Bab 8 : Kondisi Terbaru

Rasa khawatir yang menyelimuti hati Dirga, membuat tubuhnya bergetar cukup parah. Ingatannya mengenai kecelakaan yang mengerikan itu, seketika terlintas di pikirannya.

Dirga merasa tidak sanggup, nafasnya kini mulai terasa sesak. Nafasnya yang tersengal-sengal, membuatnya mengeluarkan keringat dingin. Dirga sudah merasa sangat tidak kuat, ia pun langsung menghentikan mobil yang di kendarai nya di tepi pinggir jalan besar itu.

...****************...

Indah sedang melakukan aktivitas seperti biasanya, dirinya sekarang sedang membuatkan makan malam untuk Dirga. Karena, Indah tau kebiasaan Dirga dahulu setelah pulang dari kantor pasti menyempatkan diri untuk makan malam.

Namun tiba-tiba, telpon Indah berdering. Ketika Indah melihat kontak yang ada di layar kuncinya itu terlihat nama Dirga yang sangat jelas, mengetahui Dirga yang tiba-tiba menelponnya membuat Indah merasa terkejut.

"Halo.. Dirga? Ada apa?" tanpa berfikir panjang, Indah langsung mengangkat panggilan telpon dari Dirga. Di kecilkan nya ukuran api dari kompor itu.

"I-indah tolong Sa-saya. K-amu cepat temui Saya, Saya takut Indah", terdengar dari telpon itu, suara Dirga yang sedang ketakutan dengan ucapan yang terbata-bata.

"Iyaa.. Mas! Kamu di mana sekarang?! Aku langsung nemuin kamu", Indah yang mendengar suara Dirga yang seperti itu, membuat dirinya sangat panik. Langsung dilepaskan spatula dari tangannya untuk mematikan api kompor yang sedang menyala.

"Saya di j-jalan ini -" Dirga hang tidak bisa melanjutkan perkataannya lagi.

"Aku tau Mas. Kami tunggu Aku di sana, Aku akan segera sampai!" Indah yang mengetahui jalan yang di maksud oleh Dirga, dirinya langsung mengambil kunci mobil yang tidak jauh dari tempatnya berada.

...****************...

Rasa khawatirnya tidak kunjung berhenti, Dirga merasa sangat ketakutan. Tanpa berfikir panjang Dirga saat itu juga langsung menghubungi Indah, untuk bisa menemuinya. Setelah menelpon Indah, Dirga hanya bisa menunduk sembari menunggu kedatangan Indah. Ketakutan yang menghantuinya, membuat Dirga tidak kuat lagi untuk melihat jalan itu.

Tidak berselang lama dari telpon yang di lakukan Dirga, Indah sudah sampai tepat di titik Dirga menepikan mobilnya. Dari kejauhan, sudah terlihat Indah yang sedang berlari menghampiri Dirga yang sedang berdiam menunduk menunggu di dalam mobil.

Dirga yang tidak menyadari kedatangan Indah, dirinya sangat terkejut ketika mendengar kaca mobil yang sedang di ketuk Indah dari luar mobil. Setelah melihat bahwa yang mengetuk kaca tersebut adalah Indah, Dirga langsung membukakan pintu mobil nya untuk Indah.

Tanpa diri Dirga sadari saat dia membukakan pintu mobil untuk Indah, Dirga langsung memeluk tubuh Indah dengan sangat erat. Indah yang melihat reaksi Dirga yang sangat ketakutan itu, langsung merespon nya dengan pelukan yang hangat.

"Udah tidak apa-apa Mas.. Ada Aku, Kamu aman di sini sekarang", di tenangkan nya Dirga, sembari Indah yang terus memeluk tubuh Dirga dengan tangan yang tiada henti mengusap punggung Dirga.

Setelah beberapa waktu, Dirga secara perlahan melepaskan pelukan Indah dari tubuhnya. Kini dirinya melihat Indah dengan tatapan yang cukup tajam, tidak ada kebencian ataupun kemarahan. Hanya saja tatapan itu terlihat sangat asing bagi Indah, dirinya tidak pernah melihat tatapan itu dari manik mata milik Dirga selama 4 tahun pernikahan mereka.

"Mas.. Kamu tidak apa-apa?" tanya khawatir Indah, setelah Dirga melepaskan pelukan dari tubuhnya.

"Saya sudah tidak papa!", kini tatapan Dirga berubah kembali ketika melihat wajah Indah. Tatapan itu menjadi tatapan kemarahan, dengan alis yang menyatu.

"Saya mau pulang! Saya sudah tidak kuat lagi untuk menyetir mobil. Mobil Saya ini kamu saja yang setir kan! Kamu keluar dulu kita pindah posisi" Dirga yang langsung merubah posisi duduk nya yang kini berada di kursi penumpang.

"Lalu bagaimana dengan mobil saya Mas?" tanya Indah dengan begitu polosnya.

"Mas? Kamu panggil Saya apa? Sudah Saya katakan jangan panggil Saya seperti itu lagi! Apa kamu juga mengalami amnesia seperti Saya?!", nada suara Dirga kini berubah menjadi cukup tinggi.

"Mobil kan bisa Kamu carikan saja supir pengganti! Kamu ini bodoh juga ya Saya perhatikan! Cepat jangan banyak basa-basi!", Dirga menarik tubuh Indah yang sedang berdiri di luar mobil secara paksa, untuk langsung duduk di kursi pengemudi.

"Ma-af.. Sakit.. Aku tidak akan mengulanginya lagi" Dirinya hanya bisa menuruti perintah Dirga.

"Cepat saja mulai jalan, Saya sudah tidak Ingin berada di sini!" ujar Dirga dengan dibentaknya Indah dengan nada bicara yang tinggi.

Indah yang mendengar hal itu langsung dengan segera metancapkan gas, sehingga cepat meninggalkan jalan itu. Dan untuk mobil Indah, dirinya juga sudah menelepon supir pengganti untuk mengantarkan mobil itu ke rumah mereka.

...****************...

Pagi ini adalah jadwal Dirga untuk check up kesehatan nya. Dirinya tidak sendirian, Indah menemaninya untuk pergi ke rumah sakit tempatnya di rawat dahulu. Karena, pasien harus yang memiliki kondisi seperti Dirga, harus di dampingi Indah sebagai wali agar dapat mengetahui kondisi terbaru Dirga. Sehingga Indah dapat menyikapi kondisi Dirga dengan baik, setelah mengetahui perkembangannya.

Dialkukan nya proses prosedur pengecekan kesehatan. Dari pengambilan darah hingga melakukan CT scan, untuk melihat kembali perubahan yang berada di kepala Dirga khususnya di bagian otaknya. Setelah semua proses dilakukan oleh Dirga, atas panduan dari suster Dirga langsung menuju ke suatu ruangan untuk mendengarkan hasilnya.

Diketuknya pintu putih dari ruangan itu oleh Indah, ruangan itu adalah ruang dokter yang sempat menangani kondisi Dirga setelah kecelakaan besar itu terjadi dahulu. Setelah di persilahkan masuk, Indah dan Dirga langsung menduduki kursi yang ada di hadapannya untuk berkonsultasi dengan dokter.

"Bagaimana kabar Bapak Dirga setelah dua minggu berada di rumah? Apa ada sesuatu yang Bapak Dirga rasakan dalam dua minggu tersebut?" tanya dokter, dengan wajah yang sesekali menatap ke layar komputer yang berada di depannya.

Di ceritakan nya semua yang Dirga rasakan. Sampai kejadian Sepuluh hari yang lalu saat pertama kalinya Dirga merasa ketakutan yang amat besar, saat melewati jalan yang membawa kenangan buruk baginya.

"Sejak kejadian itu terjadi, Saya jadi tidak pernah berani untuk melewati jalan itu sendirian. Sekarang Saya kalau pulang dari kantor, Saya selalu menggunakan supir pribadi untuk menggantikan Saya menyetir mobil", dengan tatapan yang begitu serius yang dilakukan Dirga saat menatap mata Dokter.

"Baik pak Dirga. Sebenarnya Saya tidak banyak melihat perubahan yang signifikan terhadap kondisi Bapak, tapi itu juga tidak berdampak besar bagi Bapak. Hanya saja ingatan Bapak akan cukup lama untuk pulih kembali. Walaupun seperti itu, ingatan Bapak juga tidak boleh dipaksakan untuk di kembalikan. Kita cukup tunggi semuanya berproses secara perlahan, dan untuk hal yang terjadi pada Bapak Saya juga bisa rekomendasikan Bapak Dirga untuk langsung ke Psikiater agar Traumatis yang di alami Bapak teratasi." dengan menunjukkan hasil CT scan, yang ada di layar komputer itu.

"Baik Dokter terimakasih atas informasi dan sarannya. Sebisa mungkin akan Kami lakukan", ucap Indah yang sedari tadi mendengarkan dengan seksama Dirga dan Dokter berbicara.

"Apa! Saya tidak mau ya ke Psikiater segala! Memangnya Saya ini gila?! Kamu juga brengsek ya Indah! Jadi Kamu anggap Saya gila?" Dengan nada yang begitu tinggi, Dirga membentak Indah dan juga Dokter. Dirga juga langsung meninggalkan ruangan itu, dan menutup pintu ruangan itu dengan kasar.

Melihat respon Dirga yang marah besar, Indah langsung meminta maaf kepada dokter dan suster yang berada di sekitar ruangan mereka. Indah juga dengan cepat langsung pergi mencari Dirga yang telah meninggalkan Indah lebih dulu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!