Berburu

Hari demi hari silih berganti, tahun demi tahun telah berlalu.

Sepuluh Tahun Kemudian

Al Bahri kecil kini sudah berusia sepuluh tahun. Di saat ia sedang bermain bersama teman-teman lautnya, pamannya—Prince Harits yang kini telah menjadi seorang sultan karena kakaknya telah wafat, datang dengan menunggangi seekor hiu putih dan di kawal oleh beberapa orang pentingnya.

“Bagaimana dengan perbatasan, Thariq Pasha?” Tanya Sultan Harits kepada orang di sebelah kanannya.

“Akhir-akhir ini, tekanan dari Tyrant King sudah mulai memudar.”

“Lalu bagaimana dengan kesiapan prajurit kita, Nuruddin Pasha?” Sultan Harits berganti menoleh dan bertanya kepada orang di sebelah kirinya.

“Sebagian besar prajurit kita telah pulih dan barak-barak yang kosong sudah kembali terisi.”

“Bagus! Tingkatkan terus latihan fisik dan mental mereka!” Sambung Sultan Harits memerintah.

“Siap Sultan!” Jawab Nuruddin Pasha.

“Setelah itu, Bagaimana kabar hiu-hiu dan peralatan tempur Khairuddin Pasha?” Tanya Sultan Harits kepada orang di belakangnya, yang di panggil bergegas maju ke depan, melewati Nuruddin Pasha.

“Semuanya sudah di siapkan, para pandai besi terus-menerus mengasah dan menempa trisula kita, sedangkan para ahli hiu yang kita miliki terus melatih hiu-hiu agar menjadi tangguh dan ganas.” Kata Khairuddin Pasha menjelaskan laporan tugas yang telah ia selesaikan.

“Bagus sekali! Terimakasih banyak, kalian telah melakukan segalanya dengan baik. Sekarang bubarlah!” Perintah Sultan Harits.

“Baik Sultan!!” Kata mereka bertiga secara serentak. Lalu mereka semua bubar dan kembali ke tugas mereka masing-masing. Tanpa mereka sadari, bahwa Al Bahri sedari tadi memperhatikan percakapan mereka dengan seksama. Setelah mereka bubar, Al Bahri berlari mendekati pamannya.

“Pamanku tersayang, Dimana trisula yang paman janjikan kepadaku?” Tanya Al Bahri antusias.

“Oh, keponakanku tersayang, sebentar ya!” Harits merogoh kantong di pelana hiu dan mengeluarkan sebuah trisula mini berwarna perak. Ada tiga zamrud hijau di tiga belahnya dan sisik-sisik putih di gagangnya. Trisula tersebut berkilauan di terpa sinar matahari.

“Waah, terimakasih banyak Paman. Aku akan memakainya untuk berlatih berburu gurita, aku akan semakin bersungguh-sungguh dalam berlatih! Aku janji!” Jawab Al Bahri senang. Dia menimang-nimang trisula barunya dengan bahagia.

“Oh iya Paman, Apakah Paman berencana ingin merebut singgasana milik Ayahku kembali? Aku takut kehilangan Paman seperti aku kehilangan Ayah! Tyrant King sangat berbahaya dan menakutkan!!” Sambung Prince Al Bahri merajuk sembari memeluk kaki Sultan Harits.

“Tentu tidak Nak, karena engkau sendiri yang kelak akan merebutnya, Pamanmu ini hanya mempersiapkan segala hal yang kelak akan engkau butuhkan untuk merebut dan bertahta kembali di singgasana Atlantis!” Jawab Sultan Harits sembari tersenyum, ia mengelus kepala Al Bahri dengan penuh kasih sayang seperti anaknya sendiri.

“Nah, baiklah Al Bahri, sekarang pergilah berburu gurita dan senantiasa berhati-hatilah! Captain Stephen akan menemanimu!! Turuti nasihat darinya!” Kata Sultan Harits. Captain Stephen adalah satu-satunya pejabat yang tersisa dan masih setia kepada King Arthur III. Sepuluh tahun yang lalu, ia dengan tubuh terluka parah demi mengawal Sultan Harits dan Istrinya menuju kediaman Sultan Harits.

“Tetapi Paman, aku tidak ingin di temani, aku ingin mencoba berburu sendiri!!” Kata Al Bahri seraya tertunduk lesu.

“Tidak Nak, itu berbahaya! Bagaimana jika nanti Tyrant King menangkapmu?!” Bantah Sultan Harits.

“Bukankah dia juga Pamanku? Pasti dia juga akan menyayangiku sebagaimana Paman menyanyangiku!” Jawab Al Bahri polos.

“Tidak seperti itu Nak, begitu banyak hal-hal yang belum dapat kamu pahami!” Kata Sultan Harits tegas.

“Nah sekarang pergilah! Paman Stephen pasti sudah menunggumu di Istal!” Sambung Harits sebelum Al Bahri membuka mulutnya.

“Baiklah...” Jawab Al Bahri lesu.

...〰️AL BAHRI : OCEAN SULTAN〰️...

Di Istal, Captain Stephen sudah menunggu, siap untuk berangkat menemani Crown Prince berburu.

“Apakah Paman Stephen menunggu lama?” Tanya Al Bahri polos dengan wajah yang menggemaskan.

“Tentu saja, aku dan Whisark kesayanganmu telah menunggu sedari tadi.” Jawab Stephen gemas.

“Oh maaf, Paman, Apakah kita bisa berangkat sekarang?” Tanya Al Bahri tidak sabaran.

“Tentu saja Pangeran kecilku, mari kita berangkat!” Sahut Stephen.

...〰️AL BAHRI : OCEAN SULTAN〰️...

Mereka mulai berangkat menyusuri lautan, hingga tiba di tempat yang mereka tuju.

“Nah Al Bahri, sekarang burulah lima Gurita dan bawalah kepadaku!” Perintah Captain Stephen.

“Ingat! Jangan terbalik antara Gurita, Cumi-cumi dan Ubur-ubur!!” Sambung Cap. Stephen.

Al Bahri tidak mensia-siakan kesempatan emas tersebut untuk kabur.

“Siap Paman!” Jawab Al Bahri.

Al Bahri memegang erat-erat trisulanya dan memacu kencang Whisark, Hiu putih kesayangannya. Dan Stephen sama sekali tidak curiga. Dan ketidak-curigaan tersebut yang nantinya akan membuat Stephen menyesal.

Tanpa berpikir panjang, Al Bahri segera memacu kencang Whisark menuju kerumunan makhluk bertentakel tersebut yang menyebabkan hewan-hewan tersebut kaget dan mengeluarkan senjata alami mereka. Tiga ekor Cumi-cumi menyemburkan tintanya tepat di wajah Al Bahri.

Al Bahri yang tidak dapat melihat apapun karena pekatnya tinta—menusukan trisulanya dengan sembarangan. Trisula tersebut menancap pada seekor Ubur-ubur yang langsung mengeluarkan sengatannya.

“Aaakh, Paman Stephen! Tolong aku!!” Teriak Al Bahri kesakitan, karena sengatan Ubur-ubur tersebut, Hiu putih milik Al Bahri menjadi buas dan ganas. Hiu itu melempar Al Bahri ke sembarang arah. Al Bahri yang masih terkejut karena sengatan ubur-ubur tersebut, segera terlempar dan menubruk bayi-bayi Gurita.

...〰️AL BAHRI : OCEAN SULTAN〰️...

Samar-samar teriakan Al Bahri terdengar oleh Stephen. Namun ia tidak dapat melihat Al Bahri dimanapun.

“Gawat, ini berbahaya, aku bisa di hukum mati oleh Pamannya jika terjadi sesuatu pada Al Bahri!” Rutuk Stephen dalam hati. Stephen beranjak naik ke punggung Mosasaurus miliknya dan menerobos kerumunan makhluk bertentakel tersebut.

...〰️AL BAHRI : OCEAN SULTAN〰️...

''Wuuuk'' Sebuah tentakel gurita raksasa mengincar Al Bahri. Sontak Al Bahri refleks menghindar.

''Braak'' Tentakel sebesar ular sanca tersebut menghantam sebuah karang dan membuatnya hancur berkeping-keping.

''Wuuk'', ''Wuuuk'' Kali ini tidak hanya satu namun dua tentakel mengincar tubuh mungil Al Bahri. Sepertinya dia marah sekali, karena Al Bahri telah melukai anak-anaknya.

''Huup'' Al Bahri melompat—menghindari sebuah tentakel, namun tentakel yang lainnya telak menghantam tubuh Al Bahri, membuatnya terlempar menghantam karang. Trisulanya entah terlempar kemana.

“Siapa kau Nak? Beraninya menyakiti anak-anakku!” Ucap Gurita tersebut. Al Bahri terkejut, selama ini ia tidak pernah melihat hewan dapat berbicara.

“Ka..kau dapat berbicara?!” Tanya Al Bahri heran.

“Dilihat dari pakaian yang kamu kenakan dan hiu putih tadi, sepertinya kamu berasal dari marmara sultanate. Dan juga seorang bangsawan.” Gumam Gurita raksasa tersebut yang mengacuhkan pertanyaan Al Bahri.

“Ya, aku adalah keponakan Sultan Harits dan putera dari King—” Sebelum Al Bahri menyelesaikan kalimatnya, terdengar sebuah raungan kencang makhluk penguasa lautan periode purba, mosasaurus dan Captain Stephen di atasnya, menunggang dengan gagah seraya menghunus trisula telah tiba.

“Al Bahri!! Menjauhlah dari Gurita tersebut!!” Teriak Stephen. Namun teriakan tersebut tidak di pedulikan oleh Al Bahri.

“Kamu bilang apa tadi? Keponakan Harits dan putera Arthur” Tanya Gurita tersebut sembari menyeringai licik.

“Al Bahri!!” Teriak Stephen. Al Bahri bingung dan takut, ia tidak bisa lari kemanapun. Tentakel Gurita tersebut kini sudah mengepungnya.

“Yang Mulia Charles pasti akan senang menerima hadiah dariku. Hahaha!!” Salah satu tentakel Gurita tersebut telah menangkap tubuh Al Bahri. Ketika Gurita tersebut hendak membawanya pergi—

''Wuuuk'', ''Craaash'' Sebuah trisula menancap pada tentakel yang membawa Al Bahri, sontak Gurita tersebut melempar Al Bahri dengan keras. Stephen telah datang, ia melompat dari punggung Mosasaurus untuk mengambil trisula miliknya.

“Al Bahri! Pergilah!! Aku tahu kamu tidak suka di perintah oleh Captain sepertiku, namun untuk kali ini, pergi—” Sebelum Stephen menyelesaikan kalimatnya, sebuah tentakel menghantam kepalanya—membuat tubuhnya terjungkir balik dan menghantam karang dengan keras. Lalu merosot dan tidak bangkit kembali untuk selamanya.

“Paamaaan!!” Tangisan pertama Al Bahri dan setelah ini dia akan menangis terus-menerus. Al Bahri hanya bisa meronta ketika Gurita itu membawanya pergi.

“Tidak! Paman bangunlah! Tolong aku!!” Teriak Al Bahri.

“Ssst, diamlah! Tidak akan ada yang datang untuk menolongmu!!” Bentak sang Gurita kesal.

...〰️AL BAHRI : OCEAN SULTAN〰️...

Keesokan harinya, datang utusan dari Tyrant King di kediaman Sultan Harits.

“Sultan! Telah datang utusan dari Charles. Apa yang akan kita lakukan padanya?” Tanya Nuruddin Pasha.

“Suruh dia masuk!” Jawab Harits tegas.

“Baik Sultan!” Nuruddin Pasha beranjak menuju pintu.

“Penjaga! Biarkan dia masuk!!” Perintah Nuruddin Pasha.

Derap langkah kaki sang utusan mulai terdengar dan terlihatlah sosok General Richard di ambang pintu.

“Kau, Masih punya nyali untuk menginjakkan kaki disini setelah mengkhianati kakakku?!!” Geram Sultan Harits, dia bangkit dari singgasananya.

“Aku tidak hanya mengkhianatinya namun aku juga yang membunuhnya!” Richard menyeringai tajam.

“Apaa!!” Sontak semua yang berada di dalam menghunus trisula kecuali Richard.

“Ooh, oh, jangan pada terburu-buru begitu, aku bahkan belum sempat mengatakan bahwa kini anaknya berada dalam genggamanku!” Sambung Richard seraya menyunggingkan senyum mengejek.

“Kau...sialan, Dimana Al Bahri?!” Bentak Harits marah.

“Bocah cengeng itu bernama Al Bahri?” Richard tertawa lepas.

“Kau akan menyesal telah mengucapkan kalimat tersebut ketika trisulanya menusuk lehermu nanti!” Ancam Sultan Harits.

“Oh iya, mungkin sebelum itu King Charles telah membunuhnya, dan akulah yang akan membunuhmu!” Ejek Richard.

“Bagaimana mungkin kamu akan membunuhku jika kamu tertangkap olehku?!” Sultan Harits tersenyum licik. Pengawal di sekitar Richard segera menangkap isyarat tersebut, mereka mengepung dan menangkap Richard.

“Ambil suratnya dan bawa dia ke penjara! Kita akan menjadikannya alat tawar-menawar.”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!