" ma, aku titip lio dan leo."
"hem...ingat wi, besok kamu gajian harus ganti uang yang tadi buat bayar kontrakan."
"Tapi ma,..."
"Tidak ada tapi-tapian. kamu kerja yang mengurus anak-anak mama juga.jangan jadi anak durhaka."
"kenapa Nita tidak cari kerja saja ma." protes Dewi.
"Nita lagi cari kerja, tapi belum dapat.ya sudah sana berangkat. jangan lupa ganti uang mama."
Dewi hanya mengangguk pasrah, sebagai anak dia tidak mau di anggap sebagai anak yang durhaka.
"kenapa mukamu di tekuk seperti ini.." seru bayu melihat wajah dewi yang tak ada senyumnya sama sekali.
"Tidak apa-apa mas."
"ayo kita berangkat nanti kesiangan."
Bayu menjalankan sepeda motornya.
"kamu tau, mas sekarang seneng sudah tidak satu rumah dengan mama lagi. impian mas akan terkabul." mata bayu menatap ke depan ke arah jalanan yang ramai pagi ini.
"impian mas apa..?"
"mas ingin memperbaiki mobil kita dek, biar nanti kalau jalan-jalan, kita tidak kepanasan maupun ke hujanan. gaji kamu buat kebutuhan kita sehari-hari sedangkan gaji mas buat benerin mobil dan bayar angsuran motor setiap bulan. bagaimnaa...?" mata bayu berbinar-binar sangat bahagia.
"iya mas."
"selama ini kebutuhan mama selalu kita yang nanggung, dari uang makan, sewa rumah dan biaya sekolah adik kembarmu. belum nita yang hanya diam di rumah tidak mau mencari pekerjaan. ayah sambungmu juga tidak jelas. masa mama ada suami apa-apa minta ma mas." Bayu mengeluarkan semua yang ada di pikirannya.
"ayah sambungmu itu kemana dek, bukannya dia kerja jadi supir pribadi orang kaya..?"
"entah lah mas, selama ini hasil kerja ayah tidak pernah di berikan oleh mama. sepertinya..."
ucapan Dewi menggantung.
"ya sudah tidak usah di pikirkan, sudah hampir tujuh tahun kita berumah tangga kita belum bisa beli apa-apa. mulai hari ini kita menata hidup kita tanpa ada campur tangan dari mamamu."
"iya mas, maafkan Dewi mas."
Dewi hanya tertunduk lesu.
***
"ma, minta uang buat beli baju."
"uang dari mana..? uang mama sudah buat bayar kontrakan. kakak iparmu sekarang sudah mulai pelit sama mama. kamu bukannya cari kerja, malah tidur melulu di rumah."
"aduh mama...capek Nita cari kerja kesana-kemari tapi tidak di terima-terima."
"kamunya aja males, gimana hubunganmu dengan Dito..?"
"hubungan kami baik-baik saja, sebentar lagi kami akan menikah."
"apa..? Tidak salah dengar mama. kamu mengambil keputusan besar ini tanpa melibatkan orang tuamu."
" Besok dia akan ke rumah dan akan berbicara masalah pernikahan kami."
Bu ayu melirik males ke arah anaknya.
"hahahaha..hahahaha..."
suara tertawa renyah lio dan leo terdengar jelas dari luar.
ke dua anak itu hanya berbeda satu tahun.
lio sang kakak yang berumur empat tahun, sedangkan leo sang adik berumur tiga tahun.
kedua kakak beradik itu asik bermain air di ember bekas hujan semalam.
"lagi...lagi...kak..basahi lagi..."
teriak sang adik begitu senang saat dirinya di guyur air oleh lio.
Bu Marta tertawa geli melihat kelucuan ke dua bocah kecil.
Tidak berselang lama seorang gadis dengan badan yang gemuk keluar.
"aduh...basahkan..!!, enak banget kalian ya main air lihat baju jadi basah semua !!" teriak gadis gemuk.
kedua bocah tadi berhenti melakukan aktifitas nya,mereka sangat takut.
"aduh akit...akit...te" teriak Lio sambil memegang telinganya yang di jewer.
"leo ayo pulang, jangan ikut-ikutan kakak enggak bener ya." leo berjalan di belakang sang kakak.
bu Marta yang mengamati dari tadi menaikan ke dua alisnya.
"siapa gadis itu..?, galak banget sama anak kecil. seharusnya di kasih tau baik-baik jangan main kasar gitu. jadi gemes sendiri lihatnya."
"heh... ngomong sendirian awas lho ke sambet."
"e...dalah...dalah...bu Yati bikin kaget aja."
"ada apa bu, kok kayak burung Beo ngomong sendiri."
"tau tidak bu Yati, tadi ada gadis gendut. main kasar sama anak tetangga baru kita. kayaknya itu adik dari mama anak kecil itu."
"ah...yang bener bu."
"benar bu Yati. saya dari tadi di sini ngelihatin tuh anak main. tiba-tiba ada kakak garang."
bu marta mempraktekkan kejadian tadi.membut bu Yati tertawa terbahak-bahak.
" Eh...ada pak Hadi."
kedua ibu-ibu tadi langsung berhenti bicara saat pemilik kontrakan lewat.
"ehm..ibu-ibu dari pada bergosip dan membicarakan orang. saya sarankan lebih baik ibu-ibu masak dan beres-beres rumah."
"idih...pak Hadi, kami tidak bergosip kami bercerita sesuai fakta, benerkan bu..". bu Yati memandang Marta, berharap mendapat dukungan dari temennya itu.
Bu Marta hanya mengangguk pelan dan tersenyum
"Kami lagi menunggu mang Ujang mau beli sayur, tapi belum datang-datang."
"ya sudah kalau begitu, ingat ya ibu-ibu jangan gosipin orang, nanti kalau orangnya denger bisa jadi perang dunia ke lima di kontrakan ini."
"baik pak." kedua ibu-ibu memandang pak Hadi sampai menghilang dari pandangan mereka.
"lihat ma, anak-anak ini bajunya basah semua."
"aduh Lio kamu jangan main air, baru aja mandi. kamu tidak kasihan dengan Oma."
kedua anak yang belum mengerti itu hanya diam saja.
"Nah, ginikan cakep. inget jangan main air lagi, tante capek nyuci baju kalian."
kedua bocah kecil tadi hanyak menganguk. entah di dengar atau tidak.
"bu...bu yati, lihat itu kedua anak yang saya bicarakan tadi."
"lucu banget ya bu, anak-anaknya."
lio dan leo hanya mentap genangan air yang tidak jauh dari mereka.
"adek...jangan main air, nanti di marahin tante gendut." teriak lio sambil menarik tangan adiknya agar menjauh dari genangan air.
"aaaaaaaa hua...hua...." suara keras tangisan keluar dari leo.
"aduh, lio kamu apakan adikmu sampai menangis."
tangan gemuk itu menarik telinga lio hingga merah.
"hiks...hiks...hiks...bukan salah lio te".
"jelas-jelas yang ada di sini kamu dan leo. kalau bukan kamu yang membuat leo menangis siapa..? hantu."
perempuan gendut menggendong leo dan meninggalkan sang kakak di luar sendirian.
sebenernya tidak sendiri juga, karena di situ ada bu marta dan bu yati yang sedang duduk di teras depan kontrakan.
kedua ibu-ibu tadi menyaksikan adegan yang menurut mereka sangat tidak bagus.
"tuh kan bu yati, apa kataku. gadis gendut itu galak banget, melebihi ibu tiri."
"iya bener bu, saya kalau tidak menyaksikan sendiri tidak akan percaya."
"jadi saya cerita tadi, bu yati tidak percaya."
"bukan begitu bu marta, hehehhe" perempuan dengan rambut pendek itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tersenyum.
Bu marta memalingkan mukanya dengan sangat kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Sarah Yuniani
ohh nitip anak ???
ortu sibuk kerja , anak dititipin
2024-10-05
0
Nuhume
Sekedar saran Kak Thor; kalimatnya jangan kepotong ya, usahakan bikin paragraf trus percakapannya di kurangin.😊
Aku dapat ilmunya dr kakak editor jg kok, in hanya sekedar saran ya❤️❤️
2023-07-08
0
Harpena1
keren kakak, ttp nulis trs ya..
2023-07-06
1