Bab 14 : Kunjungan

Terlihat sebuah cahaya terang dari kejauhan, di gelapnya sebuah ruangan tersebut. Lama kelamaan cahaya tersebut, mendekati dan menjadi besar. Seketika, Indah terbangun dari tidurnya setelah pingsan dengan jangka waktu yang cukup lama.

Indah membuka matanya secara perlahan, terangnya lampu menusuk tajam mata Indah. Dilihatnya sekeliling, Indah menyadari bahwa dirinya sudah berada di kamar tidur miliknya dan terbaring di atas ranjang. Indah tidak bisa menggerakkan anggota tubuh, semuanya terasa sangat menyakitkan bagi Indah. Bagaimana tidak? Karena hampir semua tubuh Indah kini dipenuhi oleh memar biru, akibat kekerasan yang dilakukan Dirga padanya.

Indah menangis kembali sejadi-jadinya, potongan ingatan ketika Dirga melakukan kekerasan padanya muncul kembali dengan acak di kepalanya. Indah merasa sangat takut, namun sayang kini Indah tidak bisa merangkul kan dirinya sendiri lagi di tengah ketakutan. Badannya sakit dan kaku. Memejamkan mata hanyalah solusi terbaik yang dapat Indah lakukan, air mata juga tidak ada hentinya menetes dengan begitu cepat.

Terdengar langkah kaki dari kejauhan yang kian mendekat. Indah sangat merasa ketakutan, ketika harus melihat seseorang dibalik dari bisingnya suara langkah kaki tersebut. Makin mendekat, Indah juga merasa makin ketakutan. Tubuhnya bergetar, nafasnya juga menjadi tidak beraturan dan semuanya terasa sangat kacau di dalam pikirannya.

"Tidak.. Jangan datang, jangan mendekat Aku mohon..", mintanya didalam hati.

Namun, suara hatinya tersebut tidak dapat di dengar oleh siapapun bahkan seorang hewan pun. Sehingga harapan Indah, juga tidak dapat didengar kepada seorang yang dimaksud. Suara pintu yang terbuka terdengar, dan langkah kaki tersebut kini terdengar semakin jelas dan mendekat.

"Agnmmm", Indah ingin teriak, namun tidak ada sepatah katapun yang terdengar dengan jelas. Hanya raungan yang tidak jelas saja, yang bergema di seluruh ruang.

"Ada apa Bu, ada yang bisa Saya bantu?", suara tersebut tidak dapat Indah kenali. Itu suara pria dewasa, yang sangat asing di telinga Indah.

Mendengar hal itu, membuat Indah merasa sedikit lega dan aman. Karena dirinya tidak bisa menatap wajah pria tersebut, kepalanya juga tidak bisa dirinya gerakan. Manik matanya juga memiliki batas pandangan. Bayangan yang mendekat, membuat Indah merasa penasaran dan aman di waktu yang sama.

"Ada yang bisa Saya bantu Ibu Indah?". Ternyata suara tersebut, milik seorang dokter kenalan Dirga yang sudah pasti Dirga sewa untuk mengobati dirinya.

Indah merasa lega, air mata nya juga ikut keluar mengisyaratkan dirinya sangat bersukacita. Hatinya yang kini didominasi dengan rasa aman, mengalahkan rasa takutnya.

Terlihat tidak ada jawaban sama sekali, dan hanya terdengar suara rintihan yang tidak jelas dari Indah. Membuat Dokter dengan cepat, langsung mendekati Indah untuk mengetahui kondisi nya. Dengan seksama Dokter tersebut memeriksa kondisi Indah, sampai tak terasa sudah 30 menit waktu yang telah dihabiskan Dokter tersebut gunakan.

"Mohon maaf Bu, bisa mengatakan Pohon?", setelah beberapa pengecekan yang dilakukan, Dokter memberikan pertanyaan kepada Indah

"P-p-pp-o-h-o-on" dengan terbata-bata Indah melakukan apa yang diperintahkan oleh Dokter tersebut. Pertanyaan tersebut untuk menjawab kondisi Indah, dengan observasi yang dilakukan.

"Baik Ibu Indah, pemeriksaan sudah selesai Saya lakukan. Ibu silahkan beristirahat." setelah menyelesaikan prosedur pemberian, Infus pada Indah di tangan kirinya.

Indah hanya bisa mengedipkan mata yang bengkak nya itu, untuk menjawab pernyataan Dokter. Kemudian, Dokter meninggalkan Indah sendiri di kamar dengan di temani infusan yang tertanam dalam nadi nya.

Dokter tersebut turun menuruni tangga, menuju seorang pria yang sedang menunggunya dari tadi di sebuah ruang keluarga. Pria yang mendapati kehadiran sang Dokter dari kejauhan, dirinya langsung mendekati Dokter tersebut dengan langkah yang cukup cepat.

"Bagaimana mana kondisi Istri Saya Dok?" suara tersebut milik Dirga.

"Ibu Indah secara fisik dan psikisnya tidak baik. Banyak hal yang terjadi, sehingga membuat Ibu Indah kini tidak bisa berbicara dengan jelas dan menggerakkan tubuhnya", jelas Dokter tersebut kepada Dirga.

"Istri Saya tidak bisa berbicara dan menggerakkan tubuhnya Dok? Apa lukanya sangat parah?"

"Sebenarnya luka yang dialami Ibu Indah ini cukup berat. Namun, seharusnya anggota tubuh Ibu Indah bisa digerakkan. Tetapi, karena faktor psikis nya terganggu. Sehingga, membuat Ibu Indah sendiri yang menyebabkan hal itu terjadi. Ibu Indah saking takutnya untuk sakit saat bergerak, sehingga otaknya secara terpaksa mengirimkan sinyal untuk syaraf agar tidak bisa digerakkan".

"Selanjutnya, Ibu Indah masih belum bis berbicara dengan jelas karena. Pasca trauma yang dirinya hadapi, sehingga menghambat Ibu Indah untuk berbicara. Tetapi hal tersebut bisa di sembuhkan, ketika psikis Ibu Indah sudah membaik".

"Membaiknya psikis emosional, harus di dukung oleh keluarga. Salah satunya Pak Dirga. Saya sebenarnya tau apa yang terjadi setelah melihat kondisi Ibu Indah, namun itu bukan ranah Saya untuk ikut campur karena Saya dokter pribadi yang sudah bapak Dirga bayar. Tetapi, Saya hanya ingin memberi satan jika hal seperti ini jangan terulang kembali" menepuk kecil pundak Dirga.

"Baik terimakasih Dokter" Dirga mengangguk-anggukkan kepalanya, memberikan isyarat bahwa dirinya paham.

"Baiklah Saya izin pamit." menjauh dari Dirga, dan meninggalkan rumah mereka.

Setelah kepulangan Dokter tersebut, Dirga hanya bisa duduk di ruang keluarga dan larut dalam pikirannya. Dirinya belum juga mengunjungi Indah dikamar miliknya, hanya terdiam dengan pikirannya yang kalut.

"Apa Saya terlalu berlebihan? Tidak! Kamu tetap pantas menerima hal tersebut! Saya tidak merasa bersalah, Saya juga tidak ingin membantu hal apapun. Biarkan pikiran nya itu sembuh dengan sendiri nya. Lebih baik Saya pergi dari rumah ini", kesimpulan dari pikirannya Dirga.

Dirga kemudian, langsung menuju ke kamarnya. Di keluarkannya sebuah koper kecil, dari sekian banyaknya koleksi koper yang tersusun rapi di Wardrobe. Dirga mulai mengemasi beberapa baju dan barangnya kedalam koper hitam, dengan rapih dan cepat Dirga lakukan.

Setelah selesai semua, Dirga meninggalkan Indah sendirian di rumah tanpa mengatakan sesuatu. Mengunjungi Indah saja belum apalagi diajaknya berbicara. Hanya satu tempat yang bisa untuk Dirga datangi, tidak lain tidak bukan adalah sebuah apartemen. Dirga langsung pergi menuju sebuah apartemen, yang mewah dan tidak jauh dari tempatnya bekerja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!