Setelah kepergian Dokter, Indah hanya bisa berbaring dengan tubuh yang masih terasa sangat lemas dan sakit. Tetes cairan infus yang keluar dengan lancar, menutrisi tubuh Indah sehingga Indah merasa sedikit lebih baik.
Dengan seksama Indah ingin mendengar suara aktivitas dari luar kamar nya, namun tidak ada satu suara pun yang terdengar. Pikiran dan hatinya nya kini menjadi lebih tenang, menyadari bahwa tidak ada kehadiran Dirga di dekat nya. Pikiran yang tenang itu, membawa tubuh Indah untuk bergerak.
Indah menggerakkan tubuhnya yang penuh dengan memar biru, perlahan untuk bangkit dari ranjang tempatnya berbaring. Satu demi satu kakinya Indah pijakan ke atas lantai, dengan berpegangan pada laci kecil yang lebih tinggi dari ranjang yang berada di sebelahnya. Langkah demi langkah secara perlahan Indah gerakan, bersandar dengan sisi tembok menuju pintu kamar yang berada di hadapannya.
Indah berhasil keluar dari kamarnya walaupun berjalan dengan tertatih-tatih, lalu diamatinya rumah besar itu dengan seksama. Indah tidak terasa kehadiran orang lain di rumah besar itu selain dirinya, Indah pun langsung pergi untuk melihat sisi rumah mencari seseorang.
Benar, tidak ada seorang pun di rumah itu, seseorang yang di cari Indah juga tidak terasa kehadirannya. Indah merasa tenang akan dirinya yang akan aman malam ini, namun dirinya tidak tenang mengetahui bahwa Dirga tidak bermalam di rumah. Karena, Dirga selama 4 tahun pernikahan mereka tidak pernah sekalipun untuk tidur di luar kecuali di rumah yang mereka tempati.
"Kamu di mana Mas? Kamu meninggalkan Aku sendiri di sini? Aku takut Kamu pergi meninggalkan Aku sendiri.. Aku tidak akan melakukan hal yang tidak Kamu suka lagi, Aku janji Mas. Kamu dunia Ku. Apa yang harus Aku lakukan Mas? Aku khawatir.. Tapi aku juga takut.. Kamu malam ini tidur di mana Mas?" tangisnya menghawatirkan Dirga.
Dengan keadaan yang masih lemas dan sakit Indah tetap memutuskan untuk menunggu Dirga pulang di ruang keluarga, dirinya khawatir jikalau Dirga tiba-tiba akan kembali pulang hari ini.
...****************...
Suara ketukan pintu masuk terdengar, bersamaan dengan suara pria yang terus berbicara untuk segera dibukakan pintu. Yang di dalamnya mendengar hal tersebut, langsung dengan cepat membukakan pintu masuk tersebut.
"Kamu habis kemana Sayang? Aku udah cukup lama loh di sini manggil kamu", memeluk seorang wanita yang telah membukakan pintu untuk dirinya.
"Maaf mas.. Aku tadi sedang mandi. Ayo Mas masuk! Loh Kamu bawa koper? Istri Kamu gimana Mas?", ikut memeluk sembari berjalan masuki apartemen bersama.
"Kamu tidak perlu khawatir, Sayang. Biarkan saja wanita itu di rumah sendirian! Dia itu Bajingan gila yang menyebalkan. Kamu jangan memikirkan hal itu ya, dan jangan sebut wanita itu lagi sebagai Istri Ku" Dirga yang masuk dengan tangan kanan yang membawa koper kecilnya itu.
"Baiklah Mas Aku tidak akan mengatakan hal itu lagi." senyuman manis Bunga berikan untuk Dirga.
"Loh, tapi Kamu kenapa mandi jam 3 pagi? Apa Kamu tidak kedinginan? Nanti Kamu sakit Sayang..", duduknya Dirga di sebuah sofa menghadap ke atas, dengan memeluk tubuh Bunga yang sedang berdiri dihadapannya.
"O-h Aku kegerahan Mas, soalnya dari tadi AC di apartemen ini mati", ikut duduk bersama Dirga di sebelahnya.
"Rusak? Apa Kamu sudah mencoba memanggil teknisi apartemen ini? Loh ini menyala kok.", Dirga sembari mengamati AC yang berada tepat dihadapannya.
"Oh Iya sudah menyala. Aku tidak menyadarinya, sejak kapan ini menyala?" tanya kebingungan Bunga ketika melihat AC itu sedari tadi menyala.
"Ya sudah lupa kan saja, mungkin Kamu memang tidak menyadarinya. Aku sangat lelah, di kantor banyak sekali pekerjaan. Aku belum tertidur sama sekali, di rumah juga Aku merasa sangat tidak nyaman. Aku butuh Kamu Sayang." Dirga membaringkan kepalanya di pangkuan Bunga, sembari tangannya sibuk untuk memeluk Bunga.
"Ya ampun kasian sekali Sayang Aku ini... Yasudah istirahat lah sekarang Sayang", mengusap usap rambut Dirga dengan perlahan dan penuh kasih.
"Atau Kamu perlu Aku pijatin? Aku ambil air dulu ya.. Kamu mau minum apa?" Bunga hendak beranjak dari sofa, dan mengangkat kepala Dirga secara perlahan.
"Tidak perlu Sayang, Aku cuma sama Kamu aja itu sudah cukup" menahan Bunga agar tidak beranjak dari tempat duduknya, dan memeluk tubuh Bunga dengan cukup erat.
"Baik lah Mas, Aku tidak akan kemana-mana" merespon balik Dirga dengan ikut memeluk erat tubuhnya.
"Aku mandi dulu ya Sayang baru kita berisitirahat", setelah 30 menit Dirga memeluk Bunga di pangkuannya, Dirga pun beranjak dan langsung pergi menuju kamar mandi.
"Baik Mas, Aku tunggu di kamar ya.", ikut beranjak dari tempat duduknya dan langsung menuju ke kamar tidur.
Setelah Dirga sudah selesai membersihkan dirinya, ia pun langsung menuju ke kamar tidur bersama dengan Bunga.
"Sudah selesai Mas? Cepat sini Mas naik ke atas Ranjang." Bunga menepuk kecil ranjang disebelahnya yang kosong, mengisyaratkan agar Dirga berada di sebelahnya.
"Sudah selesai dong Sayang." Dirga juga langsung menghampiri Bunga dan menaiki ranjang dengan perlahan.
"Seger ya mandi jam segini, rasa cape Aku hilang.. Apa lagi sekarang ada Kamu di sisi Aku, semua seakan berjalan lancar di dunia Ku" Ucap Dirga dengan memeluk tubuh Bunga dengan erat.
"Bisa aja Kamu Mas.. Aku jadi malu", menutupi wajahnya yang memerah dengan kedua tangan miliknya.
"Aku serius loh Sayang. Aku bukan buaya murahan seperti cowok lainnya", ucap Dirga menatap wajah Bunga dengan Serius.
"Hahaha, baiklah Sayang Aku percaya" dengan tertawa lepas Bunga menatap wajah Dirga yang terlihat sangat serius ketika mengatakan hal tersebut.
"Kamu malah ketawa?" Dirga, merasa kesal dan langsung membelakangi tubuh Indah.
"Maaf Mas.. Maaf", dengan sedikit menahan tertawa Bunga membujuk Dirga agar tidak marah kepada dirinya.
Namun Dirga tidak bergeming, akhirnya Bunga memutuskan untuk membujuk Dirga dengan mencium kening Dirga dengan perlahan. Dirga yang merasa terkejut akan tingkah Bunga pada dirinya, Iapun langsung kembali membalikan tubuhnya menghadap ke arah Bunga.
"Kamu tidak masalah?" tanya Dirga dengan rasa semangat.
Bunga menjawab pertanyaan Dirga dengan mengangguk-anggukkan kepalanya, mengisyaratkan bahwa dirinya menyetujuinya. Setelah mendapatkan persetujuan dari Bunga, Dirga langsung mencium bibir Bunga dengan begitu hebatnya melepaskan semua hasratnya yang dirinya tahan selama 4 tahun lebih lamanya.
Keduanya melepaskan hasrat mereka malam itu, melumati bibir masing masing dengan begitu bergairah. Dirga membuka baju Bunga dengan semangat, dan mereka langsung melanjutkan aktivitas seksualnya pada malam itu sampai matahari terbit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Sendy 🌟
gak habis pikir gua sama pikirannya Dirga 😠
2023-08-06
0