Bab 3 : Pisah

Waktu tidak terasa berjalan dengan begitu cepat, kicauan burung di pagi hari kini kembali terdengar. Indah dengan perlahan membuka kedua matanya, dilihatnya ke dalam ruangan itu dengan penuh kehati-hatian. Melihat Dirga yang tertidur pulas seperti bayi membuat Indah merasa senang, menandakan kabar baik bahwa mereka bisa pulang kerumah hari ini.

Sembari menunggu Dirga yang masih tertidur lelap, Indah memutuskan untuk meregangkan otot-otot tubuh nya. Dengan berjalan mengelilingi area rumah sakit. Indah juga mengunjungi kafetaria, membeli sarapan untuk dirinya dan juga Dirga. Karena Indah tau dengan pasti Dirga tidak terlalu menyukai makanan yang rasanya hambar, lagi pula tidak ada pantangan yang harus Dirga hindari.

Indah kini sudah kembali dengan membawakan bungkusan sarapan di genggamannya, terlihat dari jendela ada Dirga yang sedang berdiri menatap pemandangan luar kamar. Walaupun masih ragu Indah tetap masuk. Terlihat dari rawut wajah Dirga ketika melihat Indah kembali di depan matanya, membuat dirinya kembali menatap tatapan benci.

"Kenapa kamu ada di ruangan saya?" pertanyaan ketus untuk Indah.

"Aku hanya mau menyiapkan kamu sarapan dan merapihkan pakaian kamu, ingin aku kemas kembali barang-barang kamu. Dokter sudah memperbolehkan kamu pulang hari ini", sembari menunjukkan bungkusan makanan yang di genggamannya.

"Scek! Yasudah cepat selesai kan! Lalu keluar!", perintahnya untuk Indah. Indah menuruti perintah Dirga, dirinya langsung melakukannya dengan cepat.

"Kalau kamu sudah selesai makannya, aku tunggu kamu di luar", menenteng beberapa barang yang sudah dikemas.

"Baiklah, kamu terlalu cerewet!"

Tidak lama kemudian, Dirga keluar menghampiri Indah. Indah yang sudah dari tadi menunggu, sembari mengurus administrasi untuk ke pulangan Dirga.

"Saya bisa pulang sendiri, kamu pulang lah kerumah kamu dan saya akan pulang ke rumah saya!", mencoba merebut tas yang ada di genggaman Indah.

"T-tapi Mas.. rumah kamu sudah dijadikan kantor cabang, sekarang kamu dan aku tinggal di rumah yang sama. Itu rumah kado pernikahan dari kedua orang tua kita" tidak berani menatap mata Dirga.

"Akh! Menjijikkan sekali kalau saya harus satu rumah dengan kamu!" menatap dengan tatapan tajam kearah Indah.

"T-tidak ada pilihan lain mas.."

"Brengsek! Yasudah antar saya kerumah itu" meninggalkan Indah jauh di belakang dirinya.

"Ini rumahnya?" tanya Dirga kepada Indah yang berhenti disalah satu rumah.

"Iya, ini rumah kita Mas.."

Indah dan Dirga terlah sampai di rumah mereka. Rumah yang jaraknya cukup jauh dari rumah sakit tempat Dirga dirawat, berada di Jakarta Selatan. Rumah itu tidak terlalu besar, tetapi sangat cukup jika di tempati hanya dengan dua orang penghuni saja.

Indah langsung membukakan pintu untuk mereka berdua, terlihat dari luar interior rumah itu juga minimalis modern. Didominasi oleh cantiknya warna kayu jati dengan cat tembok warna putih, membuat rumah tersebut terasa nyaman.

Dirga memasuki rumah tersebut, kemudian melihat sekeliling isi rumah. Sampai dirinya tiba di suatu kamar, yang Dirga yakini bahwa kamar tersebut merupakan kamar utama untuk rumah ini. Namun, saat melihat isi interior kamar utama, Dirga tertawa kecil seakan-akan melihat sesuatu yang lucu ada di dalam kamar. Kemudian, Dirga kembali menghampiri Indah yang sedari tadi menunggunya di ruang tamu.

"Hahaha! Lucu sekali melihat isi rumah ini! Melihat tidak ada satupun bingkai yang berisikan foto kita berdua yang telah menikah" ucap ketusnya terhadap Indah. Mendengar perkataan dari Dirga, jujur Indah cukup terkejut dibuatnya.

"Iya, karena Mas tidak menyukai foto itu terpajang di rumah ini”, Indah kemudian menjelaskan nya dengan nada bicara yang tenang.

"Ya jelas! saya tidak menyukai hal itu. Bagaimana saya tahan jika harus melihat foto pernikahan yang tidak saya inginkan? Apalagi dengan wanita yang saya benci. Memikirkannya saja saya sudah, sampai membuat bulu kuduk saya berdiri" mengusap kedua tangannya.

"Apa pernikahan ini sangat membuat mu merasa jijik Mas?.. Apa hal itu membuat kamu sangat membencinya?" Mendengar ucapan Dirga barusan, membuat Indah yang mendengarkan nya cukup terpukul.

"Ya! Saya membenci segalanya! Tentang kamu! Tentang pernikahan brengsek ini! Tentang keluarga kamu dan ayah saya! Saya sangat membencinya! Mereka yang kini sudah berhasil menjadikan saya boneka hidup untuk perusahaan, dengan membiarkan saya menikahi kamu yang jelas-jelas bukan wanita pilihan saya yang saya cintai! Bagaimana bisa ayah menikahi saya dengan wanita seperti kamu ini kalau bukan karena harta! Dan kamu masih bertanya?" nadanya semakin meninggi.

"Terimakasih Mas, karena kamu sudah jujur dengan perasaan kamu. Sehingga aku tahu alasan sikap dingin kamu terhadap ku selama 4 tahun pernikahan ini. Dari dulu aku bertanya-tanya mengapa kamu melakukan itu. Sekarang kamu mengatakannya..", air matanya tidak tertahan, air itu sudah melewati dan membasahi kedua pipi milik Indah. Mendengarkan hal itu membuat Indah merasa senang sekaligus kecewa dengan keadaan, Indah juga tidak ingin pernikahan ini terjadi jika endingnya akan seperti ini.

"Scek! Menangis? Lagi-lagi menangis! Hentikan tangisan itu di depan mata saya. Kamu tidak berhak menangis seperti itu! Bukankah yang berhak bersikap seperti itu saya?! Dasar wanita Lemah!"

"Sekarang kamu rapihkan semua barang barang saya yang ada di kamar utama itu! Saya tidak sudi untuk tidur satu ranjang bersama kamu! Saya ingin tidur di kamar lain!"

"M-mas.. maafin aku, tapi jangan seperti ini" tangisnya semakin menjadi.

"Akh! Begitu saja kamu menangis seperti bayi! Lebih baik saya tinggal di rumah ini dengan kamu tapi pisah ranjang! Atau saya keluar dari rumah ini sekarang juga?" memberikan sebuah ancaman.

"T-tinggal.. t-tinggal di rumah ini Mas.. baiklah kalau itu mau kamu. Tapi aku mohon kamu jangan berfikiran untuk keluar dari rumah ini Mas.. aku takut sendiri"

Hanya bisa menatap wajah indah dengan tatapan kemarahan. Dan Indah juga tidak bisa berbuat banyak, dirinya tidak bisa terus-menerus menolak permintaan Dirga. Mengingat dirinya yang khawatir akan kondisi Dirga yang bisa saja kambuh jika mereka meneruskan perdebatan ini. Indah juga tidak bisa membiarkan Dirga untuk tidak tinggal bersama dirinya, merasa takut hal buruk mungkin terjadi jika Dirga tidak berada di dalam pengawasannya.

Terpopuler

Comments

Tiara

Tiara

bagus deh pisah ranjang dulu

2023-07-06

1

Sendy 🌟

Sendy 🌟

Lanjut !

2023-07-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!