Bab 12

Kdrt bukan hanya dalam bentuk fisik. Namun rasa sakit yang mengakibatkan tekanan mental. Dan yang tersakiti bukanlah fisik, melainkan jiwanya. Beberapa kdrt dilakukan pasangan dalam bentuk memukul dan menampar. Namun beberapa kdrt juga dilakukan dalam bentuk sikap acuh dan ketidakpedulian pada pasangan. Juga perselingkuhan merupakan bagian dari kdrt. Apalagi saat pasangan sudah tahu dan tetap berusaha bersikap wajar karena ketergantungan secara finansial.

"Maaf!" Maya mundur satu langkah dari tubuh Prasetyo. Prasetyo menatap dua wanita itu secara bergantian.

"Aku tidak lapar, kalian berdua saja yang makan malam," Maya mengalihkan pandanganya kearah lainnya.

Dewi melihat sekeliling kamar yang berantakan itu. Dalam hati dia memikirkan apa gerangan sebabnya.

"Aku ingin sendiri," ucap Maya tiba-tiba dan membuat Prasetyo menatapnya tajam, menelisik apa yang membuat Maya menangis dan membuat kamarnya berantakan.

"Mas, ayo kita keluar. Mungkin Maya benar, dia butuh waktu untuk menenangkan dirinya,"

Dewi mengajak Prasetyo yang masih menatap ragu pada wajah Maya.

"Ayo mas," akhirnya Prasetyo mengangguk dan meninggalkan Maya sendirian di dalam kamarnya.

Dimeja makan, mereka makan seperti biasanya. Namun Prasetyo terlihat gelisah entah karena apa. Berulang kali Dewi menangkap matanya melirik ke pintu kamar Maya. Namun Dewi tetap makan seperti biasanya.

"Aku akan langsung tidur, sepertinya hari ini aku sangat lelah," ucap Dewi ketika mereka sudah selesai makan.

Prasetyo mengangguk dan pindah duduk di sofa. Didalam kamar, Dewi memikirkan sesuatu. Yang tidak lain adalah bagaimana caranya membuktikan perselingkuhan mereka. Jika besok Maya keluar dari rumahnya, bukankah semakin sulit dia mendapatkan bukti itu?

"Mas Pras masih juga belum ke kamar ...," gumamnya sambil menarik selimut.

Malam ini Dewi sebenarnya gelisah dan tidak bisa tidur. Namun dia pura-pura tidur dan ingin mencari tahu apa yang dilakukan suaminya nanti ketika dia sudah lelap di tengah malam.

Jam 11.00 Prasetyo masuk ke kamarnya. Lampu kamar sudah dimatikan. Seluruh ruangan itu menjadi gelap. Prasetyo duduk disamping Dewi yang sudah tak bergerak. Lama Prasetyo menatap wajah istrinya sambil memikirkan apakah dia sudah tidur lelap atau belum. Hingga dia menggoyangkan tangannya di wajah istrinya. Dan ketika tidak ada respon, maka sekarang Prasetyo yakin jika istrinya sudah tidur.

Perlahan-lahan Prasetyo mengendap keluar dari kamarnya. Dia akan melihat keadaan Maya. Melihat Maya menangis hatinya menjadi trenyuh dan penasaran. Dia memang peduli secara berlebihan karena sedikit demi sedikit ruang dihatinya telah terisi untuk mencintai Maya.

Kreeekkk!

Langkah kakinya sampai di depan pintu kamar Maya yang tidak di kunci.

"Mas Pras!?" Maya menoleh dengan mata sembab dan kamar yang sudah tidak berantakan lagi.

"Kamu kenapa?" tanya Prasetyo dan bukannya menjawab, Maya malah menghambur memeluknya.

"Mas ..."

"Ada apa?" Maya menenggelamkan wajahnya dalam dada bidang Prasetyo. Sementara tangan Prasetyo mengelus rambutnya dengan lembut.

"Aku takut,"

"Ada aku disini," jawab Prasetyo.

"Aku akan di jodohkan," kata Maya dan membuat Prasetyo terbelalak.

"Tapi aku tidak mau Mas. Aku terlanjur mencintaimu,"

Prasetyo kini nampak bimbang. Karena dia juga mulai menyukai Maya dan membagi hatinya dengannya. Diapun tidak rela Maya dimiliki oleh pria lain.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Prasetyo menatap lekat wajah Maya.

"Kamu mas. Aku hanya menginginkan dirimu," Mereka berpelukan dengan sangat kuat.

Beberapa menit kemudian dari pelukan itu berubah menjadi cumbuan. Ciuman bertubi-tubi diberikan Prasetyo hingga dada Maya membekas merah karenanya. Tangan nya bergerilya kemana-mana dan membuat Maya merasakan sensasi panas di sekujur tubuhnya.

Saat itulah Dewi membuka matanya. Dia meraba samping tempat tidurnya dan tidak menemukan suaminya berbaring di sana.

"Sudah larut malam, apakah dia tidak akan tidur?"

"Apakah dia berada di kamar Maya?"

Perlahan Dewi mengambil ponsel itu dan keluar dari kamarnya. Dia berjalan mendekati kamar tamu.

Lama dia berdiri di pintu kamar Maya. Memejamkan matanya dan memikirkan kembali apa yang akan terjadi jika dia menangkap basah suaminya saat ini juga. Sedangkan dia juga belum mendapatkan pekerjaan. Tapi jika dia menundanya, maka mustahil dia bisa mendapatkan bukti itu, sedangkan perselingkuhan tetap akan berjalan.

"Akan aku hadapi, apapun yang terjadi," akhirnya Dewi memasukkan kunci cadangan dan membuka kamar itu perlahan-lahan.

Aku tidak akan sanggup melihatnya!

"Ohh," Dewi memejamkan matanya. Terdengar suara erangan dan juga kulit yang saling beradu. Suara khas itu tak asing di telinganya. Dia tahu mereka sudah berada pada hal yang menjijikan.

Perlahan Dewi mengarahkan kamera kearah ranjang itu. Mereka yang sedang bercinta tidak menyadarinya. Hasrat terlanjur panas membakar darah dan menuntut untuk di selesaikan hingga ke puncaknya.

Berulang kali suara erang*an Maya membuat dada Dewi sesak dan merasa muak.

Dewi menarik nafas dalam tanpa sudi melihat apa yang sedang dilakukan suaminya. Dia hanya butuh bukti perbuatan kejinya itu. Ya, itu saja. Dengan rasa sakit yang mendera bertubi-tubi dia menahan untuk tetap berdiri di kamar Maya. Meskipun suara desah*n itu menghujam jantungnya bagai seribu pisau menusuk secara bersamaan.

"Satu ronde lagi ya sayang ...," Jelas itu suara Prasetyo diatas tubuh Maya.

Biarlah adegan panas tetap tersimpan dalam memori hp saja. Suatu saat ketika terdesak biarlah pengadilan yang melihatnya.

Aku takkan mampu melihat sedetik saja adegan itu. Atau aku akan gila dan masuk kerumah sakit jiwa karena satu detik adegan itu akan aku ingat seumur hidupku.

Dengan tetesan airmata Dewi memalingkan wajahnya. Dewi memasukkan ponselnya dalam bajunya secara perlahan-lahan. Hingga adegan itu hampir berakhir, Dewi dengan cepat keluar dan menutup pintu kamar itu kembali.

Dewi kembali ke kamarnya dengan segera setelah mendapatkan bukti perselingkuhan itu. Dengan kamera ditangannya tak berhenti airmatanya mengalir deras.

Istri mana yang akan sanggup melakukan hal ini pada suaminya sendiri. Merekam adegan perselingkuhan dan tetap bersikap wajar seakan semua baik-baik saja.

Prasetyo memakai piyamanya kembali setelah puas bercinta dengan Maya.

Tap, tap, tap!

Dia kembali ke kamarnya. Kamar itu masih gelap, dan Dewi tidur menghadap tembok.

Sekuat tenaga Dewi menahan Isak dan tangisnya. Beberapa menit kemudian, suaminya langsung nampak berbaring dan pulas di sampingnya.

Grrr, grrr, grrr!

Terdengar suara dengkuran dan membuat Dewi merasa terganggu karenanya. Dewipun bangun dan pindah ke kamar putrinya.

Pagi hari Dewi sudah bangun lebih dulu. Seperti biasanya dia hanya menyiapkan sarapan roti dan selai saja. Dia sendiri sudah rapi dan akan interview di sebuah perusahaan.

"Non, roti lagi sarapannya?" tanya sang bibi di dapur dengan terheran-heran.

"Iya Bi," jawab Dewi dan masih di ikuti dengan tatapan heran dari artnya.

Beberapa hari ini sikap Non Dewi terlihat aneh, batin artnya.

Sementara Prasetyo dan Maya duduk dimeja makan dengan koper di samping yang siap untuk di bawa. Mereka terlihat wajar dan tidak memperlihatkan ada hubungan diantara mereka. Mereka makan dan ngobrol seperti biasanya.

Ting!

Dewi sengaja menjatuhkan garpu dan dia berjongkok untuk mengambilnya. Dan saat itu matanya membelalak kala melihat telapak kaki Maya berada di atas kaki suaminya.

"Sudah kuduga," batinnya tersenyum pahit.

Dewi menahan sesak di dadanya dan tersenyum kecut melihat semua itu.

Dia kembali duduk dan mengamati wajah suami serta sahabatnya. Dalam tatapan yang dalam benar-benar membenci perbuatan mereka berdua.

"Dewi, terimakasih untuk semuanya. Aku akan pindah hari ini," ucap Maya sembari memegang tanga Dewi di atas meja makan.

"Ohh, iya," jawab Dewi datar. Tidak rame seperti sebelumnya. Yang selalu mendukung setiap langkah sahabatnya.

Dewi berusaha tersenyum sembari perlahan-lahan menarik tangannya dari genggaman sahabatnya.

"Jika kau ada waktu, sesekali mampirlah ke kontrakan aku," kata Maya ketika Dewi malah menarik tangannya.

"Tentu," jawab Dewi tersenyum palsu.

Prasetyo berdiri dan akan berpamitan padanya.

Dewi lalu memeluk Prasetyo di hadapan Maya. Bahkan dia mengecup bibirnya sebelum dia berangkat. Prasetyo terkejut dengan tingkahnya akhir-akhir ini. Namun dia senang diperlakukan seperti itu hingga tak menolaknya.

Sedangkan Maya, dia memalingkan wajahnya kala melihat adegan suami istri itu. Dia tentu tidak suka melihat pria yang semalam tidur dengannya di cium oleh wanita lain meskipun itu istrinya sendiri dan terjadi di hadapannya.

"Mas, nanti malam jangan pulang terlambat," pesan Dewi karena malam ini akan ada kejutan untuknya.

"Ya," Suaminya mengangguk lalu mencium keningnya seperti biasanya.

Maya menunggu didalam mobil dan muak melihat adegan itu. Dia mengepalkan tangannya dan menarik nafas berat.

.

Di perusahaan Deandlas.

"Pak Devan?"

"Dewi, silahkan duduk!"

Dewi terkejut karena Pak Devan sendiri yang menemui dirinya.

Ternyata diam-diam Devan menyelidiki latar belakang Dewi. Karena wajah Dewi yang sangat mirip dengan istrinya yang pergi meninggalkannya.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Sukliang

Sukliang

pelakor kok cemburu dg istri sah

2023-10-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!