" kenapa muka lio di tekuk kayak gitu."
"Lio masih betah berlibur di sini pa, apakah kita tidak bisa tinggal di sini."
"papa sama mama bekerja jadi tidak bisa di sini terus."
wajah lio begitu sedih dan kecewa karena harus segera pulang.
Dengan langkah berat, kaki kecil lio meninggalkan hotel berbintang, sekali-kali Dia menoleh ke belakang. serasa berat meninggalkan tempat selama ini mereka berlibur.
"kapan-kapan kita akan ke sini lagi. sekarang kita pulang dulu ya."
bocah kecil itu mengangguk pelan.
Dewi hanya bisa tersenyum melihat kelucuan lio yang mukanya cemberut.
****
"ma, bisa tidak jangan mondar mandir seperti setrika, Nita pusing ngelihatnya."
"aduh nita, kamu tidak tau. sore ini mama mau kondangan di temen mama. mana untuk bayu belum pulang. mama mau minta uang sama siapa..?"
"pakai aja uang yang ada ma."
Bu ayu mengambil nafas panjang dan membuangnya secara kasar.
"sepertinya harus begitu, kalau mama tidak datang. mama malu, mau di taruh di mana muka mama."
dengan langkah gontai, bu ayu masuk ke dalam kamar.
"Bagaimana penampilan mama sudah oke."
Nita melihat penampilan orang tuanya dengan teliti.
"sepertinya ada kurang ma, apa ya.." telunjuk Nita menunjuk ke arah mamanya.
"nah, iya...kurang perhiasan ma. pakai kalung, gelang dan cincin. maka penampilan mama akan semakin ok."
bu ayu mengamati penampilannya di cermin.
"Bener juga, kalau aku pakai perhiasan sepertinya akan semakin sempurna." gumam Bu ayu.
"nanti aku akan minta belikan Bayu dan Dia harus mengganti uang yang aku gunakan sore ini."
saat hendak pergi, Bu ayu melihat bu marta dan bu yati sedang duduk di depan kontrakan.
"kenapa mereka ada di sini, bikin mood ku berantakan aja."
"eh..ada bu ayu, mau kemana bu sudah rapi dan cantik."
"Bukan urusan kalian."
" kita tanya baik-baik bu, kalau marah-marah nanti cepat tua lho, lihat langsung muncul kerutan di dahi bu ayu."
spontan tangan bu ayu memegang di daerah dahi.
tanpa di sadari ke dua ibu-ibu tadi menahan ketawa.
"kalian mau mempermainkan saya." kesal bu ayu.
"Bu yati, kalau udah cakep, cantik kayak gitu jangan naik ojek nanti bedaknya kabur di bawa angin. Bisa-bisa konde lepas."
"saya kan enggak pergi kemana-mana bu marta, orang saya belum mandi gini kok di bilang cakep." Wanita berambut pendek itu menepuk jidatnya, melihat sifat polos temannya.
"nih orang enggak bisa di ajak kerja sama." gumam bu marta
"enak saja naik ojek, enggak level. saya naik taxi." dengan tangan yang lincah memilih satu aplikasi di Hp.
"yakin bu ada uang..? Biasanya juga minta mas bayu. kasihan bu menantunya di gituin mulu. untung saya bukan mantu ibu, kalau saya jadi mantu ibu sudah kabur saya."
"sudah jangan ikut campur urusan saya dan keluarga saya. lihat taxi saya sudah datang."
"pak, tanya dulu ma ibu itu sebelum berangkat ada uang tidak. takutnya tidak bayar !!!." Bu marta berteriak kepada supir taxi. spontan supir melihat ke arah bu ayu.
"jangan percaya pak, masa saya sudah dandan cantik kayak gini di bilang tidak punya uang. Biasa itu pak tetangga julid." sambil mengibaskan tangannya
dua ibu-ibu yang sedang duduk sore di teras kontrakan itu sontak tertawa melihat muka bu ayu seperti tomat rebus menahan malu.
" Bu Marta dan bu yati sedang nonton Drakor..?" tiba-tiba muncul pak Hadi
"i..iya pak Hadi, lagi nonton Drakor. mau tau judulnya tidak pak..?"
"judulnya apa bu. sepertinya seru."
"mertua matre hahahaha.."
"emang ada judul Drakor seperti itu, baru dengar saya." Pak Hadi menggaruk kepalanya.
"ya sudah lanjutkan, saya mau ke mesjid dulu mau sholat. jangan lupa pada sholat jangan nonton Drakor melulu."
"iya pak."
"ingat sholatlah sebelum kamu di solatkan."
pak Hadi berjalan menuju mesjid yang dekat rumahnya.
"ih...bahasanya pak Hadi ngeri banget."
"emak-emak jaman sekarang hobi banget nonton kayak gitu, jangan-jangan istri saya di rumah suka nonton juga...haduh.."
***
"Bisa-bisanya dua kurcaci tadi bikin malu aku, awas saja mereka." batin bu ayu dengan sangat kesal.
" Bu kita sesuai aplikasi alamatnya..?" sapaan supir itu membuat bu ayu terbangun dari lamunannya.
"iya benar pak, sesuai dengan aplikasi."
suasana jalanan sore ini begitu macet, karena banyak orang yang pulang kerja.
mobil yang di kendarai bu ayu melaju dengan kecepatan sedang.
"kita sampai bu, total yang harus di bayar sembilan puluh sembilan ribu."
"ini pak uangnya." bu ayu memberikan selembaran uang merah. dan menunggu uang kembaliannya.
"pak mana kembaliannya, dari tadi saya menunggu ini."
"astaga si ibu, uang kembalian seribu aja di minta. katanya orang kaya. jangan-jangan bener kata ibu-ibu tadi." batin supir taxi.
"ini bu, maaf lama saya cari tadi."
"o...kirain tidak ada kembaliannya. ya sudah terimakasih."
supir taxi hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah bu ayu.
"ada ya..orang kayak gitu."
bu ayu berjalan pelan-pelan karena tanah yang sedikit berlumpur yang Dia lalui.
"bisa kotor semua baju dan sendal mahalku. ini yang aku tidak suka. kondangan di pinggir kota. kalau ngadain acara itu di gedung, ini di rumah."
saat mendekati acara, betapa terkejutnya terdapat tenda besar, hiasan yang sangat mewah dan banyak makanan yang tersaji di meja.
"selamat ya jeng."
"makasih lho jeng ayu, sudah datang jauh-jauh di nikahan anak saya. silahkan langsung menikmati makanan yang sudah di sediakan."
Dengan langkah ringan, wanita paruh baya itu mengambil makanan.
"astaga banyak banget makanannya, mana enak-enak, aku mau ayam, ada rendang juga..itu karedok kesukaanku. ya ampun surga makanan ini mah namanya." Batin bu ayu sambil tersenyum senyum sendirian.
seperti orang yang tidak makan selama tiga hari, wanita paruh baya itu makan dengan begitu rakusnya. dia tidak peduli dengan omongan orang yang memandangnya.
"jeng ayu, sudah datang."
" ya ampun jeng sindi, mari makan jeng."
sindi adalah temen bu ayu waktu sekolah dulu. semasa sekolah mereka bersaing menjadi gadis terbaik di sekolahnya.
"Tau tidak jeng, saya kesini tadi naik mobil menantu saya, AC nya dingin banget. lihat tangan saya masih dingin."
"ini orang, mau cari masalah dengan saya. kenapa hari ini aku sial banget. ketemu tetangga tetangga yang julid, di sini ketemu si centil."
"jeng..lihat. kemarin saya ulan tahun di kasih hadiah cincin berlian ma menantu saya. Bagus Kan jeng."
"iya bagus, bagus banget. menantu saya juga belikan saya perhiasan satu set mana gramnya besar banget, sengaja tidak aku pakai, biar tidak di bilang pamer."
sindi membuang pandangannya, karena merasa kesal dengan perkataan teman sekolahnya dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments