Bab 20

Prasetyo sangat marah karena Dewi bahkan sudah menggugat cerai dirinya. Dia menginjak surat itu dengan tangan mengepal dan wajah memerah.

"Dewi!"

"Kau pikir siapa dirimu!" umpatnya penuh kemarahan.

Prasetyo lalu keluar dan pergi ke club untuk mencari hiburan.

Jam sebelas malam, Maya sejak tadi menelpon Prasetyo dan tidak diangkat olehnya. Dia menjadi resah dan tidak bisa tidur sambil mengelus perutnya yang semakin membesar.

"Beberapa bulan lagi aku akan melahirkan, tapi kau belum juga menikahiku," ucapnya dengan gusar.

Tok, tok, tok!

"Siapa itu?" Maya bergumam ketika mendengar suara pintu rumahnya diketuk dari luar.

"Mas Pras!" Maya segera membuka pintu dan tercium bau alkohol dari mulutnya.

"Ayo masuk! Cepatlah!" Ajak Maya sambil menoleh ke halaman tetangga. Dia khawatir ada tetangga yang melihat kedatangan Prasetyo.

"Dewi!" Panggil Prasetyo saat tidak sadar hingga membuat mata Maya terbelalak.

"Aku Maya mas, bukan Dewi!" jawabnya kesal sembari membaringkan Prasetyo dengan mulut yang berdecak kesal.

"Dewi," Panggilnya lagi sebelum akhirnya tertidur.

Saat Prasetyo terlelap, Maya menatap wajah itu dengan seksama beberapa saat lamanya. Kemudian dia mengecek panggilan keluar yang lebih dari tiga puluh panggilan tidak dijawab. Dia menelpon Dewi.

"Apa maksud semua ini? Aku tidak mengerti," gumamnya lirih.

"Apakah Dewi tidak ada dirumahnya saat ini?" nampak Maya mengerutkan dahinya.

Esok pagi, Prasetyo bangun dan mengerjapkan matanya berulang kali.

"Jam berapa ini?" ucapnya panik seraya melihat jam di tangannya.

"Aku ada rapat penting!"

"Ohh, kepalaku!"

Keluhnya sembari memegangi kepalanya yang terasa berat. Samar-samar dengan kepala yang masih pusing dia lihat Maya keluar dari kamar mandi.

"Sepertinya kinerja pak Pras memburuk akhir-akhir ini," ujar pemilik perusahaan tempatnya bekerja pada beberapa dewan perusahaan.

"Beberapa proyek bahkan jatuh ke tangan orang lain. Jika terus seperti ini maka kita akan mengalami kerugian besar dimasa mendatang!" Presdir melihat kinerja Prasetyo dengan mengerutkan dahinya. Dia nampak mencebikkan bibirnya karena belum lama dia memuji keahlian Prasetyo dan mengangkatnya menjadi direktur.

"Benar pak, sepertinya kita harus mengkaji ulang semua ini. Jika perusahaan di pimpin oleh orang yang tidak kompeten, maka saya mungkin memikirkan ulang untuk berinvestasi kembali," kata salah seorang pemegang saham yang menginvestasikan uangnya ke perusahaan ini

"Saya juga sependapat!" ucap beberapa rekannya.

"Data statistik menurun dalam beberapa bulan terakhir. Apakah pak Prasetyo sedang ada masalah?" tanya Presdir pada wakil direktur.

"Inilah malasah para pria. Begitu mendapatkan posisi strategis dan gaji besar, rumah tangganya menjadi terguncang," kata wakil direktur tersenyum kecil. Diam-diam dia terus mengamati hal-hal kecil yang di lakukan Prasetyo dan ingin menggantikan posisinya.

"Maksud pak Diki?" Presdir mengerutkan dahinya.

"Istrinya menggugat cerai pak Pras. Mereka sedang menghadapi masalah serius dan sepertinya ini ada hubungannya dengan seorang Staff yang bernama Maya. Perutnya semakin terlihat membesar, mereka juga semakin dekat akhir-akhir ini," terang wakil direktur memberikan informasi yang dia simpan secara rapat selama ini.

"Aku akan menyelidiki semua ini. Baiklah! Untuk sementara pak Diki yang akan menjalankan semua program kita terkait proyek yang baru. Biar nanti masalah lainnya saya bicarakan dengan pak Pras!" Presdir lalu beranjak dan pamit untuk mengakhiri rapat ini.

Drt!

Pesan dari Prasetyo kepada Presdir dan juga wakilnya.

Mereka berdua saling berpandangan setelah membaca pesan itu. Dengan wajar tanpa ekspresi, Presdir dan wakil direktur membalas pesan Prasetyo yang baru saja mereka dapatkan.

.

Esok harinya, Prasetyo datang ke kantor seperti biasanya. Namun sekretarisnya langsung menemuinya dan menyuruhnya untuk menemui Presdir di ruangannya.

"Maaf pak. Bapak diminta ke ruangan Presdir pagi ini!" seru sekretarisnya. Sementara Maya yang juga datang bersama Prasetyo menghentikan langkahnya dan memicingkan matanya. Kemudian dia sendiri duduk di meja kerjanya dan mendengarkan beberapa Staff berbisik-bisik sambil melihat kearahnya.

"Ada apa? Kenapa bisik-bisik?!" hardiknya dengan kesal sembari berdiri dan menatap dengan angkuh para staff itu.

Mereka tidak mau meladeni Maya karena dia terkenal temperamen dan tidak segan main kasar. Mereka hanya menatap perut itu sekilas lalu melihat monitornya kembali.

"Jangan sampai kalian dipecat karena aku melaporkan pada Direktur. Kalian tahu bukan? Siapa aku? Aku sangat dekat sekali dengan beliau. Jadi jangan meremehkan aku sekarang atau nanti!" ucapnya memberi pengumuman agar secara tidak langsung Staff yang lain memperhitungkan keberadaannya.

Para staff terdiam dan kembali bekerja dengan tenang.

Maya tersenyum puas lalu duduk dengan anggun kembali seakan besok dia akan menjadi istri resmi Prasetyo dan menjadi nyonya direktur.

"Bu Maya! Anda juga dipanggil oleh Presdir!" seorang ajudan Presdir bicara pada Maya.

"Saya?!" Maya kaget antara takut juga senang. Baru pertama kali dia dipanggil oleh Presdir dan berbicara tatap muka. Tentu itu suatu kehormatan baginya, hingga dia berjalan dengan angkuh melewati Staff yang lainnya.

"Ck!" beberapa Staff berdecak sambil mencebikkan bibirnya meskipun tidak berani berkomentar.

Maya melangkah dengan di buat-buat seanggun mungkin di depan ajudan presdir lalu masuk ke ruangan Presdir.

Kreeekkk!

Namun Maya terkejut kala melihat wajah Prasetyo yang tertunduk dengan muram. Sedangkan Presdir terlihat sedang tidak dalam kondisi mood yang bagus. Kini, hati Maya mulai berdebar karenanya.

"Duduklah!" Presdir mempersilahkan Maya duduk di samping Prasetyo.

"Kita langsung ke inti saja. Apakah benar kau sedang hamil?" tanya Presdir menatap lurus serta tajam wajah Maya.

Lama Maya terdiam dan tidak berani menjawab dengan jujur. Dia berulang kali menoleh kearah Prasetyo dan menunggu kode darinya.

"Jawablah dengan jujur,"

"Iya. Saya sedang mengandung," ucap Maya lirih nyaris tidak terdengar. Prasetyo hanya mengepalkan tangannya dan terlihat gusar.

"Bukankah kau masih lajang? Apakah kau punya rencana untuk menikah dalam waktu dekat?" selidik Presdir.

Maya menjadi panik. Begitu juga Prasetyo. Mereka berdua terlihat gusar secara bersamaan.

Maya terdiam. Presdir menatap lurus wajah Prasetyo seakan tahu apa yang di pikirkan gadis di hadapannya ini.

"Pak Pras! Nama baik perusahaan lebih penting dari semua masalah pribadi bahkan keluarga. Untuk itu saya tegaskan, jangan sampai masalah ini menjadi gosip di antara para staff dan pekerja. Atau sampai ke telinga para investor. Saya yakin mereka tidak akan menyukainya!" tegas Presdir dan lalu menatap lurus pada Maya.

"Demi nama baik perusahaan, kiranya kau tidak keberatan jika mengundurkan diri bukan?" Ternyata Presdir langsung memecat Maya saat itu juga.

Karena tentu saja dia masih mempertahankan posisi Prasetyo sebagai direktur saat ini.

Maya menoleh pada Prasetyo yang hanya diam saja dan tidak membelanya.

"Kami permisi, jika memang sudah tidak ada yang akan di bicarakan lagi!" pamit Prasetyo dan dijawab anggukan oleh Presdir.

Sementara Maya terdiam dan hanya menatap kosong tanpa berbicara. Melihat Prasetyo tidak membelanya didepan Presdir, maka Maya pun beranjak dan pamit untuk terakhir kalinya, dengan sangat kesal.

Keluar dari ruangan Presdir, Prasetyo langsung ke ruangannya. Sementara, Maya menuju meja kerjanya dan wajahnya yang suram diperhatikan oleh seluruh teman-temannya.

"Sepertinya kabar buruk!" bisik salah seorang dari mereka. Maya juga nampak tidak mengomel lagi seperti tadi. Wajahnya tertunduk lesu sambil mengemasi barangnya.

"Ada apa dengannya?" bisik salah satu teman di sebelahnya.

"Entahlah!" jawab yang lainnya.

Maya menatap seluruh temannya sebelum pergi. Saat ini dia berdiri dengan tas kerjanya, sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu. Jelas dia terlihat berat meninggalkan tempat ini.

Tap, tap, tap!

Maya melangkah dengan lesu tidak secongkak tadi saat dia berbicara lantang mengancam akan memecat temannya.

Brakkkkk!

Kakinya tersandung meja dan jatuh terduduk dilantai, hingga membuat semua temannya menoleh dan menahan tawa mereka.

Buuuukkkk!

Aaaahhhhkkk! Maya berteriak kesakitan.

Semua temannya langsung terdiam. Tak ada yang membantunya.

"Aaawwwww, perutku!" Teriaknya dan mulai menangis kesakitan.

Akhirnya salah seorang dari Staff itu berlari kearahnya dan membantunya bangun, di ikuti oleh teman pria. Bagaimanapun mereka tidak sampai hati melihat dia kesakitan pada saat hamil dan terjatuh. Meskipun mereka kerap di remehkan olehnya, namun saat ini dia sedang membutuhkan pertolongan.

Kreeeekkkk!

Prasetyo juga keluar karena mendengar suara gaduh.

Dan saat melihat Maya terduduk dilantai dengan kaki berdarah, dia terbelalak sangat panik.

"Maya!" teriaknya hingga membuat semua Staff menoleh kearahnya dengan melongo.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Masitoh Masitoh

Masitoh Masitoh

bagus..lnjut

2023-07-22

1

Lee Mba Young

Lee Mba Young

𝒔𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒌𝒆𝒈𝒖𝒈𝒖𝒓𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒉𝒃𝒊𝒔 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒖𝒔𝒂𝒉 𝒉𝒂𝒎𝒊𝒍 𝒃𝒊𝒂𝒓 𝑻𝑫𝑲 𝒋𝒅 𝒅𝒊 𝒏𝒊𝒌𝒂𝒉𝒊 𝒑𝒓𝒂𝒔.

2023-07-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!