Bab 13 : Satu Ranjang

Kini yang tersisa, hanyalah rasa sakit yang Indah rasakan pada perut bagian atasnya. Dengan tertatih-tatih, Indah pergi meninggalkan meja makan menuju kamar tidur miliknya.

Merangkul diri sendiri dengan penuh kesedihan, meratapi nasib hidupnya yang kini penuh duri. Air mata mengalir menemani Indah, sampai matanya tertutup sempurna karena sudah terlanjur lelah.

...****************...

Mengetuk pintu kamar milik Dirga dengan hati-hati, namun tidak ada respon sekalipun yang terdengar dari balik pintu. Indah akhirnya memberanikan diri, untuk membuka pintu tersebut tanpa izin yang punya. Dilihatnya dengan seksama, tidak terlihat seorang pun yang berada di dalam kamar itu.

Indah merasa keheranan, sehingga memutuskan untuk segera menghubungi Dirga melalui telepon selulernya. Setelah mencoba beberapa kali menghubungi telpon milik Dirga, Indah masih belum mendapatkan jawaban Dirga pergi kemana malam ini.

Dirga yang seharusnya berada di rumah setiap liburnya walaupun hanya berdiam di dalam kamar, kini tidak terlihat sekali pun di dalam rumah ataupun di kamar. Perasaan keheranan Indah kini berubah menjadi rasa kekhawatiran, karena tidak biasanya Dirga seperti ini.

"Halo..", setelah beberapa kali percobaan yang dilakukan Indah, akhirnya Dirga mengangkat panggilan telpon darinya.

"Ada urusan apa Kamu panggil Saya seperti ini?", dengan nada kasarnya, Dirga menjawab panggilan telpon Indah.

"Sudah malam, ini sudah jam satu malam. Kamu masih belum pulang? Apa di kantor saat ini sedang sibuk sampai Kamu belum bisa pulang?" tanya Indah, yang saat ini sedang duduk di atas ranjang kamar milik Dirga.

"Iya! Saya sibuk dengan pekerjaan! Kamu jangan menunggu Saya pulang! Saya tidak akan pulang malam ini!" Indah yang mendengar kabar tersebut dari balik telponnya, kini membuat nya terasa sangat sedih.

"Tapi Aku takut sendirian sekarang..", sembari melihat kelantai, dengan perasaan gugup dan takut.

"Apa yang perlu Kamu khawatir kan?! Kamu saja punya nyali besar saat ini sampai-sampai dengan beraninya menelpon Saya! Sudah Saya tidak ingin diganggu!" telpon tersebut seketika terputus.

Indah menatapi telpon tersebut yang kini tengah digenggamnya di tangan kanannya, dengan begitu erat. Air mata juga mengalir begitu saja, sejak berhentinya percakapan yang terjadi di telpon.

Indah memutuskan hari itu untuk berbaring di ranjang milik Dirga, dengan angan angan dirinya suatu saat nanti bisa mencium wangi harum milik Dirga di dekat dirinya. Indah hanya bisa merasakan kehangatan Dirga dari wangi tubuh Dirga, yang tertinggal di ranjang tersebut.

"Kapan Kamu mau satu ranjang bersama Ku lagi Mas? Walaupun kita tidak pernah berhubungan selama 4 tahun, setidaknya setiap malam Kamu selalu di samping Ku".

"Namun, setelah kecelakaan itu terjadi. Setelah semua ingatan tentang pernikahan Kita hilang dalam ingatan Kamu. Kamu sampai saat ini tidak pernah melihat Ku sedikit pun, Kamu juga berada.. Kamu menjadi kasar, dan Kamu menjadi lebih sulit untuk menerima kehadiran Ku.."

"Aku cape Mas, Aku tidak bisa sekuat itu.", tetesan air mata terakhir, menjadi penutup semua ucapan dalam hati Indah.

Indah tertidur di atas ranjang milik Dirga. Indah memeluk erat beberapa pakaian milik Dirga, dengan harapan dirinya juga dapat memeluk erat tubuh asli milik Dirga.

"Apa-apaan ini Bajingan! Menjijikkan Sekali!" terdengar teriakan dari seorang laki-laki.

Hal tersebut membuat Indah sangat terkejut, akhirnya dengan terpaksa Indah terbangun dari tidurnya akibat suara keras yang dirinya dengar itu. Namun, Indah kembali dibuat terkejut setelah melihat sosok laki-laki yang berada didepannya.

Dirga yang sedang berada didepannya dan yang telah membuat suara keras tersebut,n Dirga ternya malam itu pulang ke rumah. Muka merah milik Dirga sangatlah terlihat jelas, menandakan dirinya sangat amat marah dengan apa yang dirinya lihat saat ini.

"Sedang apa Kamu di situ Brengsek! Turun!", tangan Dirga yang memberikan perintah untuk Indah segera bangkit dari ranjang miliknya.

Betapa marahnya Dirga ketika melihat Indah yang sedang berada dikamar miliknya, bahkan sampai tertidur dengan memeluk pakaian. Indah yng baru menyadari akan situasi yang akan dirinya hadapi, dengan cepat Indah berdiri pergi beranjak dari ranjang tersebut.

"Ma-af, Aku tidak bermaksud lancang seperti ini" Indah beranjak dan berdiri dengan tubuh yang masih belum seimbang.

"Berani sekali Kamu brengsek!" Sini Kamu", kini Dirga dengan tangan kirinya yang bertopang pinggang, dan tangan kanannya mengisyaratkan agar Indah segera berada di depannya.

"Ba-ik", melihat instruksi yang Dirga berikan, Indah langsung menuruti perintah Dirga dengan mendekati dirinya.

"Akhhhh" Namun, hal tersebut bukanlah keputusan yang tepat untuk Indah lakukan. Hal tersebut, membuat Indah berakhir dengan pipi kirinya nya yang kini menjadi merah. Tamparan yang begitu keras Indah dapatkan, setelah mendekati Dirga.

"Kamu sangat lancang! Saya sangat benci melihat seseorang yang masuk ke kamar Saya tanpa izin apalagi sampai menyentuh barang-barang Saya!" menarik paksa tubuh Indah untuk keluar dari kamar tidur miliknya.

"Sakit.. Sangat menyakitkan! Lepas.." Indah berusaha memberontak dari genggaman erat tangan Dirga yang menarik paksa dirinya.

"Kamu memang tidak bisa Saya biarkan!" mendorong keras tubuh Indah ke lantai.

"Sakit.. Sungguh ini sangat menyakitkan! Mengapa Kamu melakukan hal seperti ini... Ini bisa Kita bicarakan dengan baik", tangisnya kini mulai pecah.

"Tidak! Ini tidak bisa Saya biarkan! Kalau Saya biarkan Kamu terus menerus, Kamu akan lancang!" menendang tubuh Indah dengan kaki miliknya.

"Sakit.. Ampun, Aku tidak akan melakukan hal ini lagi. Aku janji jangan seperti ini ini menyakitkan", tubuhnya yang merangkul dirinya sendiri, melindungi diri dari serangan Dirga.

"Tidak! Berisik Kamu Brengsek!" Kakinya kini tiada henti menendang kasar tubuh mungil milik Indah.

Indah menangis, menjerit kesakitan. Tangannya tiada henti merangkul dirinya sendiri, berharap tubuhnya akan terlindungi dan rasa sakitnya akan hilang.

Namun ternyata, siksaan yang diberikan Dirga tidak berhenti-henti. Malah semakin memuncak, bukan hanya di tendang. Tubuh mungil Indah, kini dirinya Injak-injak dengan begitu sadisnya.

Indah meminta tolong, dirinya sangat kesakitan. Air matanya kini keluar bersama dengan suara rintihan Indah, namun sayangnya tidak ada yang mendengar hal tersebut. Rumah yang begitu besar, memadamkan suara rintihan milik Indah.

"Tolong.." sampai, kata terakhir yang Indah ucapan sebelum Indah tidak sadarkan diri.

Terpopuler

Comments

Fitri

Fitri

pd nangis y di bab ini 😭

2023-08-03

0

NAZWA FADIA PUTRI

NAZWA FADIA PUTRI

nangis bombay sedih banget

2023-08-03

0

Tiara

Tiara

kasian Indah 😥

2023-08-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!