Penyelamatan

5 TAHUN KEMUDIAN

KUTUB UTARA

Di ujung dataran es Kutub Utara dan berbatasan langsung dengan lautan, Seorang Gadis berambut panjang tergerai hingga ke bahu berwarna seputih salju dengan bola mata berwarna biru, memakai pakaian suku nordic, sedang berlari sekuat tenaga. Di belakangnya 3 pria dengan pakaian tempur bersisik dan tatapan ingin membunuh sedang mengejarnya dengan menghunus trisula. Dengan nafasnya yang membeku di udara dingin Kutub Utara, gadis itu melanjutkan lari cepatnya, merentangkan langkahnya menuju kebebasan. Trisula yang mengancam dari tiga pria bersisik itu terus mendekat, menciptakan ketegangan di dataran es yang sunyi.

Gadis itu terus melaju dengan ketangguhan, menghindari setiap trisula yang dilemparkan oleh pria-pria bersisik di belakangnya. Angin sepoi-sepoi es mempercepat langkah mereka, menciptakan pertarungan seru di dataran kutub yang terpencil.

Langkah-langkah gadis itu meninggalkan jejak ringan di atas lapisan es yang beku, sementara bayangan tiga pria bersisik yang terus mengejarnya memberikan nuansa menegangkan di dataran kutub yang sunyi. Angin dingin bertiup keras, menggetarkan rambut putihnya seiring dengan ketegangan di udara.

Dengan setiap helaan napas yang terlihat seperti awan kecil di udara beku, gadis itu mempertahankan kecepatannya dalam perlombaan melawan waktu. Pria-pria bersisik terus mendekat, menghadirkan ancaman yang semakin nyata di tengah dataran es Kutub Utara yang luas dan sepi.

Gadis itu merasakan ujung sepatunya melekat erat pada permukaan es yang kadang licin, membuat setiap langkahnya penuh perhitungan. Rambut putih panjangnya yang tergerai seakan menari-nari di udara dingin, menciptakan jejak indah di belakangnya.

Sementara itu, pria-pria bersisik membentuk formasi mengejar yang terkoordinasi, setiap gerakan trisula mereka seolah menyatu dengan irama angin yang menusuk. Suara langkah mereka di atas es terdengar seperti dentuman yang memecah kesunyian dataran kutub.

Gadis itu merasakan setiap partikel es yang menempel pada sepatunya, menciptakan sensasi dingin yang menusuk kulit. Rambutnya yang tergerai seakan memiliki kehidupan sendiri, mengikuti irama langkahnya yang cepat di tengah hembusan angin kutub yang menusuk tulang.

Di belakangnya, pria-pria bersisik memperlihatkan ketangkasan luar biasa dalam menavigasi medan es. Setiap serangan trisula mereka disertai dengan gesekan bersisik, menciptakan dentuman aneh yang memecah keheningan malam.

Mereka berlarian di atas es yang sangat licin dan terkadang ada ombak datang menghambur. Mereka melewati dan melompati berbagai ceruk es dan dinding-dinding es.

“Menyerah lah saja, Putri! Kamu tidak akan bisa lolos dari kami!!” Teriak salah satu dari Para Pengejar yang sepertinya adalah Pemimpinnya.

Namun Gadis itu tidak mempedulikan seruan tersebut dan tetap berlari sekuat tenaga. Ia menoleh ke belakang sebentar lalu menurunkan badannya dan meluncur di hamparan es—melewati lengkungan es kecil yang membentuk terowongan setinggi lutut. Ia begitu gesit dan lincah membuat ketiga pengejarnya kewalahan. Hingga ia salah berbelok dan memasuki area dinding es.

Gadis itu melanjutkan lari di antara dinding-dinding es raksasa yang membentang tinggi di sekitarnya. Suara langkahnya yang gemuruh terdengar seperti tetesan air di tengah keheningan es. Dinding es yang megah menciptakan rasa terkekang, sementara kehadiran manusia bersisik di belakangnya dengan trisula yang bersinar di bawah cahaya matahari yang redup tertutupi oleh gumpalan awan menambahkan elemen ketegangan yang mendalam.

Mereka terus mengejar, langkah mereka yang mantap seperti bayangan maut yang tak terhindarkan. Suasana tegang semakin intens seiring dengan setiap jengkal yang dilalui gadis itu, seolah dia terperangkap di dalam labirin es yang tak berujung dengan ancaman yang semakin mendekat dari belakang.

Di depan dan sekelilingnya adalah dinding-dinding es raksasa sedangkan dibelakangnya ada manusia bersisik dengan trisula yang telah siap kapanpun untuk membunuhnya.

Gadis itu memasuki koridor es yang menyempit, diapit oleh dinding-dinding megah yang menciptakan efek gerbang menuju kegelapan yang mencekam. Setiap langkahnya terdengar bergema, menciptakan resonansi di antara raksasa-raksasa es yang terjulang di sekelilingnya.

Dinding-dinding es ini seolah menjadi saksi bisu dari kejar-kejaran ini, menciptakan terowongan ketidakpastian di mana bahaya bisa mengintai dari setiap sudut. Di belakangnya, manusia bersisik dengan trisula yang mengkilap menembus kegelapan, wajah mereka yang dingin dan mata tajam menyala dalam tekad pemburu yang tidak akan berhenti.

Dalam suasana yang semakin menegangkan, gadis itu merasa seakan waktu melambat, dan detik-detik berharga menjadi lebih berat di beban perjalanannya yang tak pasti di antara dinding es yang menyempit. Dan ketika menyadari bahwa jalan di depannya adalah buntu, sudah terlambat.

Yang tidak di harapkan oleh Gadis muda tersebut tiba, ketiga sosok pengejar bersisik tempur dengan trisula terhunus telah muncul dari balik dinding, mereka tertawa senang.

“Sepertinya riwayatmu hanya sampai disini, Putri.” Kata Ketua Pengejar sembari menyeringai kejam.

“Subhanallahu wa bi hamdihi, Subhanallah il adzim.” Terdengar desis suara dari dalam es yang berada tepat di bawah kaki mereka. Namun mereka sama sekali tidak mempedulikan desisan tersebut dan tetap berambisi menangkap gadis muda tersebut. Mereka melangkah perlahan-lahan. Dengan tatapan waspada, Gadis itu mengamati langkah-langkah Pengejarnya, sejengkal demi sejengkal.

Ketika jarak mereka dengan gadis yang telah terpojok itu tinggal selangkah, es di bawah mereka merekah dan mereka terpental ke segala arah, dari rekahan es tersebut muncul seorang pemuda tampan berambut biru kehitaman panjang hingga ke punggung dengan mata berwarna hijau muda, dengan pakaian compang-camping dan sudah tidak berbentuk lagi. Pemuda itu menangkap salah satu kaki Sang Ketua dengan tangan kanannya dan melemparkannya kembali ke dalam rekahan es tempat dia keluar. Terdengar jeritan menggema yang disusul suara gedebum yang sangat keras.

Dua orang yang tersisa sigap mengambil posisi bertahan dan membelakangi targetnya.

“Sssiaapa kau?” Tanya salah satu dari mereka dengan nada suara gemetar.

“Sampaikan kepada Tyrant King. Aku Al Bahri Barbarossa Ocean Sultan, akan kembali untuk mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milikku!” Teriak Al Bahri tegas.

Namun salah satu dari mereka tidak peduli, dia menggenggam erat trisula miliknya dan menerjang Al Bahri. Al Bahri menghindar dari terjangan trisula lawan sembari menaikkan lututnya dan telak menghantam dada penyerangnya. Dia pun terlempar dan menyusul temannya masuk ke dalam lubang. Kali ini sama jeritan menggema namun ditambah teriakan kesakitan dan disusul suara gedebum keras.

Kini tersisa seorang saja. Pria tersebut sangat ketakutan hingga seluruh badannya gemetar, sehingga gadis di belakangnya mampu menjatuhkannya dengan mudah. Pria tersebut terjatuh dan merosot ke dalam lubang menyusul kedua temannya.

Kini tersisa Al Bahri dan Gadis itu berdua, suasana canggung pun tercipta. Mereka hanya saling bertatapan. Hingga Gadis tersebut melenggang pergi meninggalkan Al Bahri begitu saja.

“Eeeh, kamu tidak ingin mengucapkan kalimat terimakasih kepadaku?”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!