Malam semakin larut. Mata Alana seakan sulit terpejam, kala pikirannya masih membayangkan makan malam singkat bersama sang suami.
"Perasaan apa ini? Kenapa aku senang setelah makan malam bersama suamiku", ucap Alana bermonolog. Lalu dia menarik selimut menutupi wajahnya. Entah kenapa dia merasa malu pada dirinya sendiri, seakan telah berbuat salah dengan berselingkuh pada kekasih adik tirinya.
"Jangan pikirkan hal itu lagi Alana!" ucap Alana masih dengan bermonolog. "Besok aku harus bangun lebih awal, jika tidak maka suamiku akan meninggalkan aku", lanjutnya. Kemudian Alana berusaha untuk memejamkan matanya.
...---...
Suara jam weaker memenuhi ruang kamar sempit Alana. Tangannya berusaha untuk meraih jam yang masih berbunyi itu dengan mata terpejam.
"Berisik", kesalnya seraya menekan tombol off. Namun beberapa saat kemudian netranya terbuka sempurna kala dia menyadari sesuatu. Alana mengusap iler yang masih menempel di sudut bibirnya. Lalu dia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi.
Hanya dalam waktu 10 menit Alana sudah menyelesaikan ritual mandinya. Lalu dia berjalan menuju almari dan meraih sepasang baju untuk dia kenakan. Kemudian Alana berjalan menuju meja rias. Netranya menatap pantulan wajahnya yang terlihat cantik walau tanpa riasan.
"Semangat Alana!" katanya sembari mengepalkan tangan. "Walaupun Kenzo menganggapmu hanya sebagai istri kontrak, tapi dia akan membawamu dalam perjalanan bisnisnya", lanjutnya tersenyum masih dengan berdiri menatap bayangannya di cermin.
Tok. Tok.
"Siapa?" tanya Alana seraya beranjak dari posisinya berdiri.
"Ini Bi Kokom, Nyonya."
Alana memegang handle pintu dan membukanya. "Iya, ada apa Bi?" tanya Alana saat pintu sudah terbuka lebar.
"Tuan Kenzo dan Pak Roni sudah menunggu Nyonya di ruang tamu", sahut Kokom.
"Baik, Bi. Sebentar lagi saya menyusul ke sana." Alana menutup pintu setelah Kokom.pergi. Lalu dia kembali menuju meja rias dan memakai riasan tipis di kulit putihnya. Setelah selesai dia meraih koper di dekat almari dan menariknya menuju pintu keluar.
...---...
Alana berjalan menghampiri Kenzo dan Roni yang sedang duduk sembari membahas sesuatu.
"Saya sudah siap suamiku", ucap Alana yang membuat Roni mendelik kala mendengarnya.
"Ayo, kita berangkat!" seru Kenzo seraya berdiri.
Lalu Alana buru-buru mendekati Kenzo. "Biar saya yang menuntunnya", imbuh Alana, saat melihat Roni akan memegang tangan Kenzo.
"Baik, Nyonya", jawab Roni dengan tersenyum. Dia seakan senang dengan perubahan huhungan bos dan istrinya.
Kenzo tidak menolak saat Alana memegang tangannya dan menuntunnya keluar. Sementara Roni terpaksa membawakan koper milik Alana menuju pintu keluar.
Setelah itu mereka masuk ke dalam mobil. "Pak Heri, ayo kita berangkat", titah Roni saat baru saja menutup pintu mobil.
Heri, sang supir melajukan kendaraan keluar dari halaman luas rumah Kenzo.
...---...
Selama di dalam perjalanan, Kenzo banyak menerima panggilan telepon dari beberapa kolega bisnisnya, hingga dia tidak punya waktu untuk berbincang dengan Alana.
"Kita sudah sampai Tuan", ucap Heri.
Kenzo memutus sambungan teleponnya dengan seseorang yang Alana kenal.
"Kenapa tidak bicara sambil jalan saja?" tanya Alana saat mereka sudah keluar dari dalam mobil.
"Apa istriku punya kebiasaan berbicara di telepon sambil berjalan?"
Alana terdiam sesaat. Dia mengira bahwa Kenzo merasa canggung berbicara pada sang kekasih di saat sedang bersama istrinya.
"Kenapa diam?" Kenzo menatap mata Alana yang juga sedang menatapnya.
"Hem, iya. Terkadang aku memang suka berbicara di telepon sambil berjalan." Alana mulai menggigit bibirnya, dia merasa jantungnya berdetak tidak normal saat ini.
"Sudah, jangan di bahas lagi", kata Kenzo dengan tersenyum. Lalu dia menggandeng tangan Alana. "Ayo, tuntun aku!" pintanya.
Alana melakukan sesuai keinginan Kenzo. Dia menuntunnya masuk menuju jalur departure.
"Suamiku, kita akan berangkat ke mana?"
"Bali", jawab Kenzo singkat.
Alana tersenyum sangat manis kala mendengar Kenzo mengatakannya. Senyuman Alana di lihat jelas oleh Kenzo.
"Sepertinya kau senang pergi ke sana." Kenzo kembali melirik Alana.
"Saya dan sahabat saya Diva, pernah membuat sebuah tantangan. Jika dalam dua tahun ke depan, salah satu di antara kami bisa pergi ke Bali, maka yang lebih dulu pergi akan mendapat hadiah."
"Hadiah apa?" tanya Kenzo penasaran.
"Ini rahasia wanita!" seru Alana dengan tersenyum manis.
Entah kenapa hati Kenzo serasa digelitik kala melihat Alana tersenyum. "Setelah sampai di Bali aku harus chek up ke Dokter."
"Kenapa?" tanya Alana dan Roni hampir bersamaan.
"Barangkali aku terkena diabetes", jawab Kenzo santai. Namun tidak dengan Alana dan Roni. Mereka saling menatap bingung.
"Senyuman istriku terlalu manis, aku sepertinya sudah terkena diabetes!"
Roni berusaha menahan tawanya. Sementara Alana wajahnya memerah seperti tomat, dia melepaskan pegangan tangannya dan membuang pandangannya ke sembarang arah.
"Istriku, kenapa tangannya di lepas? Nanti kalau suamimu ini hilang, gimana?"
Roni yang sudah tidak bisa menahan tawanya, akhirnya meminta izin untuk melakukan chek in.
Kenapa aku di tinggal sendiri, Pak Roni sengaja kayaknya nih. Ucap Alana di dalam batin. Untuk pertama kali seorang pria yang telah menjadi suaminya itu menggodanya.
"Kenapa diam?" tanya Kenzo seraya memegang tangan Alana. "Nanti kita ketinggalan pesawat", lanjutnya.
Alana terpaksa menuruti keinginan Kenzo, walaupun jantungnya serasa mau copot. Mereka berjalan bersama setelah Roni menyelesaikan chek in.
...---...
Setelah menempuh waktu hampir 2 jam, akhirnya pesawat landing sekitar pukul 10. Alana yang duduk bersama dengan Kenzo di first class keluar lebih dulu. Sementara Roni yang berada di kelas bisnis keluar setelah mereka.
Alana berjalan menuntun Kenzo dengan hati riang. Ini adalah pengalaman pertama Alana menaiki pesawat dan beruntungnya dia dapat menaiki first class.
Kenzo dan Alana terus berbincang sembari menunggu Roni membawakan koper milik mereka.
"Ayo, Tuan, Nyonya", ajak Roni saat sedang mendorong troli yang berisi koper mereka.
Lalu mereka berjalan menuju mobil hotel milik Kenzo yang sudah terparkir.
"Apakah kita langsung ke hotel, Tuan?" tanya sang supir dengan ramah.
"Iya", sahut Kenzo singkat. Menu sarapan di bandara sepertinya sudah membuat mereka kenyang pagi ini.
Sang supir melajukan kendaraan ditemani musik Shania Twain berjudul You're still the one itu. Jalanan pagi yang sedikit macet membuat Alana melantunkan setiap lirik lagu untuk membuang rasa bosan.
Suara lembut Alana terdengar sayup di telinga Kenzo, namun mampu menenangkan hatinya. Hingga tanpa terasa Mobil yang mereka tumpangi sudah memasuki parkiran hotel milik Kenzo.
Mereka pun turun dari mobil dan berjalan bersama menuju lift.
Ting.
Kenzo, Alana dan Roni melangkah ke dalam lift. Roni pun menekan nomor lantai yang ingin di tuju.
"Roni, kabarnya Tuan George sudah tiba di hotel. Tolong beritahukan pelayan untuk memberikan pelayanan yang terbaik padanya."
"Baik, Tuan", balas Roni.
Lalu mereka keluar dari dalam lift saat pintu lift terbuka lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
FT. Zira
ketawa aja sih.. biar ada yg ngomporin mereeka😅
2023-10-09
0
ZasNov
Semoga perjalanan bisnis ini jadi moment berkesan buat Alana & Kenzo ya 🥰
2023-08-31
0
ZasNov
Cieee.. Alana seneng tuh digombalin suami.. 😍😆
2023-08-31
0