Nafas bu ayu sudah tidak beraturan, dia langsung masuk ke kamar Dewi dan langsung menutup pintu, mengatur nafas agar kembali normal. Bayu dan anaknya masih tidur dengan lelap padahal jam sudah menunjukan jam delapan pagi, sedangkan Dewi yang melipat baju di kamar mengerutkan kedua alisnya dan menatap mamanya dengan sangat heran. saat Dewi hendak bertanya telunjuk bu ayu sudah menempel di bibirnya. memberi isyarat untuk anaknya diam. perempuan berambut panjang itu hanya menarik nafas kasar.
Tok...tok..tok..
"mbak...mbak Dewi..!!" suara Nita memanggil dari luar, saat Dewi hendak beranjak dari kamarnya bu ayu memegang tangan anaknya itu sambil berbisik.
"jangan beritahu kalau mama di sini, jangan tanya alasannya turuti aja permintaan mama. kalau tidak nanti mama akan marah denganmu." Dewi mengangguk tanda paham.
"ada apa nit?" tanya Dewi sambil melihat seorang pria berdiri di belakang nita dengan membawa buku catatan kecil. Nita menanyakan keberadaan mamanya, berhubung Dewi sudah di ancam mamanya maka Dewi harus berbohong.
"kira-kira mama kemana ya mbak?, soalnya mas Deni nyariin mama. mau nagih cicilan utang."
"utang? mama saya utang apa mas?"
"Bu ayu mengambil uang untuk modal jualan mbak." Dewi hanya mengangguk agukan kepalanya. Deni berinisiatif untuk menunggu bu ayu di rumahnya. soalnya hutang sudah menumpuk dari Minggu kemarin.
Flashback
Bu ayu berjalan hendak ke kios sayur milik mang ujang, karena sudah lama penjual sayur itu tidak berjualan keliling dan berjualan di kios yang makin hari banyak pelanggan. ketika hampir sampai di kios perempuan paruh baya itu melihat Deni sedang memegang buku catatan kecilnya.
"wah jangan-jangan mau nagih hutang lagi." bu ayu membalikan badannya dan melangkah pergi. Tapi deni melihat bu ayu, dan memanggil namanya. sayang bu ayu malah lari.
"waduh bu ayu ini kebiasaan banget, kalau lihat saya malah kabur kayak lihat singa aja." gerutu deni.
"ini uangnya mas deni, ada apa mas?" tanya mang ujang sambil memberi uang cicilan kredit.
"itu mang, bu ayu setiap tanggal jatuh tempo selalu menghindar dari saya. lama-lama saya dapat teguran dari atasan saya."
"langsung ke rumahnya saja mas, mungkin orangnya pulang."
Akhirnya Deni menuju ke rumah bu ayu, tapi sampai di tempat kata anaknya tidak ada mamanya karena dari tadi belum pulang. Deni memutuskan untuk menunggu.
sudah hampir satu jam bu ayu tidak datang-datang. Deni memutuskan untuk pergi dari kontrakan.
mertua bayu mengintip dari tirai cendela melihat keadaan luar apakah aman, saat semuanya aman. bu ayu berjalan selayak kayak pencuri yang hendak mencuri di rumah orang.
"nah kena juga kamu." tangan bu ayu di pegang oleh seseorang dari belakang. Ternyata Deni tidak pergi, di hanya sembunyi agar mangsanya keluar dari tempat persembunyiannya.
"cepat bayar sekarang juga atau saya bawa ibu ke kantor polisi." ancam Deni. Bu ayu sudah seperti patung yang tidak bisa melakukan apa-apa.
"Tapi mas saya tidak punya uang." berusaha memelas agar ada iba di hati pria itu. tapi sayang deni sudah hafal dengan sifat ibu satu ini.
"akhirnya saya ketemu juga sama ibu, saya cari kemana-mana ternyata ibu pindah kontrakan di sini." suara dari belakang mengalihkan perhatian mereka berdua.
"ibu harus bayar satu juta sekaligus bunganya karena sudah beberapa bulan ini tidak bayar karena pindah kontrakan saya tidak mau tau bayar sekarang atau...."
sebelum pria yang baru datang itu menyelesaikan pembicaraannya. Bayu datang dengan muka kusutnya karena baru bangun tidur.
"ada apa sih ribut-ribut masih pagi, ganggu orang tidur aja."
"Bayu kamu datang tepat waktu, tolong mama nak."
Bayu melihat dua pria, yang satu memegang tangan mertuanya. suami Dewi itu minta penjelasan apa yang sedang mereka lakukan di depan kontrakannya dan mengapa ada keributan pagi-pagi. Kedua pria itu berbicara saling bergantian bahwa bu ayu mempunyai hutang yang sudah jatuh tempo dengan bunga yang lumayan di sertai denda. Bayu mengusap kasar mukanya.
"tolong mama Bayu, kalau mama tidak bayar hari ini mama akan di bawa ke kantor polisi."
"Bayu tidak ada uang ma." jawab bayu ketus.
"dew...Dewi...tolong mama!!" bu ayu berteriak-teriak agar anaknya keluar, tetangga kontrakan pun pada keluar dan melihat tontonan pagi ini dengan gratis. Bu marta tidak mau ketinggalan momen yang menurutnya bagus, Dia Vidio kan semuanya tanpa ada ketinggalan.
"dew..tolong mama, kamu punya kan uang simpanan. Tolong bayarin dulu ya sayang."
"Dewi tidak punya ma"
"jangan bohong kamu, mau jadi anak durhaka. Kalau kamu lahiran nanti akan susah kalau pelit sama orang tuamu." dewi mengelus dadanya dan beristighfar berulang kali agar tidak terpancing emosi mamanya.
Tetangga yang menonton ada yang mendukung bu ayu bahkan ada yang kasihan dengan rumah tangga Bayu. karena selalu di libatkan dengan utang-utang mertuanya.
"untung saja suami bu ayu pergi. itu keputusan yang tepat."
"iya bener, kalau posisi saya di suaminya saya juga akan pergi." bisik-bisik tetangga
saat suasana kontrakan makin panas dan tidak terkendali. Akhirnya datang pak Hadi dan memberi solusi.
"biar tidak semakin berlarut-larut seperti ini, saya minta tolong dengan mas bayu dan mbak dewi untuk membantu bu ayu membereskan utangnya. Masa iya tidak ada simpanan sedikit saja."
"total semua hutang mertua saya berapa mas." tanya bayu dengan tidak bersahabat. deni memberitahu berapa jumlah yang harus di bayar begitu juga pria yang satunya.
Bayu menarik nafas panjang dan membuangnya begitu terus berulang-ulang. mengatur emosi yang hampir meledak, setalah emosi stabil, masuk ke dalam kontrakan. semua penonton harap-harap cemas. Ada yang menebak kalau bayu akan menolong mertuanya itu ada juga yang bilang kalau menantu bu ayu itu masuk ke kontrakan meneruskan tidurnya.
Bahkan mereka menjadikan taruhan kalau Bayu mau membantu mertuanya apa tidak. sudah hampir tiga puluh menit akhirnya Bayu keluar, dengan membawa uang yang ada di tangannya.
mertua Bayu berlepas lega saat melihat menantunya itu datang. akhirnya dia selamat dari ancaman dua orang yang berprofesi sebagai bank keliling itu.
"nah gini kan enak, jadi hutang-hutang ibu plus bunga dan denda lunas." seru bank keliling yang sudah lama mencari keberadaan bu ayu.
"nah gini dong, Minggu depan jangan sampai telat lagi bu, kalau ibu lari dari saya setiap saya tagih saya akan membawa polisi." ancam Deni
"Nah kalau sudah begini tidak ada ribut-ribut, saya sarankan kalau ibu punya hutang tolong di lunasi ya bu jangan lari dari tanggung jawab.kalau bulan depan ada keributan lagi. terpaksa ibu harus angkat kaki dari sini dan cari kontrakan baru." seru pak Hadi dengan suara bariton nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Plasidus amandus
haduh Ada2 aja masa jadi taruhan hehehe
2023-07-20
0