Kau Khianati Aku Kuhancurkan Karirmu
Tok! tok! tok!
"Mas, tolong bukain pintunya dong, aku lagi nanggung nih!"
Seru Dewi yang sedang memakaikan celana untuk bayinya yang baru berusia 8 bulan. Lima tahun mereka menantikan menimang anak dengan berbagai ikhtiar, hingga akhirnya Tuhan sangat baik dan memberikan kesempatan pada sepasang suami istri ini untuk merasakan nikmatnya menjadi orang tua.
"Siapa Mas?"
Suara Istrinya membuat Prasetyo sadar jika dia sedang terpesona oleh kecantikan dan pesona tamu yang baru saja mengetuk pintu.
"I-iya wi. Ini ada temanmu, teman SMA namanya Maya," jawabnya sedikit gugup.
Prasetyo sesaat terhipnotis dengan kecantikan Maya serta buah dadanya yang besar dan menantang.
Diapun tersenyum ramah sambil mempersilahkan tamunya masuk ke dalam.
Dewi yang mendengar nama teman SMA datang kerumahnya, langsung sumringah dan bangkit sambil menggendong bayinya.
"Maya?" Ucapnya dengan terkejut.
Dewi berjalan cepat menghampirinya lalu mereka berpelukan. Lama tak berjumpa merekapun cium pipi kanan dan kiri dengan rasa senang. Mereka adalah teman dekat dan duduk bersebelahan semasa sekolah.
"Dewi?" Maya juga terkejut dan tentunya sangat merindukan sahabat nya ini. Dahulu mereka sangat kompak saat masih SMA.
Dalam hati Maya mengagumi keberuntungan Dewi yang sudah punya momongan, suami ganteng, rumah besar dengan mobil terparkir di halaman, dan kehidupan yang nampak bahagia. Membuatnya takjub dan tak menduga sama sekali.
Sementara itu, Prasetyo yang berdiri tidak jauh dari mereka berdua, menelisik penampilan Maya, buah dada besar nan kencang, baju ketat memperlihatkan body bak gitar spanyol, bokong padat berisi, benar-benar matanya tak sanggup berpaling dari pemandangan indah itu. Diam-diam dia melihat dan mengagumi penampilannya.
"Ah," Prasetyo pun menunduk, menatap sesuatu diantara kakinya yang menjadi tegang dan keras seketika. Dress super ketat dengan belahan hingga tinggi diatas lutut, membuat Prasetyo menjadi berdesir.
Jika di buka isinya pasti indah sekali. Entah kenapa setan di hati nya malah berbisik menyesatkan nya.
"Bagaimana kabarmu? Kok bisa tahu rumahku?" Tanya Dewi penasaran. Karena memang sejak lama dia tahu jika Maya merantau ke luar negeri.
"Lina yang memberitahuku. Aku juga baru saja sampai di bandara. Aku pikir daripada pulang kampung, aku ingin mencari pekerjaan disini,"
Ohh, akan menginap? Dalam hati Dewi bergumam. Sekilas dia melirik suaminya lalu penampilan sahabatnya. Maya lalu bercerita tentang kemalangan yang menimpanya ketika melihat ekspresi Dewi yang keberatan jika dia menumpang sebentar di rumahnya.
"Ohh, aku ikut prihatin mendengar nya, syukurlah kau pulang dengan selamat," pungkas Dewi.
Mendengar cerita Maya, maka hati Dewi menjadi trenyuh, diapun lalu tersenyum sembari menatap wajah temannya itu. Lama tak berjumpa, apa salahnya jika dia memberikan tumpangan sementara, batin Dewi.
"Kau boleh tinggal disini sebelum mendapat pekerjaan," akhirnya diapun yang awalnya keberatan berubah pikiran dan iba dengan nasibnya.
"Boleh kan Mas?"Dewi menoleh meminta persetujuan Prasetyo.
"Ohh, iya, boleh-boleh,"
"Aku janji tidak akan lama, besok aku akan langsung mencari pekerjaan. Aku tidak ingin lama-lama menganggur dan menjadi beban kalian?" kata Maya terlihat sungkan.
Dewi mengangguk dan dalam hati berbisik jika ini hanya sementara saja. Dia menatap Maya yang terlihat lelah.
"Mas, tolong dong anterin Maya ke kamar tamu," pinta Dewi yang sedang repot dengan bayinya.
Prasetyo mengangguk sambil tersenyum ramah pada Maya dan mengajaknya ke kamar tamu.
"Mari, saya antar ke kamar tamu!"
Prasetyo menarik koper yang tadi di bawa Maya lalu Maya berjalan di belakangnya.
Dewi sangat beruntung, suaminya tampan dan terlihat mapan, lagi-lagi Maya terkagum-kagum dengan keberuntungan Dewi.
.
Didalam kamarnya, Maya beristirahat dan mematut dirinya di depan cermin. Dalam hati dia menyayangkan kecantikannya yang seakan sia-sia karena belum ada pria yang meminangnya. Selama ini, mereka datang bukan untuk menjadikan nya istri. Tetapi untuk membeli cinta satu malam dan kenikmatan sesaat darinya.
Tidak ada yang tahu termasuk keluarganya, jika Maya sudah satu tahun terjerumus ke lembah hitam. Dan yang datang padanya rata-rata adalah pria hidung belang semua.
Malam telah tiba, saatnya makan malam. Dewi meminta Prasetyo untuk memanggil Maya karena dia sedang menyusui bayinya. Prasetyo pun mengangguk dan berjalan ke kamar tamu.
"Maya, mari makan malam bersama!" Ajak Prasetyo karena pintu memang tidak di kunci dan sedikit berbuka. Maka diapun mengira Maya sedang duduk sehingga dia membukanya tanpa mengetuk pintu.
"Ops, maaf!" Seru Prasetyo karena melihat sesuatu begitu polos terpampang jelas dimatanya.
"Aaaa ... handuknya longgar jadi merosot!" teriak Maya sembari menaikkan handuk hingga menutupi area dadanya. Tapi Prasetyo jelas telah melihat sempurna dada itu.
Dengan dada berdegup, Prasetyo membalikkan badannya. Gunung kembar yang besar dan bukit kecil yang indah, terlanjur di lihat dengan jelas olehnya.
"Maaf, harusnya aku mengetuk pintu terlebih dahulu," ucapnya setelah memunggungi Maya dan memberinya waktu untuk memperbaiki lilitan handuknya.
"Sekali lagi aku minta maaf," ucap Prasetyo terlihat malu.
Maya yang selesai melilitkan kembali handuknya, malah terlihat biasa saja. Prasetyo heran karena wanita lain akan memerah wajahnya karena malu dan salah tingkah ketika terjadi hal seperti ini. Namun, Maya terlihat biasa saja.
"Tidak papa, aku yang salah, aku lupa menguncinya," jawabnya dengan ringan.
Prasetyo lalu keluar dan berjalan ke meja makan. Tanpa dia sadari dia menelan salivanya karena masih teringat apa yang dia lihat barusan.
Benar-benar aduhai bodinya itu, batinnya.
Kali ini dia benar-benar kesulitan melupakan setiap lekuk tubuh Maya. Sebagai pria normal, dia membayangkan andai saja dia bisa memegang kedua benda kenyal itu dan menikmati ekspresi Maya. Fantasinya semakin liar saja tanpa dia sadari.
Hingga dia di kejutkan oleh suara istrinya. "Mas, kok malah melamun, sudah panggil Maya belum?"
Prasetyo tersentak lalu tersadar dari lamunannya. "Sudah, katanya nanti akan menyusul," sahutnya lalu duduk.
Tidak lama kemudian, Maya keluar dan menuju ke meja makan dengan berjalan anggun memakai baju seksi kesukaannya.
"Ayo Maya, duduk disini," Dewi memberikan kursi di sebelahnya untuk Maya.
Saat asyik makan, berulang kali Prasetyo menangkap basah Maya yang juga menatap dirinya. Sesekali bahkan mereka saling melempar senyum sedangkan Dewi tidak melihat semua itu.
Selesai makan malam mereka lalu kembali ke kamar masing-masing. Pras yang telah terpesona dengan kemolekan Maya, langsung menyalurkan hasratnya pada Dewi.
"Kenapa Mas?"
"Nggak kok, aku hanya sudah tidak sabar. Coba pegang ini," Prasetyo membuka resleting itu dan memperlihatkan pada istrinya.
"Aku lagi dapet. Sepertinya kali ini maju lebih cepat," jawab Dewi nampak menyesal karena saat suaminya sedang ingin bercinta, dia malah kedatangan tamu bulanan lebih cepat dari perkiraan nya.
"Harusnya seminggu lagi kan?" Tanya suaminya sambil menutup resleting itu.
"Hem, iya," jawab Dewi lirih.
Mendengar jawaban istrinya maka Pras pun tidak memaksakan kehendaknya. Hanya saja wajahnya tetap terlihat kecewa. Sudah satu Minggu hubungan ranjang mereka seperti terganggu. Semua itu karena Dewi sangat sibuk dengan bayinya dan kelelahan saat malam hari, sedangkan Prasetyo jarang menggantikan dirinya merawat anak mereka berdua.
Beberapa hari kemudian,
Prasetyo sedang memakai dasinya di bantu oleh istrinya.
"Selamat ya Mas, kamu di angkat jadi Direktur sekarang. Perjuangan mu dan doa kita akhirnya terwujud," Dewi dengan bangga menyerahkan tas kerja suaminya.
Saat itu, Maya kebetulan lewat dan tanpa sengaja mendengar pembicaraan mereka. Dia penasaran dan merapatkan tubuhnya ke pintu yang sedikit terbuka. Diapun diam-diam mengintip di pintu dan melihat kemesraan pasangan suami istri itu. Sementara dirinya hingga kini belum mendapatkan pekerjaan.
"Ternyata Mas Pras seorang direktur. Pasti gajinya besar," batinnya lirih. Tanpa sadar dia menguping dan semakin penasaran.
"Dia benar-benar suami idaman. Dewi sangat beruntung,"
Lagi-lagi Maya mengagumi keberuntungan Dewi.
Pagipun tiba, Maya, Dewi dan Prasetyo sarapan bersama. Mereka sarapan sambil ngobrol ringan.
"Sebenarnya hari ini aku ada panggilan interview," ucap Maya menatap pasangan suami istri itu
"Benarkah? Bagus dong!" Seru Dewi.
"Aku interview di jalan Kamboja," imbuh Maya lagi.
"Ohh, kantor ku juga ada di jalan itu," sahut Prasetyo.
"Kalau begitu kalian searah dong Mas?" Dewi nampak terlihat bahagia karena sahabatnya sebentar lagi mendapatkan pekerjaan.
"Tapi, apakah aku tidak merepotkan Mas Pras?" Dewi tersenyum kecil.
"Tidak kok, ayo kalau mau bareng!" Prasetyo tersenyum ramah sambil menatap matanya.
Prasetyo membukakan pintu untuk Maya. Dan saat mereka sudah di dalam mobil, Maya terlihat kesulitan memasang seatbelt di kursinya.
"Mas, bisa bantu aku ngga?" pinta Maya dan sambil tersenyum Prasetyo menganggukkan kepalanya.
Prasetyo mendekatkan tangan dan kepalanya begitu dekat dengan dada Maya. Aroma parfumnya membuatnya pusing di tambah lagi penampakan di dadanya yang menantang sempurna.
Prasetyo menghela nafas dalam-dalam seakan mengecap aroma itu sepuasnya. Sedangkan Maya tersenyum sambil sengaja mencondongkan dadanya hingga hampir saja menyentuh pipi Prasetyo.
🥰
Hai teman-teman, ini adalah karya baru aku. Di usahakan akan update setiap hari. Terus dukung karya baruku ini ya 🥰🙏
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Soraya
permisi numpang duduk dl ya kak
2023-09-03
0
Sukliang
itu awal.bencana dewi
2023-08-03
0