ku isap rokok satu batang di tanganku sambil melihat ke arah jalan raya.
"yur...sayur...sayur..."
"mang...mang ujung beli..!!"
suara terikan dan di iringi lari dari dalam rumah.
"apa-apa sih dek, jalan saja. nanti jatuh"
"iya mas" dewi berjalan biasa ke arah gerobak sayur.
"mang ada ayam, mie, dan bumbu dapur lainnya."
"ada bu Dewi, ini ayamnya masih segar, sebentar mamang bantu masukan ke dalam plastik ya."
dewi hanya mengangguk pelan.
"eh...ada tetangga baru, kenalkan saya bu marta, ngontrak di sebelah ibu tinggal."
"i...iya bu, saya dewi. maaf saya tidak pernah lihat ibu karena pergi kerja pagi pulang malam."
"iya saya paham bu dewi." bu marta tersenyum sambil sibuk memilih sayuran.
" Dew...dewi...!!"
"apa sih ma, teriak-teriak. Dewi lagi belanja sayuran."
"Eh kebetulan kamu di sini bay.., mama mau minta uang arisan sama kamu."
"kemarin gaji dewi mama minta semua. masih kurang...?" aku menatap tajam ke arah ibu mertuaku.
"uang kemarin ganti uang kontrakan. habisnya kamu di suruh bayar kontrak mama kamu nolak...belum biaya adik-adik iparmu."
seperti merasa tak bersalah ibu mertuaku terus saja mendesak.
"berapa uang arisannya."
"dikit aja, cuma lima ratus ribu."
"apa..? lima ratus ribu mama bilang dikitZ..!!" aku cukup terkejut hingga berdiri dari tempat dudukku.
suaraku yang keras membuat dewi dan ibu-ibu yang membeli sayur menatap ke arahku.
"sudah ya mang, ini uangnya saya pamit dulu."
"baik bu dewi. terimakasih."
Dewi setengah berlari ke arahku.
"ada apa sih mas kok teriak-teriak begitu. malu di lihatin ibu-ibu yang lain."
"tanya sama mamamu kenapa aku teriak."
muka bayu terlihat masam, di liriknya bu ayu.
"kenapa..? lihatin mama kayak gitu. mama cuma minta uang buat arisan sama menantu mama ini. malah dia teriak-teriak.."
"uang...? buat arisan...? minta lagi..?" muka dewi berubah seketika.
"ya...kalian berduakan sama-sama kerja. menghasilkan semua. masa uang lima ratus ribu tidak punya."suara bu ayu sengaja di keras kan agar semua orang mendengar.
"ini buat arisan. ini terakhir kali aku memberi mama uang. sudah cukup selama tujuh tahun mama menjadikan kami sapi perah mama." dengan berat hati Bayu memberikan uang kepada mertuanya itu.
"Nah gini dong dari tadi.jadikan tidak ada acara ribut-ribut. jadilah menantu yang baik dan tidak pelit."Bu ayu melangkah pergi sambil mencium uang yang ada di tangannya. Dia tidak peduli dengan kekesalan anak dan menantunya asal dia mendapat apa yang dia inginkan.
"aku bawa belanjaan masuk dulu mas."
"tunggu..!! katanya mamamu yang akan masak, beri sayuran ini ke mama biar dia yang mengola."
Dewi hanya membuang nafas kasar dan melangkah ke rumah mamanya.
"tunggu, satu lagi..!!" langkah dewi terhenti saat mendengar ucapanku.
"kalau masakan sudah siap kita makan di rumahnya, ini juga uang kita. kita pandai-pandai dalam berhembat."
"iya mas."
"ya allah, harus cari kerja sampingan lagi kalau kayak gini terus. Bisa-bisa anakku jadi korban akibat kematrean mertuaku." Batinku menangis tak kala melihat kedua anakku yang sedang bermain.
"maafkan papa ya nak. belum bisa membahagiakan kalian."
tak terasa mataku berkaca-kaca..
****
[" hallo dek, kamu pulang kerja sendiri bisa..?. aku hari ini ada lembur di kantor."]
[" iya mas."]
Bayu menutup panggilan teleponnya.
"lumayan deh uang lembur malam ini, buat nambah-nambah bayar cicilan motor. ya anggep aja uang ganti yang tadi mertuaku minta."
malam semakin larut, mataku sudah tidak bisa di ajak kerja sama lagi. aku terus menguap.
"sepertinya aku harus istirahat sebentar." batinku sambil melangkah meninggalkan setumpuk kertas di meja kerjaku.
"pak Bayu belum pulang..?" sapa seorang satpam di kantor.
"Belum pak, mungkin sebentar lagi."
"aku kagum sama pak Bayu giat banget kerjanya, bonusnya luber-luber kaya air."
"amin.."
ku teguk kopi di cangkir, kopi yang tadi aku pesan di depan kantor.
****
Dewi melirik jam dinding yang berada di kamar, jam sudah menunjukan jam dua belas malam.
"kok mas Bayu belum pulang-pulang ya..apa banyak banget kerjaannya."
Dewi melihat ke dua buah hatinya yang tidur terlelap.
"hahahhahaah..."
suara keras terdengar di luar.
"siapa yang belum tidur jam segini. beringsik banget."
Dewi mengintip di tirai cendela.
"astaga..Nita..? sama cowoknya..?. ya ampun sudah jam segini apa tidak tau waktu mereka."
"Nit..." sapaan lembut membuat kedua sejoli tadi menghentikan tawanya.
"apa sih mbak.."
"ini sudah jam berapa..? jangan tertawa keras-keras. tetangga yang lain mau istirahat."
"mbak Dewi taunya apa..? sudahlah mbak. kita di sini ngontrak bayar kok sama kayak mereka. jadi suka-suka kita dong."
"Bukan begitu Nit, kontrakan ini punya aturan. bertamu hanya sampai jam sepulah malam."
mendengar keributan di depan rumahnya bu ayu keluar dari rumah.
"apa sih Dewi, Nita beringsik banget. mama mau istirahat."
"itu mbak Dewi ma, kayak enggak pernah muda aja."
"Sudahlah dewi, biarkan Nita menikmati masa mudanya, jangan kamu ganggu dia."
"ganggu...?, Dewi tidak menggu ma. Dewi cuma bilang jangan beringsik tetangga pada istirahat semua."
"Ada apa ini..? ribut-ribut...? saya dapat telepon dari salah satu warga yang ngontrak di sini kalau ada keributan. ternyata kalian lagi."
"pak Hadi..?"
"siapa cowok ini..?, sudah jam satu malam masih bertamu."
"ini calon saya pak." lirih Nita.
"oh calonnya mb Nita, walupun colon tapi tetep tidak boleh menerima tamu di malam hari. nanti akan menimbulkan fitnah."
"iya pak, tadi saya sudah menasehati Nita agar calonnya segera pulang. Tapi tidak mau di dengar." Dusta bu Ayu.
kedu mata Dewi dan Nita melebar. mereka sangat yakin bila mamanya tadi tidak pernah berkata seperti itu.
"ma...bukannya mama tadi bilang, auuu...sakit" Bu ayu mencubit Nita agar bisa Diam.
"ya sudah bubar, masuk ke rumah masing-masing. saya tidak mau dengar lagi laporan seperti ini."
"Baik pak, ayo cepat pulang sudah malam." bu ayu mengusir calon anaknya.
"siapa yang berani melaporkan ke pak Hadi. Dia sudah menerbangkan bendera perang, akan ku cari dia dan membuat perhitungan." Batin bu ayu.
dret....dret....dret...
terdengar suara motor Bayu baru sampai rumah.
"Baru pulang mas..?"
"ehm...kok ada di luar jam segini. mas juga tadi ketemu dengan pak Hadi."
"iya mas, nanti aku ceritakan di dalam sekarang kita masuk dulu."
"wah...wah...menantu mama baru pulang..? pasti habis lembur bawa uang banyak..?. besok mama minta uang buat kondngan ya.."
aku hanya membuang nafas kasar mendengar ucapan mertuaku.
"bay...bayu...kamu denger mama kan..?"
tak ku pedulikan teriakan mertua ku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments