Bu ayu sengaja menggoyangkan pergelangan tangannya di depan muka bu Marta.
sepertinya akan ada keributan pagi ini. Bu Marta sudah menahan emosi sampai di ujung kepala dan siap meledak kapan saja.
" wah Gelang tangannya bagus banget bu." Tiba-tiba bu Yati datang dari belakang dan hendak memegang gelang milik bu ayu. Tapi langsung di tepis tangannya.
"jangan pegang-pegang nanti lecet gelang saya."
"Bu yati ngapain sih." mata bu marta menatap tajam ke arah temannya itu.
"sepertinya bu ayu lagi banyak uang nih, habis beli perhiasan, borong daging dan sayur mayur." mang ujang senang karena dagangannya di borong oleh pelanggannya.
"asal jangan uang rampasan mang."
"maksud bu marta apa." mang ujang menunggu jawaban.
"masa mang Ujang tidak tau, kasihan seorang menantu yang baik hati di jadikan sapi perah."
"sapi perah? di sini ada sapi perah. wah...aku mau lihat sapi perah, seperti apa bentuknya."
"astaga." bu Marta menepuk jidatnya karena bu Yati tidak nyambung di ajak ngobrol dengan memakai bahasa istilah.
"hahahaha...itu memang cocok bu Yati temanan sama kamu. sama-sama b*go. hahahaha."
mendapat ejekan dari lawan bicaranya itu membuat bu marta semakin marah.
"eittsss tunggu dulu, kalau kalian mau berantem. mamang mau pergi dulu bisa-bisa sayuran mama habis buat perang."
mang Ujang mengambil langkah kaki seribu meninggalkan ibu-ibu yang sudah pada mendidih darahnya.
"aduh...saya belum belanja malah pergi mang Ujang. ini semua gara-gara kalian berdua." bu yati menyusul mang Ujang dan meninggalkan bu Marta dan bu ayu yang hendak berperang.
"Hei...kalian berdua sedang apa berdiri di situ, mau pada berantem ya." suara khas bariton seorang lelaki.
"pak Hadi???"
"kenapa pada diam."
"Tidak pak, kami tidak bertengkar kami lagi belajar acting iya kan bu ayu." Dusta bu Marta sambil mendekati musuh bebuyutan nya itu dan memeluknya.
bu ayu merasa risih di peluk oleh bu marta, Dia menatap tajam ke arah wanita itu.
"kamu mau kontrakan kita di naikan dua kali lipat, gara-gara kita bertengkar." bisik bu marta sambil menginjak kaki bu ayu.
"aduh...hem...i...iya pak, ka...kami ti...tidak bertengkar, kami lagi acting ya...lagi acting." jawaban bu ayu terbata-bata sambil mencengkram kuat pundak bu marta membuatnya meringis menahan sakit.
"Alhamdulillah kalau ibu-ibu sedang belajar acting. saya kira lagi ribut. Nah seperti itu yang rukun kalau bertentangga, kalau terjadi apa-apa pasti tentannga dulu. benarkan ibu-ibu."
"iya pak."
"ya sudah kalau begitu saya mau lanjut dulu. mau olahraga mumpung masih pagi."
"Baik pak, silahkan."
"oh ya..bu marta tidak melihat drakor kemarin, yang judulnya mertua matre."
"eh..ti...tidak pak. sudah tamat drakorknya hehehe.."
" ending ceritanya apa bu?" pak hadi jadi penasaran.
"mertua yang matre dapat karma pak, karena pamer perhiasan sewktu hidup di alam kubur tangannya di lilit ular." tatapan sinis memancar ke arah bu ayu.
"ih..amit-amit, jangan sampai besok saya punya menantu saya jadi matre."
"iya bener pak, jangan jadi mertua yang matre."
"astaga kok saya jadi ikut gibah ibu-ibu pagi ini." lirih pak Hadi langsung pergi begitu saja.
"pak...pak Hadi, saya belum selesai bercerita !! kok malah pergi gimana ini."
setelah sadar mereka masih dalam posisi saling memeluk.
bu ayu langsung mendorong bu marta membuat wanita itu terjatuh di tanah.
"wah, ibu tega sekali mendorong saya. awas kamu ya bu."
"salah situ, kenapa peluk-peluk saya, terus ngapain nyinggung saya jadi mertua matre."
"ibu merasa tersinggung, baguslah kalau begitu hehehehe.."
"kamu...mana ada drakor judulnya kayak gitu kalau bukan karangan dari kamu."
"Ada itu kisah nyata drakor di indonesia. suatu saat akan saya bikin novel pasti laku keras itu hehehe."
bu ayu tersenyum sinis dan masuk ke dalam kontrakannya. Dia sangat bangga dan bahagia karena berhasil membuat panas hati tetangganya sambil terus memegang gelang yang ada di tangannya.
****
Bu ayu mencari menantunya dan meminta tolong untuk di anter ke salon langganan yang jaraknya lumayan jauh dari kontrakan tempat mereka tinggal.
motor yang di kendarai mereka membelah kemacetan kota jakarta sore ini.
setelah sampai di tempat tujuan Bayu meninggalkan mertuanya dan akan menjemputnya kembali nanti malam.
saat motor akan melaju, bu ayu mencegah Bayu.
"kamu lupa sesuatu Bayu."
pria itu mengerutkan dahinya. mengingat apa yang dia lupakan.
"kayaknya tidak ada ma, ya sudah bayu pulang dulu."
"Bayu sayang, kamu belum memberi mama uang untuk ke salon."
"apa? aku kira mama minta anterin ke salon karena punya uang sendiri. kenapa minta ke bayu."
"kamukan menantu baik mama, masa mama minta ke tetangga."
pria berbadan tinggi itu mengambil dua lembar uang merah di dompetnya dan memberikan kepada mertuanya. Bayu sangat kesal sekali dengan kelakuan mertuanya yang terus menerus selalu minta uang kepadanya. padahal bayu berharap kedatangan ayah mertua membuat Dia terbebas dari ibu mertua yang selama ini menganggapnya sebagai sapi perah.
saat bu ayu menerima dua lembar uang merah, dia memintanya kembali karena menurut bu ayu uang segitu tidak cukup untuk melakukan perawatan.
dengan muka kesal Bayu mengambil lagi uang merah dua lembar.
"nah gitu dong, ini baru menantu mama yang baik."
"Dewi saja tidak pernah minta uang ke salon ."
"salah siapa istrimu tidak mau minta uang buat perawatan."
"karena dewi bukan mama, Dia tau kebutuhan suaminya."
bu ayu tidak peduli dengan perkataan menantunya. Dia langsung masuk ke dalam salon dan di sambut baik oleh pemilik salon.
salon yang di datangi bu ayu adalah salon milik temannya, sambil perawatan ke dua wanita itu berbicara ke sana kesini sampai tidak terasa sudah tiga jam di salon.
"oke..udah selesai, gimana rambut barunya jeng. suka tidak?"
"suka..sangat suka.." bu ayu memegang rambut barunya.
"jeng perhiasan kita sama lho..wah sehati kita."
"masa sih jeng, perhiasanku baru di belikan suamiku kemarin katanya mahal karena gramnya besar."
"jeng ayu di bohongi suaminya."
" maksudnya?"
"perhiasan ini bukan perhiasan asli jeng, ini perhiasan titanium yang awet warnanya dan tidak luntur. harganya tidak sampai seperti suami jeng ayu bilang. cuma ratusan ribu aja jeng. kalau tidak percaya nanti saya anter ke pasar di tokonya."
ekspresi bu ayu sudah berubah menjadi sangat layu ibarat tanaman yang tidak di siram selama dua hari.
wanita paruh baya itu merasa telah di permainkan oleh suaminya, karena telah membelikan perhiasan palsu.
sungguh kasihan, bu ayu yang malang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments