Mentari pagi menyinari bumi dengan begitu Indahnya. Hawa udara yang terasa sejuk, menyelimuti aktivitas pagi hari Dirga dan Indah. Terlihat Indah yang sedang di dapur menyiapkan sarapan untuk mereka. Dirga yang juga terlihat sedang merapikan rambut, dengan pakaian kantor yang sudah rapih dirinya kenakan.
"Mana sarapan pagi ini Indah?!" suara Dirga yang begitu lantang sambil menuju ruang makan, dengan membawa tas tenteng berwarna hitam.
"Sebentar lagi siap" merespon pertanyaan Dirga, sembari membawakan nampan yang berisikan sarapan untuk mereka berdua.
Dirga langsung duduk di kursi, sambil menunggu Indah yang sedang menyusun sarapan mereka di meja makan. Dirasa sudah selesai untuk menata makanan tersebut, Indah langsung menarik kursi untuk diduduki oleh dirinya.
"Tidak! Jangan duduk di sana!" Bentak Dirga kepada Indah, yang tidak menyukai tindakan yang dilakukan oleh Indah.
"Kenapa?" tanya polos Indah, dengan tangan yang membeku memegang kepala kursi.
"Kamu jangan duduk di sana! Saya tidak ingin makan bersama dengan kamu! Kamu pergi saja ketempat lain, masih banyak kursi dan meja di ruangan lain! Saya tidak mau kehilangan selera makan saya!" dengan tangan yang bergerak seolah memberi isyarat untuk pergi.
"Baiklah, aku akan makan ke tempat lain", tanpa melakukan debat dengan Dirga, Indah langsung membawa sarapannya pergi bersama dirinya keruangan lain.
Ruangan yang di pilih Indah ruang keluarga, karena jaraknya yang cukup dekat dengan ruang makan. Air mata milik Indah tanpa dirinya sadari menetes dengan perlahan, terasa sakit dirinya rasakan di dalam hatinya. Indah tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan dirinya, agar Dirga menjadi luluh hatinya.
Makanan yang Indah buat dengan kasih sayang, kini terhapus dengan Air mata yang menghilangkan kenikmatan dari makanan yang dibuatnya. Namun apalah daya, Indah hanya bisa sabar menunggu hati Dirga yang akan luluh dengan perbuatannya.
"Saya pergi ke kantor! Saya harap kamu tidak membuat masalah bagi Saya, Kamu paham?!", Dirga yang telah lebih dulu menyelesaikan sarapannya, sehingga dirinya langsung menuju ke luar rumah untuk pergi berangkat ke kantor.
"Aku paham dengan perkataan kamu" melihat Dirga yang berjalan keluar, membuat Indah berjalan mengikuti di belakangnya untuk melihat Dirga.
"Hati-hati" dengan suara yang begitu lembut, sembari melihat Dirga yang sedang sibuk memarkirkan mobilnya dari teras rumah.
"Kamu tidak perlu menghawatirkan Saya!" setelah mengatakan hal itu kepada Indah, Dirga langsung metancapkan gas untuk pergi menjauhi rumah.
Melihat mobil Dirga yang sudah terlihat cukup jauh, Indah langsung menutup pagar rumah dan segera masuk kedalam rumah.
"Aku harap tidak ada hal yang buruk menimpa kamu Mas, cukup sekali saja. Doa ku selalu menyertai langkah mu". Ucapan doa dan harapan di dalam hati Indah untuk Dirga, setelah menutup pintu rumah.
...****************...
Dari kejauhan Dirga melihat bangunan yang begitu besar dan mewah, Gedung mewah yang di dominasi dengan warna putih dan coklat. Bagaimana tidak? Bangunan tersebut merupakan Perusahaan Properti terbesar di Indonesia. Perusahaan tersebut kini milik Dirga Ser Samudra, setelah sebelumnya di pegang oleh sang Ayah Pak Dewa Mario. Perusahaan properti itu kini, telah banyak di akuisisi oleh Perusahaan Perhiasan milik Pak Tirno Bumi sang Ayah dari Indah Nan Damai.
Sebelumnya, Dirga hanyalah Manager biasa yang sangat menikmati kehidupannya di sebuah Perusahaan Milik Negara. Namun, karena beberapa alasan Dirga akhirnya harus resign dari perusahaan tersebut. Secara terpaksa Dirga juga harus menikah dengan anak perempuan dari pemilik Perusahaan yang telah mengakuisisi Perusahaan milik Ayahnya, dengan jaminan Perusahaan miliknya tidak akan bangkrut.
Selangkah demi selangkah, kini Dirga sudah memasuki gedung tersebut. Sedari tadi setelah Dirga memasuki gedung tersebut, terlihat semua karyawan menyapa dirinya dengan penuh kehangatan. Dirga juga merespon hal yang sama, dengan langkah kaki yang tidak henti pergi menuju ruangan miliknya.
Dirga memasuki lift dan menekan tombol angka 45, ditekan nya tombol tersebut untuk sampai ke tinggian lantai yang dituju. Pintu lift sudah kembali terbuka, di lantai itulah ruangan Dirga berada. Terlihat sekertaris nya yang sedang berdiri siap menyambut Dirga.
"Selamat pagi Pak, Saya Tio Revano sekertaris Bapak yang akan membantu dan mang-handle jadwal pekerjaan Bapak. Silahkan Pak, saya tunjukan jalannya.", ucap seorang pemuda tampan yang memperkenalkan dirinya sebagai sekretaris Dirga, sembari membuka jalan dirinya.
"Baiklah, tapi apa kamu tahu tentang kondisi saya?" tanya Dirga sembari menuju ke ruangannya.
"Mohon maaf pak sebelumnya, jika saya lancang. Saya sudah mengetahui kondisi Bapak dari Ibu Indah", sembari membukakan pintu untuk Dirga.
"Bagus kalau kamu sudah tau mengenai kondisi Saya, jadi kamu bisa bantu Saya untuk mengenali clien. Tapi apa ada orang lain yang mengetahui kondisi saya ini?" memasuki ruangan miliknya.
"Tidak ada yang Pak, hanya Saya yang mengetahui kondisi Bapak" dengan tangan yang bergerak menarik kursi untuk di duduki Dirga.
"Bagus! Saya harap kamu bisa terus menyimpan rahasia ini. Jika berita mengenai Saya tersebar, Saya pasti akan langsung menuduh kamu dan tidak segan-segan untuk menghukum kamu. Kamu paham?", menduduki kursi.
"Saya paham pak"
"Baiklah kalau kamu paham. Lalu apa ada jadwal penting yang harus Saya hadiri hari ini?" tanya Dirga kepada Tio yang berada di depannya.
"Nanti Siang Pak, Bapak ada jadwal bertemu clien untuk membahas kerja sama perusahaan mereka Pak", jawabnya setelah melihat data-data yang Tio pegang di tangan kirinya.
"Baiklah kamu keluar sekarang, Saya perlu merapikan barang-barang Saya. Kalau Sudah waktunya kamu bisa panggil Saya lagi", mengeluarkan laptop yang dari tas tenteng berwarna hitam miliknya.
"Baik Pak", Tio yang menuruti perintah, dirinya langsung pergi meninggalkan ruangan Dirga.
...****************...
Langit kini sudah mulai gelap, Matahari sudah membawa sinarnya untuk tenggelam yang akan digantikan Bulan untuk menyinarinya. Dirga menyiapkan diri untuk pulang setelah pekerjaannya telah selesai semua, dirinya sudah melakukan pekerjaannya dengan baik hari ini. Pertemuannya dengan clien di siang itu juga berjalan dengan baik, adanya kerjasama yang dibuat setelah pertemuan mereka yang akan menguntungkan kedua belah pihak.
Dirga kini berada di jalan untuk pulang, dan akan melewati jalan yang membawa kenangan buruk baginya. Dirga sudah mengetahui jalan itu merupakan mimpi buruk baginya, namun tidak ada jalan pulang lainnya selain jalan itu. Secara terpaksa dirinya melewati jalan tersebut dengan hati-hati, walaupun dengan perhatian yang ekstra Dirga tetap gelisah melewati jalan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments