Tanpa Indah sadari waktu berjalan begitu cepat, sudah 2 minggu Dirga masih terbaring koma tak berdaya di ruang ICU. Terlihat sering kali para dokter dan perawat yang selama 2 minggu ini tanpa henti keluar masuk ruangan tersebut, membuat Indah tidak tenang memikirkan Dirga di dalam sana.
Sesekali Indah di izinkan untuk masuk ke ruang ICU tersebut, dengan perlengkapan yang diberikan. Melihat kondisi Dirga yang tak kunjung ada perubahan, membuat nya begitu frustasi akan keadaan yang sedang dirinya timpa.
Kunjungan di hari lain dilakukan oleh Indah, dengan perlengkapan yang telah disediakan Indah memasuki ruang ICU kembali. Menghampiri Dirga secara perlahan. Indah dibuat terkejut, ketika melihat Dirga yang kini telah membuka matanya. Langkah kaki pun kini terbuka dengan lebar, dengan cepat Indah menghampiri Dirga yang sedang melihat nya itu.
Namun Dirga melihat indah dengan tatapan yang tajam, terlihat rawut keheranan. Semakin Indah mendekati Dirga, mata Dirga juga semakin terlihat marah akan kedatangan Indah. Tatapan tajam terhadap Indah seakan mata itu mengatakan "untuk apa kamu ke sini!"
Prosedur kesehatan dilakukan lagi saat Dirga sudah kembali sadar. Dirga kemudian langsung dipindahkan ke ruang inap, karena kondisinya sudah membaik. Namun, hasil yang diberikan dokter setelah pemeriksaan berbeda. Dirga divonis mengalami Amnesia ringan akibat benturan yang terjadi saat kecelakaan di kepalanya.
Indah yang mendengar hal itu dari mulut sang dokter langsung terjatuh, badannya lemas tidak berdaya. Indah sangat amat terkejut mendengarnya, perasaan nya sudah tidak terbendung. Suara yang terdengar menyayat hati, dengan tangisan yang meluap-luap. Membuat ruangan itu dipenuhi oleh tangisan kesedihan yang begitu mendalam.
Langkah Indah terasa berat ketika berjalan menuju ruangan di ujung lorong itu, kedua pipinya masih basah karena tetesan air mata, dan sesekali suara hembusan nafas yang tersengal-sengal terdengar.
Dengan perlahan Indah membuka pintu dari ruangan itu, dari sana terlihat Dirga yang sedang duduk dan bersandar. Indah berjalan mendekati Dirga deng menyeka kedua pipinya yang basah, dan berusaha tersenyum seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Tetapi tatapan mata Dirga masih menatap tajam Indah yang sedang tersenyum itu, terlihat dari matanya adanya kebencian yang mendalam untuk Indah.
"Untuk apa wanita yang saya benci masih ada di sini?"
"Mas, bagaimana perasaan kamu sekarang? Apa lebih baik?" berusaha memegang tangan Dirga.
Brak! Dirga menghempaskan tangan Indah yang berusaha menggenggam tangan miliknya. Matanya yang jadi memerah dengan alis yang menyatu, kini tatapan itu menjadi tatapan luapan amarah.
"Untuk apa kamu di sini hah?! Tadi kamu panggil saya dengan sebutan apa? Mas?! Cuih menjijikkan kamu tau itu! Untuk apa kamu panggil saya seperti itu hah?!" nada amarahnya yang terdengar bergema di seluruh ruangan.
"Karena aku istri kamu Mas", suaranya bergetar ketakutan.
"Istri? sejak kapan saya sudah nikah sama kamu Indah! Kita belum menikah! Pernikahan kita yang udah Papah kamu rencana-in belum terjadi, dan saya masih ada wanita yang saya cintai! Dan itu bukan kamu Indah!"
"Dengar! Saya tidak mencintai kamu! Sampai kapanpun kamu bukan wanita yang saya cintai, jadi tolong kamu jangan mengatakan hal yang tidak mungkin terjadi. Kamu paham apa yang saya katakan ini?"
"Tapi Mas, kita benar benar sudah menikah 4 tahun yang lalu. Aku tidak bohong Mas..", air mata kembali membasahi kedua pipi indah.
Dengan tangan yang bergetar hebat, indah berusaha menunjukkan bukti foto pernikahan mereka dari layar ponsel miliknya. Dan benar ketika melihat itu, Dirga sangat terkejut tidak karuan ketika harus melihat dirinya memegang buku nikah dengan wanita yang tidak di cintai nya.
Brak! Dirga melemparkan ponsel tersebut ke lantai, amarahnya memuncak tidak terpendam lagi.
"Brengsek! Apa-apa ini Indah! Cara kamu untuk membohongi saya ini sangat murahan! Apa kamu sangat menginginkan menikah dengan saya! Apa kamu sudah tidak punya harga diri lagi melakukan hal yang memalukan seperti ini?! Saya sudah memiliki wanita yang saya cintai Indah! buka hati kamu!"
"T-tapi Mas itu benar adanya, kita sudah menikah bulan Juni tahun 2019.. Aku tidak mungkin berbohong Mas.."
"Hah! Lalu bagaimana dengan wanita saya? Dimana dia sekarang!” menggoncang kuat tubuh Indah.
"Akhhh...Sakit Mas.. aku tidak tahu.. Sakit aku benar-benar tidak tahu apa yang sedang kamu bicarakan ini” tangisan Indah semakin menjadi.
"Sudah lah! Hentikan tangisan palsu mu itu! kamu bahagia kan dengan apa yang sedang saya alami ini hah?!" menghempaskan tubuh Indah dengan kencang.
"Akhh! Sakit sekali!" dengan memukul-mukul kepalanya, Dirga merasakan sakit yang sangat amat.
"Mas.. kamu kenapa Mas.. apa ada yang sakit? Dimana yang sakit?” menggenggam tangan Dirga dengan cepat.
Brak! "Pergi! Pergi kamu dari hadapan saya! Saya tidak ingin melihat kamu! Pergi! Untuk apa kamu perduli dengan saya?! Saya tidak membutuhkan perhatian yang kamu kasih ini!” menunjuk ke arah pintu.
"T-tapi Mas...”
“Pergi! Saya bilang kamu pergi! Kamu ini tuli atau apa?! Pergi!” dengan mengerang kesakitan, Dirga menjadi tidak karuan saat menahan rasa sakit yang ada di kepalanya itu.
Indah dengan cepat keluar dari ruangan tersebut, dengan air mata yang keluar dengan begitu deras. Hatinya sekarang seperti sedang tersayat-sayat sebuh benda tajam. Indah tidak menyangka, bahwa Dirga akan benar benar melupakan dirinya dan pernikahannya.
Namun dengan keadaan menangis tersengal-sengal Indah langsung pergi mencari perawat ataupun dokter yang berada dekat disekitar dirinya, karena dirinya tidak ingin melihat Dirga yang mengerang kesakitan.
Dokter dan beberapa perawat kini sedang memeriksa keadaan Dirga. Dengan memberikan obat penghilang rasa sakit dan obat penenang, Dirga pun tertidur lemas di ranjang rumah sakit itu.
“Mohon maaf sebelumnya untuk ibu Indah. Saya tidak tahu apa yang terjadi diantara kalian sehingga dapat memicu bapak Dirga seperti ini, tetapi saya harap ibu Indah Jangan terlalu memaksakan bapak Dirga untuk mengembalikan ingatannya".
"Sebaiknya ingatannya kembali secara perlahan, dan ibu Indah juga jangan melakukan apapun yang memicu psikis emosional bapak Dirga. Agar hal ini tidak terjadi lagi kedepannya.", dengan sabar dokter menjelaskan kepada Indah.
"Baik dokter, terimakasih atas sarannya"
Kemudian, dokter dan para perawat perlahan meninggalkan Indah dan Dirga berdua dari ruangan. Kini Indah hanya bisa menunggu dengan sabar, menunggu Dirga bangun dari tidurnya. Beberapa aktivitas kecil dilakukan oleh Indah, dari memberikan bunga di beberapa tempat hingga memberikan aroma terapi di beberapa sudut agar ruangan tersebut terasa lebih relaks.
Indah sesekali meninggalkan Dirga yang tertidur sendirian untuk makan maupun pergi ke toilet. Selama 3 minggu ini sampai sekarang, yang mengurus semua pekerjaan kantor Dirga yang tertinggal adalah Indah. Semua dilakukan, Indah hanya memiliki istirahat yang cukup singkat.
Selang beberapa jam dari tidurnya Dirga kembali membukakan kedua matanya, terlihat tidak ada siapapun di ruangan tersebut. Namun saat melihat sekelilingnya, Dirga menempati melihat ruangan yang ter-hiasi bunga dan lilin aroma. Sehingga wangi-wangian kesukaannya tercium harum, membuat pikirannya menjadi lebih tenang.
Tok..Tok..Tok... Terlihat dari jendela bayangan seorang wanita yang mengetuk pintu tersebut.
"Apa wanita itu belum juga pulang?", ucap Dirga dalam hati.
Namun siapa sangka, yang terlihat dari pintu itu bukanlah Indah melainkan perawat wanita yang sedang membawakan makanan serta obat untuk di konsumsi oleh Dirga.
"Terimakasih" ucap Dirga kepada perawat wanita. Setelah memberikan makanan tersebut kepada Dirga, perawat wanita itupun langsung meninggalkan nya.
"Apa bapak Dirga nya sudah bangun sust?" terdengar suara wanita lain dari bangku tunggu yang berada di lorong rumah sakit.
Suara wanita tersebut ternyata Indah, yang sedari tadi menunggu Dirga bangun dari tidurnya di lorong rumah sakit. Mengingat dirinya tidak ingin memicu psikis emosional Dirga saat ini.
"Sudah Ibu Indah. Sebelumnya saya juga ingin menyampaikan pesan dari dokter bahwa jika bapak Dirga hari ini sudah lebih baik, besok ibu Indah bisa membawa pulang bapak Dirga dari rumah sakit".
"Baik terimakasih atas bantuannya ya suster" sambil tersenyum tipis.
Setelah perawat meninggalkan Indah sendirian di lorong itu, Indah sesekali mengintip kedalam ruangan untuk memastikan keadaan Dirga baik-baik saja. Indah masih enggan untuk masuk keruangan itu, sehingga malam ini Indah secara terpaksa harus tidur di lorong rumah sakit. Indah melakukan itu tanpa alasan apapun, itu hanya murni keinginan dirinya. Walaupun terasa tidak nyaman, tetapi Indah tidak memiliki pilihan lain.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Sendy 🌟
udah di temenin malah di sakitin 😭
2023-07-06
0