“Ey !, Masya Allah nak, sesuai namamu, Al Bahri. Lautan itu sendiri adalah dirimu sendiri! Lalu siapakah nama lengkap mu?” Tanya Heyreddin dengan raut wajah kagum.
“Al Bahri Barbarossa Ocean Sultan.” Jawab Al Bahri mantap.
“Apa?! Barbarossa adalah gelar keluargaku dan ocean sultan adalah gelarku. Kalau begitu aku akan mengajarimu sebagaimana ayahku mengajariku.” Ucap Heyreddin antusias dan penuh semangat.
“Levent, ikat tangan dan kakinya lalu taruh dia di meriam yang belum di isi dengan bubuk mesiu! Kita akan lihat sampai sejauh mana dia dapat bertahan.” Perintah Heyreddin Barbarossa lantang.
Sang Laksamana Agung Ottoman Empire itu mendekati Al Bahri yang gugup dan membisikan beberapa saran.
“Tenanglah Nak! Gerakan saja tubuhmu perlahan dari atas ke bawah. Nanti aku akan menangkap mu jika terlihat tanda-tanda bahwa kamu akan tenggelam.” Saran Heyreddin mencoba menenangkan Al Bahri. Al Bahri hanya mengangguk.
Detik-detik yang terlewati begitu menegangkan, ketika Para Levent Barbarossa menyiapkan meriam yang akan digunakan Al Bahri untuk meluncur. Valide menahan napasnya dan Para Janissary di belakangnya menunjukkan raut muka tidak sabar.
"Boom" Terdengar suara meriam menggelegar, pertanda meriam telah di nyalakan.
Al Bahri meluncur deras menuju lautan. Dia tenang-tenang saja, karena ia telah memiliki kuncinya, yaitu membaca kalimat yang telah di ajarkan oleh pemuda dalam kerang.
Al Bahri tercebur ke dalam lautan, tubuhnya perlahan tenggelam. Akan tetapi Al Bahri masih dapat bernapas dengan santai. Al Bahri mulai membaca kalimat tersebut.
“Subhanallahu wa bi hamdihi, Subhanallah il adzim.”
Tubuh Al Bahri perlahan terangkat ke atas saat ia mulai membaca kalimat tersebut. Dalam keadaan tercebur di dalam lautan, Al Bahri memancarkan ketenangan yang kontras dengan situasinya yang seharusnya memprihatinkan. Sementara tubuhnya perlahan tenggelam, kalimat dzikir yang terucap dari bibirnya menciptakan suasana tenang. Dengan setiap bacaan "Subhanallahu wa bi hamdihi, Subhanallah il adzim," Al Bahri merasakan kedamaian yang luar biasa di tengah keadaan yang sulit.
Kata-kata dzikir tersebut bukan hanya menjadi kalimat-kalimat kosong, melainkan menjadi jalan bagi Al Bahri untuk merasakan kekhusyukan yang mendalam. Seiring dengan bacaan tersebut, tubuhnya melayang ke atas, mengundang keajaiban di tengah lautan yang keras dan tak terduga.
Di sekeliling Al Bahri, suara deburan ombak menjadi serenade yang menenangkan. Lautan, kini berubah menjadi panggung yang menyajikan harmoni alam yang damai. Suara riak air dan gemerincing kerikil laut membentuk musik alami yang melibatkan Al Bahri dalam sebuah persembahan laut yang indah.
Hewan-hewan laut mulai mendekati dengan rasa ingin tahu dan ramah. Ikan-ikan berwarna-warni berenang di sekitarnya, sementara lumba-lumba meloncat dan bermain di kejauhan. Suara riang gembira dari hewan-hewan laut menciptakan simfoni yang mengiringi bacaan dzikir Al Bahri. Mereka seolah menyambutnya dalam perayaan kehidupan laut yang damai setelah momen tegang sebelumnya. Hingga kepalanya muncul perlahan di permukaan air.
Di atas kapal, Heyreddin tertawa lepas. Ia bangga sekaligus takjub dengan Al Bahri. Bibinya, Halime Hatun bersama dengan dua Janissary yang senantiasa menyertainya ikut tersenyum lebar.
“Valide, Kau lihat itu? Aku bahkan tidak perlu mengajarinya.” Kata Laksamana Heyreddin.
Di lautan, Al Bahri mencoba mengingat gerakan Bibinya saat berenang dan menirunya sembari mengucap kalimat tersebut. Tubuhnya bergerak menuju kapal milik Heyreddin. Sesampainya di sana, dari atas kapal turun beberapa utas tali dan turun beberapa Levent milik Heyreddin untuk mengangkat Al Bahri dan melepaskan ikatan di tangan dan kakinya, setelah itu Al Bahri bergegas berganti pakaian yang telah disediakan dan kapal itu kembali melaju.
...〰️AL BAHRI : OCEAN SULTAN〰️...
Malam hari yang tenang pun telah tiba, ketika semuanya tengah terlelap dengan mimpi indah mereka, ketenangan tersebut akan segera terusik.
"Boom" Suara dentuman meriam menggelegar, tiang kapal galleon milik Kapudan Pasha Heyreddin Barbarossa patah dan terbakar karena tembakan dari meriam misterius. Kapudan Pasha adalah sebutan untuk Laksamana Agung di Ottoman Empire. Sontak Heyreddin, Halime beserta Para Levent dan Janissary segera terbangun, mereka bergegas menghunus senjata dan mengambil posisi bertarung.
“Siapakah yang menembak kapal kita, Levent?” Teriak Heyreddin.
“Kita tidak tahu Pasha!” Jawab salah satu Levent.
“Segera naik ke haluan kapal! Kita akan melihat siapa yang begitu pengecutnya menyerang kita secara tiba-tiba!” Perintah Heyreddin yang segera insiatif mengambil tindakan. Namun belum sempat pertanyaan itu terjawab menyusul rentetan dentuman lainnya. Terjawab lah sudah, Lima galleon milik angkatan laut Spanyol datang mengepung galleon milik Heyreddin. Heyreddin memberikan perintah dengan cepat, tetapi kehadiran lima galleon Spanyol membuat situasinya semakin sulit.
Sementara itu, gemuruh petir di langit memperkuat ketegangan, memantulkan cahaya yang sesaat menerangi wajah-wajah para prajurit yang siap bertempur. Angin malam membawa desisan yang mengisyaratkan ancaman. Suasana mencekam semakin terasa ketika sorot mata bulan pucat menerobos awan, menyoroti kapal-kapal yang bersiap menghadapi pertempuran laut yang tak terhindarkan.
Dalam gelapnya malam, galleon Spanyol mendekat dengan gemerincing rantai dan suara ketukan kayu di atas dek mereka. Kilatan cahaya lilin mengungkap wajah-wajah tegang dan peralatan perang yang bersinar. Heyreddin dan kru kapalnya bersiap untuk menghadapi gelombang serangan yang melibatkan tembakan meriam dan serbuan marinir.
Galleon Spanyol dengan anggunnya melingkari kapal Heyreddin, merenggangkan layar dan mengepung mereka dari segala arah. Suara tombak dan pedang bersentuhan di antara gelombang, menciptakan dentuman yang menciptakan lanskap suara pertempuran yang menakutkan.
Kapal Heyreddin terdesak, merasa tertutup oleh kemasyhuran armada musuh yang begitu besar. Mereka mencoba bertahan dengan keberanian yang menggebu, tetapi situasinya semakin sulit seiring waktu. Heyreddin terpaksa mengimprovisasi strategi pertahanan dalam usaha putus asa untuk menangkis serangan yang semakin intens dari musuh yang tak kenal ampun.
Dalam kegelapan malam yang terus menyelimuti lautan, galleon Spanyol terus membombardir kapal Heyreddin dengan suara gemuruh meriam yang memecah hening malam. Kilatan api menyala seketika mengungkap siluet-siluet awak kapal yang bergerak panik. Peluru meriam melesat melintasi gelapnya langit, menciptakan percikan cahaya sesaat sebelum menyatu kembali dengan kegelapan laut.
Pada setiap dentuman meriam, gelombang mengejutkan kapal Heyreddin, membuat mereka terhuyung-huyung di atas ombak. Suasana tegang terasa semakin menyesakkan, seolah malam itu menjadi saksi bisu dari pertempuran sengit di laut yang mempertaruhkan takdir kedua belah pihak. Heyreddin dan kru kapalnya berusaha bertahan di tengah derasnya serangan, mencoba menemukan celah untuk membalas serangan atau mencari peluang untuk melarikan diri.
Gelombang debu meriam yang terus-menerus membuat udara terasa berat, diwarnai dengan bau mesiu dan aroma asap laut. Awak kapal Heyreddin bergerak antara jeritan luka dan teriakan perintah, menciptakan paduan suara yang mencekam di dalam kegelapan. Setiap cahaya kilatan meriam mengungkap wajah-wajah penuh ketegangan, memperlihatkan ekspresi kecemasan dan keberanian.
Pada setiap dentuman, kapal Heyreddin merespon dengan gerakan yang coba menahan guncangan. Angin malam membawa serpihan kayu dan debu laut, menambahkan elemen kaos visual dalam pertempuran tanpa ampun ini. Suasana mencekam semakin dipenuhi dengan suara angin bertiup keras, menciptakan orkestrasi alam yang seolah turut bersaksi atas keganasan pertempuran laut yang melibatkan dua armada yang saling berseteru.
Meriam-meriam mereka terus menyalak tanpa henti, mencoba menghancurkan sasarannya. Di belakang meriam mereka berjejerlah barisan pasukan Spanyol dengan senapan api di tangan mereka, dengan satu aba-aba barisan pasukan bersenapan api di setiap galleon Spanyol menembakkan senapan apinya. Membuat banyak Levent milik Heyreddin berguguran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments