Raizana

Halo semuanya, namaku Raizana. Seperti yang kukatakan tadi, Aku adalah Putri dari Penguasa Kutub Utara dan Selatan. Dengan sikapku tadi, sepertinya kalian akan memandangku sangat jelek kan? Akan kujelaskan mengapa alasan aku bersikap seperti tadi.

Sebagai seorang Putri, Aku terbiasa dengan norma dan tata krama yang justru membuatku terlihat seperti congkak dan kurang ajar. Sedari kecil aku di paksa untuk tidak melakukan kesalahan sedikitpun karena sekali saja melakukan kesalahan semuanya akan berantakan. Hancur lebur.

Seperti nasib suku-suku Ibuku atau kerajaan Ayahku. Kini semuanya berantakan karena kecerobohan. Bangsa manusia penghuni dan penguasa lautan mengalami pergolakan. Raja yang adil dan bijaksana telah tiada digantikan oleh Tirani yang kejam. Mereka menyerang kami dengan buas. Aku tinggal bersama Ibuku—karena aku wanita. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Ayahku. Yang jelas Suku Ibuku memutuskan untuk bergerilya dan membangun tenda-tenda di pedalaman hutan semi tropis, kawasan tropis di tengah dinding-dinding yang diselimuti oleh salju.

Saat itu aku tengah menjalankan misi dari Ibuku. Memasang jebakan di sepanjang jalan menuju tempat persembunyian kami. Namun di tengah perjalanan aku berpapasan dengan lima kesatria Atlantis. Terpaksa. Aku harus melarikan diri sebisa mungkin. Aku tidak bisa kembali—itu akan membahayakan Kami semua. Di tengah pelarianku aku berhasil menjatuhkan dua ksatria Atlantis tersebut. Dan kelanjutan ceritanya, pasti kalian sudah tahu.

Aku sebenarnya ingin berterimakasih namun aku tidak boleh terlihat lemah dan mudah ditolong oleh orang lain. Aku beranjak pergi dengan membawa penyesalan di hati. Namun dia menuntut terimakasihku dan melihatnya kesusahan beradaptasi di dataran es yang licin. Aku menjadi Iba dan ingin membantunya, meminta maaf dan mengucapkan terimakasih. Akan tetapi entah mengapa mulutku tidak sejalan dengan pikiranku. Dan kelanjutan ceritanya, pasti kalian sudah tahu.

Kami bertengkar dan kini nasibku terperosok di dalam jurang es yang tiba-tiba tercipta membuat tubuhku basah kuyup, karena es yang dihantam oleh tubuhku berbatasan langsung dengan lautan dan ada dua trisula di sekitarku. Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku mulai menusukkan satu trisula ke salah satu sisi jurang dan trisula yang lain 3 cm diatas trisula pertama. Ya, Aku disuruh memanjat dinding jurang es ini sendiri dengan trisula. Perlahan tubuhku beranjak naik. Itu sangat mengerikan karena dinding es bisa saja retak dan hancur. Kurasa sekarang kami telah impas.

Seperempat jam telah berlalu, namun posisiku masih setengah perjalanan. Jurang ini dalam sekali.

Seperempat jam lainnya telah berlalu. Kini puncak sisi jurang telah terlihat. Sebuah muka menyembul menunggu sedari tadi. Siapa lagi kalau bukan milik Al Bahri, Kalian penasaran darimana aku tahu namanya?

Hei, Bukankah tadi ia dengan lantang mengucapkan namanya sendiri saat berhadapan dengan Para Kesatria Atlantis?

Akhirnya Aku telah sampai di puncak, Aku bertekad akan meminta maaf dan mengucapkan terimakasih.

“Lamban sekali.” Terdengar suara Al Bahri menyambut kedatanganku. "Eeeh, bukankah kami sudah berdamai?" Ucapku dalam hati. "Eh, Sejak kapan kami berdamai?","Oh iya, sejak aku memeluk agamanya" Pikiranku terus berkecamuk.

Dia terdiam, aku juga terdiam. Suasana canggung kembali tercipta. Aku memutuskan membuka pembicaraan terlebih dahulu.

“By the way, namaku Raizana. Maafkan atas segala sikapku tadi...Aku sangat berterimakasih atas segala pertolonganmu.” Kataku pelan, namun aku tidak bisa menjamin citra diriku membaik di matanya. Kurasakan pipiku memanas.

“Iya, kalau namaku...” Entah mengapa lagi-lagi mulutku bertindak lebih cepat dari pikiranku.

“Aku sudah tahu, namamu Al Bahri Barbarossa kan?”

“Maaf kurang...”

“Ocean Sultan!”

“Eh” Lanjutku terkejut dan salah tingkah. "Apa yang telah kulakukan!!!"

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***