Suara alarm ponsel terdengar, terlihat Dirga berusaha menggapai ponsel tersebut untuk mematikan suaranya walaupun dengan mata yang belum terbuka sepenuhnya Dirga meraba laci yang ada di sebelah ranjangnya.
Dimatikannya ringtone tersebut, dan dibuka matanya yang ternyata jam sudah menunjukkan pukul setengah 7. Tidurnya yang cukup sebentar tidak memutuskan semangat Dirga untuk bekerja, yang ada Dirga tidak merasakan lelah sama sekali. Dilihat disebelahnya masih ada Bunga yang tertidur, seketika perlahan juga ikut membuka kelopak matanya.
"Sayang, Kamu lelah ya? Hari ini izin kerja saja ya. Kamu lanjut untuk tidur saja." diciumnya kening Bunga dengan nada bicara yang begitu lembut dari Dirga.
"Tapi Aku mau masuk kerja Mas, Aku gak enak baru belum ada beberapa bulan tapi sudah meminta Izin", di usapnya kedua mata Bunga yang terasa masih mengantuk.
"Kamu yakin tidak lelah? Tidur kamu baru sebentar banget loh Sayang." mengusap kepala Bunga dengan kasih sayang.
"Iya Mas Aku tidak masalah" beranjak dan wajahnya kini mendekati telinga Dirga.
"Ayo kita mandi bareng Mas. Tidak ada kesempatan di lain hari" berbisik tepat di telinga Dirga, dan Bunga langsung beranjak dari ranjang menuju ke kamar mandi.
Dirga yang melihat Bunga, dirinya juga langsung beranjak meninggalkan ranjang menuju kamar mandi untuk bersiap pergi bekerja.
...****************...
"Ini sudah pagi Mas Dirga, kenapa kamu masih belum pulang juga? Tidur di mana semalam Kamu Mas? Aku dari semalam juga sudah mencoba menghubungi Kamu, tapi tidak ada jawabannya sama sekali, Aku sangat menghawatirkan Kamu", setelah Indah bangun dari tidurnya di sofa ruang keluarga, dirinya sama sekali tidak mendapati kepulangan Dirga.
Indah juga sudah mencari di penjuru rumah, Dirga tidak terlihat sama sekali. Hal tersebut membuat Indah sangat kepikiran, hatinya terus-menerus khawatir apalagi Indah tahu Dirga bisa tinggal sendirian apalagi harus menyewa hotel untuk dirinya sendiri.
Indah merasa sangat bersalah kepada Dirga, jika saja dirinya tidak lancang mungkin Dirga tidak akan berbuat seperti ini apada dirinya. Dan mungkin saja jika dirinya tidak berbuat seperti itu, Indah saat ini berada di rumah bersama dirinya.
Namun, Indah tidak berhenti begitu saja dirinya mencari cara untuk mengetahui keberadaan Dirga yang sebenarnya. Indah mengetik sebuah nama di layar ponselnya, dan langsung menghubungi nomor tersebut dengan segera.
"Halo selamat Pagi Bu Indah, ada yang bisa Saya bantu?" terdengar suara pria dari balik telepon seluler Indah.
"Tio, Saya mau minta tolong sama Kamu boleh?" tanya Indah, yang sedang duduk di sofa ruang keluarga dengan hati yang penuh rasa cemas.
"Boleh Bu, dengan senang hati Tio akan membantu kebutuhan Ibu Indah." jawab Tio.
"Nanti kalau Bapak sudah datang ke kantor, Kamu tolong beritahukan Saya ya. Tapi jangan beritahu Bapak, kalau Saya menanyakan beliau lewat Kamu." ucap Indah kepada Tio.
"Baik Bu akan melaporkan nya kepada Ibu, dan Saya tidak akan memberitahukan Pak Dirga."
"Baik Tio, terimakasih atas bantuannya. Saya tunggu informasi baiknya dari Kamu. Saya tutup ya telponnya."
"Baik Bu terimakasih kembali." Indah kemudian langsung menutup sambungan telepon tersebut.
Sembari menunggu kabar dari Tio, Indah juga memulai harinya. Indah membersihkan diri, saat membuka pakaian yang dikenakan, betapa terkejutnya Indah ketika dirinya baru melihat tubuhnya banyak sekali memar kebiruan akibat kejadian semalam.
Tubuhnya masih dipenuhi rasa sakit, seakan jika Indah salah bergerak sedikit saja rasanya anggota tubuhnya akan terlepas. Ingatan tentang kejadian semalam juga masih terbayang jelas di pikiran Indah, kejadian itu memori yang cukup buruk bagi kehidupan Indah. Walaupun begitu, rasa cinta masih memenuhi hati Indah. Dirinya takut kejadian itu terulang lagi, tapi Indah tidak takut kepada Dirga karena dirinya yakin Dirga tidak seperti itu.
Setelah dirinya segar setelah membersihkan diri, indah kemudian membuat makanan untuk sarapan agar dirinya dapat energi untuk memulai harinya. Sejak malam Indah belum memakan makanan apapun, kecuali nutrisi yang di berikan dari Infus kemarin malam.
Nada dering telpon terdengar, Indah yang sedang memasak langsung memberhentikan aktivitasnya dengan segera Indah mengangkat telpon panggilan tersebut.
"Selamat Pagi, Ibu Indah. Saya ingin memberitahukan, bahwa Pak Dirga sudah sampai di kantor namun saat ini beliau sedang sibuk mengurusi berkas dengan clien. Ada yang bisa Saya bantu untuk sampai kan kepada Bapak Dirga bu?" telepon tersebut berasal dari Tio yang mengabarkan keberadaan Dirga kepada Indah.
"Pagi Tio, baik terimakasih atas informasinya. Tidak perlu, tidak ada yang ingin sampaikan kepada Bapak. Jangan beritahu beliau ya" jawab Indah sembari melanjutkan aktivitas masaknya.
"Oh iya, Tio. Saya butuh bantuan Kamu, nanti pada saat jam makan siang saya akan mengantarkan makanan lewat driver Online. Nanti tolong Kamu terima, bilang saja makanan ini dari Clien ya. Terimakasih sekali lagi Tio, Saya tutup teleponnya."
"Baik Bu dengan senang hati." Indah menutup telponnya tersebut, dan langsung menyiapkan bekal untuk diantarkannya ke tempat kerja Dirga.
...****************...
Suara ketukan terdengar, di dalam bilik merespon dengan menyuruhnya langsung masuk kedalam ruangan.
"Selamat Siang Pak Dirga, Bu Bunga", Tio menyapa keduanya yang sedang berada di ruang kerja milik Dirga. Bunga kini bekerja di perusahaan milik Tio sebagai asisten pribadi Dirga, dan Tio harus menghormati Bunga sebagai atasannya.
"Ya, ada apa Tio? Apa ada jadwal tambahan untuk Pak Dirga, yang Saya tidak tahu?" tanya Bunga, yang sedang duduk di Sofa.
"Tidak Bu, Ini Saya ingin memberikan makanan untuk Pak Dirga", memperhatikan makanan tersebut kepada Dirga dan Bunga.
"Makanan untuk Saya? Kiriman dari siapa?" tanya Dirga yang sedang sibuk dengan beberapa berkas di tangan nya.
"Dari salah satu Clien yang sangat penting Pak", jawab Tio dengan begitu baik.
"Clien? Saya tidak mau! Saya tida bisa menerima makanan dari orang luar secara acak walaupun dari clien sekalipun. Bagaimana nanti jika di makanan tersebut mengandung racun, yang dapat membahayakan Saya? Kamu mau bertanggung jawab!" bentak Dirga kepada Tio.
"Maaf Pak sebelumnya jika Saya lancang. Tapi Saya yakin, makanan ini tidak ada masalah Pak" jawab Tio dengan yakin.
"Sudahlah Tio. Kamu ini, kalau di bilangin sama atasan nurut saja. Mana sini makanannya, Saya mau buang!" ucap Bunga ketika melihat wajah Dirga yang sudah mulai kesal, dan berusa meraih makanan tersebut dari tangan Tio.
"Jangan di buang Bu. Jika Pak Dirga tidak ingin memakannya, Saya yang akan memakan makanan ini." Tio yang berusaha menahan makanan itu untuk tetap ditangannya.
"Yasudah, makan saja makanan itu dan Kamu keluar dari ruangan Saya! Kamu mengganggu Saya saja dengan hal yang tidak penting seperti ini! Jangan bawakan makanan dari luar lagi untuk Saya jika itu dari clien!" ucap Dirga dengan nada yang tinggi.
"Baik Pak, mohon maaf akan kelancangan Saya tadi. Saya tidak akan melakukan hal seperti ini lagi untuk kedepannya, Saya izin keluar ruangan Pak, Bu", Tio langsung keluar ruangan dengan makanan yang masih di tenteng nya, setelah mendapatkan persetujuan dari Dirga dan Bunga.
Dimakannya masakan Indah oleh Tio, dirinya tidak ingin menyia-nyiakan makanan apalagi makanan tersebut dibuat oleh Indah cinta pertamanya saat dirinya berada di bangku SMA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Fitri Salim
Ayoo thor, Tio sama Indah 😭
2023-08-07
0