Pelarian

“Yang Mulia Tyrant King Charles II, sebagian besar pasukan kita yang berada di ruang singgasana ini tewas dan sisanya terluka parah! Karena tindakan dari Rombongan Marmara Sultanate! Sepertinya Harits telah melatih anak buahnya sehingga menjadi sangat tangguh.” Kata General Richard menjelaskan.

“Apaa! Sialan! Harits sialan!! Walaupun dia mati namun dia tetap berhasil mengobrak-abrik seluruh rencana kita!! Dia berhasil meloloskan anak itu dan menghancurkan setengah dari seluruh pasukan terlatih kita!!” Teriak King Charles kesal.

“Akan tetapi yang terpenting Harits telah tiada Yang Mulia! Kini kesempatan emas bagi kita untuk menyerang dan menguasai Marmara Sultanate!” Usul Richard. King Charles tertawa.

“Aku setuju dengan pendapatmu Richard! Kita akan menyerang dan menghancurkan Marmara Sultanate, kita akan membantai dan menghabisi sisa-sisa pemberontak, setelah itu kita sudah menguasai seluruh lautan!” King Charles dan General Richard tertawa terbahak-bahak.

...〰️AL BAHRI : OCEAN SULTAN〰️...

Sore Harinya

''Drap drap draap'' Derap langkah kaki seorang penjaga datang mendekati Valide Halime Hatun dan Al Bahri.

“Lapor Yang Mulia Ratu! Pasukan Tyrant King sudah mengepung kesultanan kita! Sultan Harits telah syahid! Sebaiknya Yang Mulia segera pergi!” Lapor penjaga tersebut.

“Harits...”

“Paman...Paamaaan.” Tangis Al Bahri setelah mendengar kabar dari prajurit tersebut sembari memeluk bibinya, Halime Hatun.

“Baiklah, prajurit! Ini adalah perintah terakhirku! Perintahkan kepada seluruh pasukan beserta petinggi di Marmara Sultanate untuk berpencar dan bergerilya! Karena kami akan membutuhkan kalian suatu saat nanti!” Perintah Halime Hatun.

“Untuk saat ini, kunci seluruh pintu gerbang di seluruh benteng, kota dan istana di wilayah ini dengan rapat. Lalu menyebar dan pergilah kalian semua!” Sambung Halime Hatun.

“Siap Yang Mulia!” Penjaga tersebut berbalik lalu bergegas melaksanakan perintah Halime Hatun.

“Al Bahri, ayo kita pergi sekarang! Kita akaaan...” Halime sengaja menggantung kalimatnya. Memancing.

“Berenaang, yeey!” Kata Al Bahri antusias.

“Tetapi aku telah membuat Paman Stephen dan Paman Harits mengorbankan diri untukku.” Al Bahri kembali tertunduk lesu, air matanya mulai meleleh—membasahi pipinya yang tembem.

“Andai saja, aku tidak lari dari Paman Stephen...mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi. Bibi maafkan aku!” Tangis Al Bahri.

“Sudahlah nak, Bibi maafkan, sekarang kita akan berenang menuju daratan.” Hibur Halime Hatun.

“Daratan?”

“Iya, nah sekarang minumlah ini terlebih dahulu! Agar nanti kamu mampu bernapas dan tidak kepanasan.” Halime merogoh kantung bajunya dan mengeluarkan sebotol ramuan.

“Baik Bibi!” Jawab Al Bahri senang. Al Bahri langsung menenggak botol ramuan itu sampai habis tidak bersisa. Halime Hatun mengandeng tangan kiri Al Bahri dan berenang menuju suatu tempat. Mereka berenang jauh sekali. Hingga setibanya disana, bocah berumur 10 tahun tersebut terkejut. Karena tempat yang dituju oleh Bibinya adalah Atlantis Kingdom atau lebih tepatnya bekas Atlantis Kingdom. Karena kota kerajaan itu telah berubah drastis.

...〰️AL BAHRI : OCEAN SULTAN〰️...

“Bibi, bukankah ini tempat aku di tangkap tadi?” Tanya Al Bahri takut.

“Iya, akan tetapi kita tidak menuju kesana. Kita akan berenang ke atasnya—kita akan menuju permukaan laut.” Jawab Halime menjelaskan tujuan mereka. Agar tidak terlihat dan ketahuan oleh anak buah King Charles, mereka menyelinap dari satu puing bangunan ke puing yang lain.

Mereka berada di kedalaman lautan, berenang dengan hati-hati dan merendahkan diri untuk menghindari deteksi, menyelam di antara reruntuhan bangunan laut menuju permukaan. Sejauh mungkin, mereka menghindari aktivitas yang bisa mengkhawatirkan anak buah King Charles.

Mereka menyusuri kedalaman lautan dengan hati-hati, merendahkan diri di antara reruntuhan bangunan laut, berusaha menghindari deteksi untuk mengamankan perjalanan mereka menuju permukaan. Namun seorang penjaga berhasil memergoki mereka.

“Hei siapa disana!” Teriaknya. Halime Hatun dan Al Bahri tercengang. Halime Hatun dan Al Bahri berbalik, Halime menghunus pedangnya. Penjaga itu berteriak lagi. Memanggil teman-temannya. Tiga Penjaga yang ternyata sedang patroli tidak jauh dari situ mendekat dengan trisula terhunus dan aura membunuh.

Pertarungan sengit terjadi ketika Halime Hatun berhadapan dengan Para Penjaga, mempertaruhkan pedangnya melawan trisula anak buah Tyrant King. Di sampingnya, Al Bahri, bocah berusia tujuh tahun, hanya bisa menonton dengan ketakutan yang mendalam.

Derasnya ombak menyertai bentrokan logam, mengisi udara dengan suara pedang dan trisula bersentuhan. Halime Hatun menunjukkan kepiawaian dalam setiap gerakan, sementara para penjaga Tyrant King berusaha dengan gigih. Al Bahri masih memandang, matanya penuh dengan campuran ketakutan dan kekaguman terhadap keberanian Halime Hatun.

Dalam hentakan pedang dan serangan trisula, cahaya refleksi dari reruntuhan bangunan laut menggambarkan kecepatan dan ketangkasan para pejuang. Halime Hatun menari di antara gelombang serangan, sedangkan anak buah Tyrant King menanggapi dengan gerakan yang tajam dan gesit. Tetesan air membeku di udara setiap kali logam bertemu, menciptakan aura dramatis di dasar laut. Al Bahri, meski ketakutan, tak bisa menahan kagumnya terhadap keahlian pertempuran yang terjadi di hadapannya.

Halime Hatun menunjukkan kehebatannya dengan menghindari serangan anak buah King Charles dan membalas dengan pukulan presisi. Dalam satu gerakan elegan, dia menangkis serangan trisula, kemudian memutar tubuhnya dan dengan cepat menusukkan pedangnya ke arah lawan.

Anak buah pertama terjatuh, kehilangan keseimbangan di bawah tekanan Halime Hatun. Sementara itu, anak buah kedua mencoba serangan gabungan, namun Halime dengan lihai menggabungkan gerakan defensif dan ofensifnya, memecah pertahanan mereka.

Anak buah ketiga, yang memiliki keterampilan khusus menggunakan trisula, mencoba menyerang dari belakang. Namun, Halime dengan kepekaannya yang luar biasa, mendeteksi gerakannya dan dengan gesitnya mengelak. Dia memanfaatkan celah yang terbuka, membalikkan serangan dan berhasil menaklukkan anak buah ketiga.

Dengan satu anak buah tersisa, Halime Hatun memberikan kesempatan padanya untuk menyerah. Namun, tanpa ampun, anak buah terakhir mencoba serangan terakhir. Halime, dengan kecepatan kilat, menangkis serangan tersebut dan dengan mantap menundukkan lawannya.

Suara ombak dan gemuruh pertempuran mereda. Anak buah King Charles satu per satu dikalahkan oleh keahlian Halime Hatun. Al Bahri yang masih terkagum-kagum di gandeng oleh Halime Hatun. Lalu mereka bergerak menuju permukaan laut.

Sebuah pulau besar nampak di hadapan mereka setelah mereka tiba di permukaan. Lautan pasir pantai berwarna putih membentang indah, menjadi pembatas antara daratan dengan lautan. Pasir pantai tersebut terlihat berkilauan di terpa oleh sinar matahari yang perlahan terbit. Di seberang mereka—di batasi oleh pasir pantai. Terdapat hutan yang sangat lebat.

“Al Bahri, ayo ikuti Bibi! Kita akan menuju ke pulau itu! Segera sebelum kapal milik Portugis atau Spanyol melihat kita!” Perintah Halime yang bergegas keluar dari air dan berlari menuju pulau seraya menggandeng tangan Al Bahri.

“Bibi, Saat ini kita sedang berada dimana? Dan juga siapakah Spanyol dan Portugis itu?” Tanya Al Bahri setengah panik. Namun Halime Hatun mengacuhkan pertanyaan Al Bahri, ia terus berlari sembari menggandeng lengan Al Bahri. Setibanya di hutan dan mereka tertutupi oleh lebatnya pepohonan. Halime Hatun mulai menjelaskan.

“Saat ini kita sedang berada di pulau Kalimantan, salah satu pulau di kepulauan Nusantara. Lalu Portugis dan Spanyol adalah penjajah yang menjajah berbagai pulau di kepulauan Nusantara ini. Mereka adalah musuh-musuh ayahku, Sang Penguasa Ottoman Empire.” Al Bahri ber-ooh panjang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!