serta terakhir dompet suaminya.
Apakah wajahnya yang tampan dan dompetnya yang sekarang tebal menjadi alasan untuk membenarkan perselingkuhan itu?
Tidak!
Seseorang yang setia tidak punya argumen untuk menggunakan kelebihannya dan menjadikannya alasan berbuat dosa. Meskipun banyak wanita yang tergoda dengan kelebihannya, harusnya dia menggunakan akalnya untuk menolaknya.
"Kenapa melihatku seperti itu?" Prasetyo menoleh dan menatap mata Dewi. Dewi terlihat gelagapan.
"Ehm, aku hanya sedang berfikir."
"Apa?"
"Kamu tampan dan mapan, pasti banyak wanita di luar sana yang ingin menggodamu," diam-diam dia memancing reaksi suaminya meskipun dalam candaan.
Prasetyo tersenyum lalu mengalihkan pandanganya.
"Aku sudah berkeluarga. Untuk apa memikirkan wanita di luaran sana,"
"Ehm, apakah aku penting bagimu?" tanya Dewi tiba-tiba.
Prasetyo kembali menoleh dan menatap tajam wajah istrinya. Dia lalu mengangguk dalam.
Dewi menarik nafas dalam dan kembali mencari sesuatu didalam mata suaminya.
Tidak ada apapun didalam mata suaminya. Hingga Dewi terpejam karena hatinya serasa teriris saat ini.
Prasetyo lalu merengkuh Dewi kedalam pelukannya. Nafasnya yang hangat terasa di leher jenjang Dewi. Hingga nafas itu semakin dekat dan bibir suaminya mendarat pelan mengecup lembut bibirnya.
Dewi sudah mati rasa dengan semua perlakuan hangat suaminya sejak dia tahu perselingkuhan itu. Dia melakukan semua ini hanya agar Maya melihatnya saja.
Dan benar saja, Maya terpaku di depan kamarnya. Dia akan keluar untuk menaruh baju kotor, tapi dia malah melihat adegan ciuman di sofa antara Dewi dan Prasetyo.
Lama dia terpaku dan menatap adegan itu dengan hati yang tidak rela. Sejak dia menjadi orang ketiga yang diam-diam mencintai Prasetyo, maka dia yang awalnya ikut bahagia melihat semua itu, kini menjadi jealous.
Maya menarik nafas dalam dan berat. Dia memejamkan matanya dan menatap tajam wajah Prasetyo. Hatinya terbakar melihat kemesraan itu.
Prang!
Dengan kesal dia sengaja menjatuhkan vas bunga di atas meja yang ada di pojokan kamarnya.
Sontak saja Dewi dan Prasetyo menghentikan semua kemesraan itu dan menoleh kearah suara.
Prasetyo melihat Maya berdiri disana dan ada darah mengucur dari jarinya.
Dewi juga melihat kearah yang sama. Dia melihat wajah kesal sahabatnya. Dewi tersenyum pahit, dia pasti melihat semuanya. Ternyata kamu adalah musuh dalam selimut. Diam-diam ingin merebut suamiku, batinnya.
Prasetyo langsung berlari kearah Maya. Dewi bahkan sampai terperanjat di buatnya. Apalagi saat dia lihat Prasetyo berjongkok dihadapan Maya dan mengelap darah itu dengan bajunya lalu menghisap jarinya yang terluka.
"Mas Pras..." Dewi bergumam dengan mata lebar membulat.
Prasetyo tanpa sadar melakukan semua itu di hadapan Istrinya.
Dan Maya, dia menarik nafas dalam dan berdiri mematung dengan kepala tertunduk melihat apa yang di lakukan Prasetyo.
"Jarimu terluka," ucap Prasetyo sambil mendongak menatap wajah Maya.
"Hatiku benar-benar hancur melihat sikapmu ini," batin Dewi sambil berdiri melihat semua itu terjadi di hadapannya. Kini dia semakin yakin jika hati Prasetyo sudah terbagi untuk mencintai Maya juga. Hal itu sudah dia buktikan dengan sikapnya yang reflek menunjukkan kepeduliannya bahkan dia lupa jika ada istrinya juga di sana.
"Dewi?" Saat sadar apa yang baru saja dia lakukan, Prasetyo menoleh kearah Dewi. Prasetyo menjadi gelagapan karena melihat wajah istrinya yang terdiam dan membeku. Dia menjadi salah tingkah dan canggung.
Semua terdiam beberapa saat lamanya. Tidak ada yang berbicara sepatah katapun. Hanya wajah Prasetyo memucat dan dadanya berdebar.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments