Alana menatap dari kejauhan suaminya yang sedang di tuntun oleh Roni saat masuk ke dalam mobil.
"Hei!" sentak Diva, namun tidak berhasil membuat Alana terkejut. "Apa kau menyukainya?" tanya Diva saat menangkap sorot mata Alana.
Alana menoleh ke arah Diva. "Aku hanya kagum padanya."
"Berawal dari rasa kagum, lama kelamaan kau akan menyukainya dalam arti yang berbeda." Diva memberi pendapatnya dengan tersenyum jahil.
Alana menatap jengah sahabatnya itu, kemudian dia melangkahkan kakinya menjauhi Diva.
"Alana! Kenapa kau meninggalkan aku?" teriak Diva seraya mengejar Alana.
"Apa sekarang kau mengambil dua jurusan di universitas luar negeri?" tanya Alana saat langkah Diva sejajar dengannya.
"Satu jurusan saja kepalaku sudah hampir botak, bagaimana mungkin aku bisa mengambil dua jurusan", ucapnya dengan berpura-pura sedih.
Alana menepuk pelan pundak Diva. "Aku hanya bercanda, kenapa kau jadi sedih?"
"Emangnya kau pikir aku serius mengatakannya? Aku juga bercanda!" Diva tertawa kencang saat melihat wajah serius Alana. Namun setelah itu raut wajah Alana berubah menjadi marah. "Maaf, aku tidak bermaksud meledek. Tadi spontan saja aku tertawa, jangan dimasuki ke hati ya", pohon Diva.
"Sudah! Jangan mempersoalkan masalah itu lagi. Sekarang kita bahas dirimu. Kapan kau akan pulang ke London?"
"Kau mengusirku? Sungguh kejam!"
"Huft, mulai lagi dramanya", kesal Alana sambil berjalan dengan langkah santai.
"Aku akan pulang besok, Al. Apa kau punya waktu menemaniku jalan-jalan?"
Alana hampir saja akan menyetujui permintaan sahabatnya itu. "Maaf, Diva. Kau tahu bagaimana Ibu tirku. Dia tidak akan membiarkan aku pergi tanpa seizin darinya." Alana terpaksa berbohong walau tidak sepenuhnya. Dia belum siap untuk mengatakan pada sahabatnya itu tentang pernikahannya.
Diva manggut-manggut. Dia tahu betul sifat Ibu tiri Alana. "Semoga kau bisa menemukan seorang suami yang punya kuasa, supaya Ibu tirimu tidak semena-mena lagi padamu", ucap Diva dengan wajah serius.
Alana berdiri dengan gelisah. Dia merasa bersalah karena telah membohongi sahabatnya sendiri. Maafkan aku Diva. Aku belum bisa menceritakan yang sebenarnya padamu. Tapi aku janji setelah kau kembali ke London, aku akan menceritakan semuanya. Ucap Alana di dalam batinnya.
"Ayo, pergi ke kafe favorit kita", ajak Alana pada sahabatnya itu. Dia tahu sahabatnya itu pasti belum melupakan kenangan di kafe itu.
"Let's go...!" teriak Diva dengan girang.
Alana tersenyum menatap tingkah konyol Diva. Namun sesaat kemudian dia sedih karena Diva akan kembali ke London besok.
Di persimpangan lampu merah yang padat akan kendaraan, mobil milik Kenzo berhenti tepat di samping sebuah mobil sport berlambang banteng itu.
"Itu kan Nona Alexa", gumam Roni saat melihat Alexa bersama seorang pria di mobil mewah itu.
Kenzo yang sedari tadi diam, mendengar Roni bergumam, spontan menoleh ke samping untuk memastikan ucapan Roni.
Ternyata Tuan Kenzo tidak buta, ucap Roni di dalam batinnya. Dia melihat dari spion mobil saat Kenzo menoleh.
"Ada apa?" tanya suara bariton Kenzo. Dia tahu Roni mulai curiga, kalau dia sebenarnya tidak buta.
Roni tidak langsung menyahut. Lidahnya seakan tercekal saat ingin menanyakan tentang mata Kenzo. "Hem, bukan apa-apa, Tuan. Tadi saya pikir sedang melihat Non Alexa", jawabnya gugup, namun masih tetap fokus menyetir.
"Alexa! Di mana dia?" Kenzo memutar kepalanya ke kiri dan ke kanan seakan mencari keberadaan Alexa.
"Saya salah mengenalinya, Tuan. Wanita itu hanya mirip dengan Non Alexa, apalagi dia sedang bersama pria lain", sahut Roni. Dia tahu Tuannya itu pasti sedang merasa patah hati dan akan pergi ke sebuah tempat hiburan untuk melampiaskan kekesalannya.
"Kita ke tempat hiburan terdekat!" titah Kenzo saat merasakan sesak di dalam dadanya. Dia tidak menyangka Alexa yang begitu tulus saat mengatakan cinta padanya, bahkan begitu mudahnya untuk berpaling.
Roni memutar balik kendaraan. Dia melajukan kendaraan yang dikemudikannya menuju tempat hiburan. Benar dugaanku, dia pasti telah melihat Alexa dan pria itu bermesraan, makanya ingin pergi untuk menenangkan dirinya. Ucap Roni di dalam batinnya.
...---...
Di sebuah kafe, Alana dan Diva saling bersenda gurau mengenang masa SMA mereka.
"Kemana saudara tirimu itu? Bukankah kalian satu jiurusan. Kenapa aku tidak melihatnya tadi."
"Aku akan memberikan ke empat jempolku, jika Alexa betah menghadiri acara seperti itu", ucap Alana.
"Kau bilang dia sudah punya tunangan orang kaya di kota ini. Kenapa dia tidak segera menikah saja, supaya kau merasa sedikit tenang. Jadi hanya sisa 1 aligator yang harus kau hadapi di rumah!" Diva menunjukkan wajag garangnya. Dia sangat tidak suka membicarakan Ibu dan adik tiri Alana.
"Dia masih muda. Bagaimana mungkin dia akan menikah secepat itu!"
"Lebih baik kita hentikan membicarakan kedua makhluk busuk itu. Nafsu makanku hilang kalau membicarakan mereka", imbuh Diva.
"Ayo, habiskan makananmu. Aku harus cepat pulang", ucap Alana.
"Iya, aku tahu. Apa kau tidak bisa berkorban sedikit saja demi sahabatmu ini. Besok aku akan pulang, lho!" ujarnya dengan wajah memelas.
Alana seakan tidak bisa menolak permintaan Diva. "10 menit lagi!" katanya seraya melirik jam dipergelangan tangannya.
"Oke. Kalau begitu ayo kita berfoto bersama. Aku ingin mengabadikan momen ini. Barangkali saat kita ketemu nanti kau sudah gendut dan punya anak", ucapnya asal.
Alana tersentak kala mendengar perkataan sahabatnya itu. Dia kembali merasa bersalah, karena telah menutupi kebenaran tentang pernikahannya. Dia yakin Diva tetap tidak akan mengetahui hal itu, sebab pernikahannya hanya untuk 1 tahun.
"Senyumlah Al. Kenapa wajahmu sangat tegang saat aku menyebut kata gendut", ledek Diva.
"Ambillah foto yang banyak, barangkali kau akan gendut dalam setahun ke depan. Jadi kau bisa terhibur saat melihat fotomu ini", balas Alana.
Lalu mereka saling menatap dan tertawa keras, hingga mereka jadi tontonan pengunjung kafe lainnya
...---...
Tidak berselang lama Alana dan Diva akhirnya berpisah. Waktu 10 menit berubah menjadi 30 menit, semua karena bujuk rayu Diva pada sahabatnya yang tidak akan pernah mampu untuk menolaknya.
Alana sudah berada di depan pintu kediaman milik Kenzo. Dia masuk ke dalam rumah dengan sangat perlahan.
"Sore, Nyonya", ucap pelayan yang pernah merendahkan Alana di dalam batinnya.
"Ya, sore", jawab Alana santai. Dia pun buru-buru pergi ke dalam kamarnya.
Setelah di dalam kamar Alana sedikit bernafas lega, karena Kenzo belum tiba di rumah.
"Sudah jam 6, dia belum pulang juga. Apa dia kembali ke kantor?" Alana bergumam seraya meletakkan tas selempangnya di atas meja.
Alana tidak ingin memikirkannya terlalu jauh. Dia buru-buru masuk ke dalam kamar mandi untuk menyelesaikan ritual mandinya.
...---...
Seperti biasanya Alana menunggu kepulangan sang suami dari kantor.
"Kenapa Tuan Kenzo belum pulang? Ini sudah jam 10 malam", ucapnya bergumam. Dia khawatir sesuatu terjadi pada suaminya itu.
Tidak lama setelah Alana berfikir, tampak Kenzo masuk ke dalam runah dalam keadaan mabuk. Dia terus meracau menyebut nama Alexa.
"Ternyata dia sangat mencintai adik tiriku itu." Alana menatap lesu Kenzo yang sedang di tuntun Roni. Namun tiba-tiba matanya terbelalak tidak percaya pada apa yang baru saja dilihatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
FT. Zira
biasany sih yg kyk gini mlah awet shabatan
2023-09-30
0
mama Al
aku datang
2023-09-21
0
ZasNov
Apa Kenzo sebenarnya tidak buta ya, dia hanya menguji Alexa saja..
Dan sekarang dia tau watak Alexa yang asli seperti apa..
2023-08-17
0