Beradaptasi

“Waah indahnya! Inikah daratan!” Ucap Al Bahri terpesona oleh keindahan pemandangan di sekitar pulau Kalimantan. Mereka melangkah melintasi pantai berpasir putih yang lembut, sambil angin laut sepoi-sepoi membelai wajah mereka. Di sebelah kanan, hamparan pepohonan hijau memberikan bayangan sejuk. Suara ombak yang perlahan bersentuhan dengan pantai menciptakan harmoni alam yang menenangkan. Di kejauhan, gunung tinggi menjulang dengan puncaknya yang tertutup awan, menambah keajaiban pemandangan pulau itu. Seakan-akan waktu berhenti, dan mereka tenggelam dalam keindahan alam yang belum tersentuh.

“Al Bahri, ucapkan Maa syaa Allah ketika melihat sesuatu yang indah!”

“Iya Bibi, Maa syaa Allah...”

“Karena Allahlah yang menciptakan segala sesuatu di dunia ini. Lautan, daratan, udara hingga alam semesta beserta seluruh penghuninya—Allah lah yang menciptakan dan mematikan kita.” Jelas Halime Hatun panjang kali lebar.

“Jadi Allah lah yang menciptakan Tyrant King dan mematikan paman Harits?” Seketika raut wajah Al Bahri berubah muram dan sebuah pertanyaan terlontar dari mulutnya dengan nada ketus.

“Memangnya mengapa Al Bahri sayang, bukankah Allah juga menciptakanmu! Dan Insya Allah kelak Tyrant King akan Allah matikan melalui dirimu!” Al Bahri terdiam setelah mendengar penjelasan dari Bibinya, ada sebuah rasa yang membuncah dari relung hatinya.

“Lalu sekarang, ikuti Bibi! Hirup udara dengan hidungmu lalu hembuskan secara perlahan. Ulangi terus hingga kamu bisa Al Bahri.” Perintah Halime Hatun sembari mempraktekkan cara menghirup dan menghembuskan napas. Al Bahri menuruti perintah Bibinya. Ia melakukan hal tersebut hingga matahari terbenam kembali.

“Bibi, Mengapa tubuhku lengket dan bau?” Tanya Al Bahri sembari mengibaskan tubuhnya.

“Itu biasa terjadi bagi manusia darat, sekarang ikuti Bibi!” Halime Hatun melangkah dan segera di ikuti oleh Al Bahri. Halime Hatun membawa Al Bahri masuk semakin dalam menuju hutan, Hutan itu penuh dengan kehidupan yang riang. Dedalu pepohonan menjalin seperti tangan-tangan raksasa yang saling bergandengan. Cahaya matahari bermain-main di antara dedaunan hijau yang lebat, menciptakan bayangan yang menari-nari di tanah. Suara riuh rendah serangga dan nyanyian burung menyatu, menciptakan melodi alam yang memukau. Di bawah kaki mereka, tanah yang ditumbuhi rerumputan lembut memberikan sensasi yang menenangkan.

Dalam keheningan hutan, mereka tiba di tepi sebuah telaga besar yang memantulkan langit biru. Airnya jernih dan tenang, mencerminkan pohon-pohon di sekitarnya. Teratai warna-warni mengembang di pinggir telaga, menambah kecantikan pemandangan. Angin sepoi-sepoi membawa aroma segar dari telaga, menyegarkan udara di sekitarnya. Di kejauhan, hewan-hewan kecil bisa terlihat minum air dengan tenang. Mereka berdua terpesona oleh keindahan alami telaga, merenung sejenak sambil menikmati ketenangan yang menyelimuti tempat itu. Hingga keheningan itu pecah oleh suara Halime Hatun.

“Mandilah di sini Al Bahri! Ini pakaian untukmu, buang saja pakaian sisikmu itu!” Perintah Halime Hatun seraya menyodorkan sepasang baju dan celana khas Ottoman Empire beserta atributnya.

“Bibi, Mandi itu apa?”

“Mandi itu membersihkan seluruh tubuhmu dengan air—tanpa memakai pakaian.” Jelas Halime Hatun seraya menghela napas pelan.

“Lekaa mandi Nak! Setelah itu Bibi akan mengajakmu mencari makanan untuk kita makan malam ini.” sambung Halime Hatun. Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Halime Hatun berbalik badan dan pergi.

...〰️AL BAHRI : OCEAN SULTAN〰️...

Al Bahri telah melakukan hal yang di perintahkan oleh Bibinya, Valide Halime Hatun. Setelah mandi dan memakai pakaiannya—ia merasa badannya kembali segar seperti semula. Ia memakai pakaian yang telah disiapkan oleh Bibinya. Tidak hanya itu ternyata salah satu atribut atau perlengkapan pakaian Ottoman itu juga terdapat pedang dan pisau khas Ottoman yang telah memiliki tempatnya masing-masing. Pedang beserta sarungnya di pinggang—menyatu dengan ikat pinggang. Dan pisau di selipkan di ikat pinggang tersebut.

Selang beberapa menit kemudian Halime Hatun datang.

“Al Bahri, Ayo! Hari ini Bibi akan mengajarimu cara berburu dan mencari makanan di hutan!” Ajak Halime Hatun, Al Bahri menanggapi dengan senang dan penuh semangat.

Bersama Bibinya, Halime Hatun, Al Bahri mengeksplorasi hutan dengan cermat, belajar jejak binatang dan tanda-tanda alam. Dengan tekun, mereka menemukan sumber makanan yang melimpah, mengasah keterampilan berburu Al Bahri.

Dengan perlahan dan hati-hati, Al Bahri dan Halime Hatun memasuki wilayah kambing hutan liar. Mereka menggunakan keahlian berburu yang telah dipelajari untuk mendekati tanpa terdeteksi, bersiap untuk mencari makanan yang diperlukan.

Al Bahri memerhatikan jejak kambing hutan liar, mencermati bentuk dan kedalaman tapaknya. Dengan lembut, mereka melangkah perlahan, memanfaatkan alam untuk menyembunyikan keberadaan mereka. Halime Hatun mengajarkan teknik memancarkan aroma alami untuk mengelabui kambing, sambil mereka merayap ke belakang rerumputan dan batu-batu besar.

Tiba di tempat yang strategis, Al Bahri menggunakan busur dan panah yang telah disiapkan. Dengan fokus dan ketenangan, ia menanti momen yang tepat. Halime Hatun memberikan isyarat untuk menandakan saat yang paling cocok. Dengan tepat, setelah mengucap Bismillah Al Bahri melepaskan panahnya dan berhasil menangkap pada leher seekor kambing hutan liar. Keberhasilan ini memicu rasa bangga dan rasa terima kasih pada Halime Hatun yang menjadi mentornya.

Halime Hatun yang menggendong kambing liar tersebut. Setelah menyembelih dan membersihkan dagingnya, Halime Hatun mengajari Al Bahri cara membuat api unggun, lalu mengajarinya juga cara memanggang daging kambing tersebut. Dan menjadikan daging itu enak di santap. Setelah makan mereka beranjak tidur.

...〰️AL BAHRI : OCEAN SULTAN〰️...

Keesokan harinya Halime bangun dan panik, karena Al Bahri tidak ada di sampingnya. Putri penguasa Ottoman Empire itu semakin panik ketika teringat bahwa semalam ia lupa memberikan ramuan adaptasi kepada Al Bahri karena terlalu lelah setelah berenang seharian. Namun Halime Hatun terkejut ketika—ia menemukan Al Bahri dalam keadaan baik-baik saja.

“Bibi, aku sudah dapat bernapas menggunakan hidung!” Kata Al Bahri ceria.

“Al Bahri, mari kita makan terlebih dahulu! Tadi saat Bibi mencarimu. Bibi berhasil menangkap dua ekor kelinci.” Ajak Halime Hatun.

“Baiklah!” Jawab Al Bahri.

Setelah makan Halime menjelaskan cara bertahan hidup di daratan. Beberapa hari kemudian, Halime mengajarkan cara membuat rakit hingga kapal. Al Bahri pun memahami dan meniru hal yang di ajarkan oleh Halime. Halime juga memberitahu makanan yang boleh dan bisa di makan.

Setelah sebulan di Kalimantan, Halime mengajak Al Bahri berlayar menuju Istanbul untuk menemui Ayah dari Halime. Sesampainya di sana Ayah Halime memberi perlengkapan yang di butuhkan oleh Halime dan Al Bahri, serta 3 Prajurit Elit Ottoman Empire, Janissary sebagai pengawal. Valide Halime Hatun kembali berlayar menuju Aljazair untuk menemui Heyreddin Barbarossa. Halime Hatun hendak memintanya untuk mengajari Al Bahri berenang dan segala hal tentang kelautan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!