Indah meluapkan rasa kecewanya. Indah menangis, dengan mulut yang ditutup kedua tangannya. Air mata yang keluar dengan begitu derasnya, dengan suara tangisan yang di tahan oleh nya. Karena semua orang tau betapa menyiksa, ketika harus melupakan emosi yang di sembunyikan. Indah tidak ingin tangisan nya di dengar oleh orang lain.
Walaupun perasaan kecewa yang masih melekat, tetapi Indah tidak merasa dirinya tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan. Setelah beberapa waktu Indah menenangkan dirinya, dirinya pun memutuskan untuk segera masuk kedalam rumah.
Saat memasuki rumah, Indah tidak melihat Dirga di ruang keluarga lagi. Indah berfikir, mungkin saja Dirga sekarang sudah beristirahat di kamar miliknya. Dengan cepat, Indah juga langsung menuju ke kamar tidur.
"Dari mana saja kamu?" Tanya Dirga dengan marah, yang ternyata sedari tadi menunggu Indah di meja makan.
"Eh-gh", Indah yang begitu terkejut dengan kehadiran Dirga secara tiba-tiba di sana, membuat Indah berbicara dengan gagap.
"Ini sudah jam sepuluh malam! Sudah hampir tengah malam dan kamu baru pulang Indah?! Hebat banget ya kamu masih keluyuran dan baru pulang jam segini! Kalau ada apa-apa pasti Saya yang akan kena imbasnya! Kamu mau menyusahkan Saya?! Apa kamu abis ketemu cowo lain?!" Bentak Dirga, dengan di hentakan tangan kanannya di atas meja.
"Aku nungguin Kamu di rumah sakit! Aku udah nungguin kamu di sana berjam-jam, tapi kamu tidak datang! Aku kehujanan! Aku gak bisa pulang karena terjebak hujan! Aku mau menghubungi Kamu, tapi telpon Aku tertinggal di dalam mobil", Indah berbicara dengan menangis kembali sejadi-jadinya, membela dirinya sendiri atas tuduhan yang diberikan Dirga.
"Berani Kamu sekarang bentak-bentak Saya!", tamparan yang begitu keras di lontarkan Dirga tepat di pipi kiri milik Indah.
"Aghh!" Teriakan yang begitu keras, mendeskripsikan betapa sakitnya tamparan yang Dirga lakukan.
Indah memegang pipi kirinya dengan begitu kuatnya, manik mata yang terus mengeluarkan air menatap wajah Dirga. Di wajah Dirga terlihat sangat jelas tergambar betapa marah dirinya, matanya kini menjadi merah menatap dalam Indah.
Indah yang sudah tidak tahan langsung lari menuju kamar miliknya, dengan tangisannya yang terdengar di seluruh rumah. Jika terdengar, begitu nyayat hati. Tangisan yang begitu mendalam, kini menjadi latar suara di sepanjang malam rumah mereka.
...****************...
Suara ketukan pintu terdengar bergema, tidak lama kemudian suara langkah kaki kini terdengar. Suara itu kini kian mendekat, mendekati Dirga yang tengah sibuk bekerja menatap layar laptop miliknya.
"Pak Dirga sudah waktunya jam makan siang, sebelumnya Bapak mau Saya pesankan makanan?" ternyata suara tersebut milik Tio, sekertaris Dirga yang mengingatkan kalau sudah menunjukkan jam makan siang.
"Oh, tidak perlu. Kamu tidak usah repot-repot untuk pesankan Saya makanan, Saya ingin makan di luar saja hari ini." ucapnya, dengan mata yang masih menatap arah laptop sesekali melihat ke arah Tio.
"Baik Pak kalau begitu, Saya izin keluar ruangan Pak"
"Baiklah, kamu boleh keluar". Setelah mendengar perintah tersebut, Tio langsung keluar dari ruang kerja milik Dirga.
Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sempat tertunda, Dirga memutuskan untuk pergi mencari makan. Sebelum keluar ruangan, Dirga sempat mencari-cari sebuah restoran di layar laptopnya tersebut. Dirinya melihat sebuah restoran yang menarik hatinya, yaitu sebuah restoran Jepang yang menyediakan berbagai jenis sushi.
Dirga langsung menuju restoran tersebut. Jaraknya juga tidak terlalu jauh, hanya berkisaran 15 menit saja dari perusahaan miliknya. Langsung dibukanya pintu restoran tersebut, dari kejauhan sudah terlihat beberapa sushi yang sudah tersedia berjalan otomatis mengelilingi meja restoran tersebut.
Namun, Dirga tidak menduduki kursi salah satu meja makan tersebut. Langkah nya yang perlahan malah menuju ke meja resepsionis, yang ada di hadapannya.
"Selamat datang Pak di restoran kami! Boleh Pak ada yang bisa kami bantu?" ucap kedua pegawai yang sedang menunggu di meja resepsionis tersebut.
"Saya mau pesan tempat VIP di sini"
"Baik Pak, dengan senang hati. Atas nama Bapak siapa?" Ucap salah satu pegawai di sana, dengan memerhatikan data yang ada di layar komputer dihadapannya.
"Dirga Ser Samudra"
"Baik Pak, silahkan Pak ikuti saya" salah satu pegawai nya berdiri, menunjukkan arah ruangan VIP dibelakangnya diikuti oleh Dirga secara perlahan.
"Silahkan Pak" membukakan pintu untuk Dirga.
Kemudian, Dirga langsung masuk ke ruangan VIP yang sudah dirinya pesan tersebut dan memesan beberapa menu yang sudah tersedia. Kini perutnya sudah terisi dengan baik, seorang pegawai wanita memasuki ruangan VIP Dirga untuk memberikan bill makanan yang telah dirinya pesan.
Tiba-tiba bill yang di genggaman wanita tersebut jatuh kelantai, membuat Dirga terkejut dan langsung menatap wanita yang ada di hadapannya itu dengan teliti. Wanita tersebut sibuk menunduk, berusaha mengambil kembali barang yang terjatuh dari genggamannya.
Tapi, betapa terkejutnya Dirga ketika melihat pegawai wanita di depannya itu. Seketika Dirga langsung mematung terdiam, menatap dengan dalam ke wanita tersebut.
"Bunga Jelita? Kamu kerja di sini!" dengan cepat beranjak dari tempat duduknya, dan langsung berlari menuju ke arah wanita tersebut yang Dirga kenali sebagai Bunga Jelita.
Wanita tersebut hanya terdiam, menatap dalam wajah Dirga dengan penuh haru. Tidak ada kata-kata yang dikeluarkan, Bunga langsung memeluk erat tubuh Dirga yang berada di hadapannya.
Dirga dengan cepat merespon nya, memberikan sebuah pelukan hangat untuk wanita tersebut. Dengan mengusap perlahan punggung wanita itu, mengisyaratkan bahwa dirinya aman berada di dekapan Dirga.
"Mas, Kamu kemana saja.. Aku rindu sekali.. Kita sudah tidak bertemu selama 4 tahun Mas, aku khawatir karena kamu menghilang secara tiba-tiba seperti itu." air mata yang kini membasahi kedua pipi itu, dengan wajah yang mendongak menatap wajah Dirga.
"Aku di sini, Bunga. Kami jangan nangis lagi ya Sayang.." mengusap kedua air mata yang sedang jatuh di kedua pipi milik Bunga.
Mereka cukup lama berpelukan satu sama lain, untuk melepaskan rasa rindu yang mereka rasakan selama 4 tahun ini. Akhirnya mereka memutuskan untuk berbicara, semuanya mereka perbincangkan satu sama lain. Dari masalah yang dialami Dirga, yaitu lupa ingatan.
"Dan Aku sudah menikah, maafkan Aku sayang", hingga satu topik ini dilontarkan dari mulut Dirga.
Bunga yang begitu terkejut, kemudian Dirga langsung menjelaskan semua yang terjadi dengan memberikan alasan dirinya mengapa harus menerima pernikahan ini bersama Indah. Dengan lapang hati dan penjelasan yang begitu meyakinkan dari Dirga, Bunga melapangkan hatinya untuk menerima kenyataan pahit dari perkataan Dirga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Sendy 🌟
kasian banget sumpah sama Indah 😭 mana muncul bau-bau pelakor lagiii
2023-07-21
2