Keesokan hari...
Alana berjalan dengan riang saat sedang membawa nampan berisi sarapan buatannya.
"Bi Kokom, tolong antarkan ini pada Tuan Kenzo", pinta Alana seraya menyodorkan nampan pada Kokom.
"Baik Nyonya." Kokom meraih nampan dari tangan Alana, lalu berjalan membawanya menuju kamar Kenzo.
Alana pun beranjak dari posisinya, lalu berjalan menuju kamarnya. Dia harus mempersiapkan diri untuk mengikuti kuliah onlinenya.
...---...
Di dalam kamar Kenzo, dia sedang menikmati sarapan spesial buatan istrinya, namun dia sama sekali tidak mengetahui hal itu.
Tok. Tok.
Suara ketukan pintu menghentikan tangan Kenzo menyuapi mulutnya.
"Masuk!"
"Pagi, Tuan. Pagi ini Tuan ada meeting dengan Pak Hermanto. Saya sudah membawa bahannya, berkasnya saya letakkan di meja Tuan", ucap Roni seraya meletakkan berkas di atas meja.
"Oke, tapi tetap kau yang akan menpresentasikan setelah aku selesai menyampaikan poin penting."
"Baik, Tuan", balas Roni dengan sopan.
Klien mereka, pria paruh baya yang sangat suka dengan bahan meeting dalam bentuk kertas itu, memaksa Roni untuk membuat bahan meeting dalam 2 versi.
"Menu sarapan Tuan beda dari biasanya", ucap Roni saat melihat hidangan yang menyisakan setengahnya.
"Mungkin Bi Kokom menemukan resep baru yang cocok buat kesehatanku", sahut Kenzo asal. Pria 29 tahun yang tidak suka berbohong itu, sangat buruk saat berbohong.
"Owh, begitu ya Tuan. Tapi ini memang terlihat lebih menyehatkan dari yang biasanya." Roni duduk di sofa seraya menunggu Tuannya itu menyelesaikan sarapannya.
"Aku percaya dengan ucapanmu, karena lidahku juga mengecap makanan ini tampak lebih enak." Kenzo meletakkan sendok dan garpu di atas piring lalu meraih gelas seakan tidak merasa kesulitan.
Roni melihat setiap gerakan Kenzo, dia selalu merasa Tuannya itu tidak benar-benar buta. Dia bahkan pernah mencoba menguji kebenarannya dengan meletakkan sesuatu dihadapan Kenzo. Namun Roni tidak berhasil membuktikannya.
"Ayo, kita pergi", ajak Kenzo. Lalu dia bangkit dari tempat duduknya dan tanpa sengaja menyenggol berkas yang tadi diletakkan oleh Roni.
Roni juga ikut beranjak dari tempat duduknya. Lalu dia berjalan menuju pintu keluar seraya menuntun Kenzo.
...---...
Selisih beberapa menit Alana datang ke kamar Kenzo. Dia mengetuk pintu beberapa kali sembari menunggu jawaban dari dalam. Alana yang tidak sabar menunggu, akhirnya mencoba membuka pintu kamar Kenzo. "Tidak dikunci", gumamnya. Lalu dia berjalan masuk ke dalam kamar yang tampak luas dengan desain yang menarik.
Alana terus melangkah sembari memperhatikan ke sekeliling, barangkali Kenzo sedang duduk di salah satu sudut ruangan itu. "Apa dia sudah berangkat kerja?" tanyanya bermonolog.
Alana baru saja mendapat telepon dari dosennya untuk datang ke kampus hari ini. Makanya dia terburu-buru datang ke kamar Kenzo tanpa bertanya terlebih dahulu pada Kokom tentang keberadaan Kenzo.
"Sepertinya dia sudah berangkat kerja", sesalnya. Dia membalikkan badannya dan hendak berjalan ke luar dari kamar Kenzo. Sesuatu di dekat kaki meja terinjak olehnya. "Apa ini", ucapnya sembari membaca lembaran kertas itu. Kemudian dia buru-buru turun ke bawah dan mencari supir yang khusus disiapkan oleh Kenzo selama Alana ingin bepergian ke luar.
...---...
Saat sedang diperjalanan ponsel sang supir berbunyi. Dia bergegas menerima panggilan telepon itu.
"Halo, Pak Roni", sahut sang supir.
"Pak Heri di mana sekarang?" terdengar suara Roni yang sedang bertanya dengan sedikit panik.
"Saya sedang di jalan mau mengantarkan Nyonya ke kantpr Tuan Kenzo", jawabnya masih dengan fokus menyetir.
"Ada keperluan apa Nyonya datang ke kantor?"
"Kata Nyonya ada berkas Tuan yang tertinggal di rumah", sahutnya sembari menepikan kendaraan.
"Tolong berikan ponselnya pada Nyonya", pinta Roni dengan tidak sabar.
Sang supir langsung memberikan ponselnya pada Alana. Meskipun Heri mengaktifkan pengeras suara diponselnya, namun suara Alana tidak akan terdengar jelas oleh Roni karena posisi duduk Alana berada di belakang supir.
"Halo, Pak Roni", ucap Alana saat ponsel milik pak Heri sudah berada di tangan Alana.
"Halo, Nyonya. Apa saya boleh tahu berkas milik Tuan Kenzo yang tertinggal?"
"Sepertinya ini berkas untuk keperluan meeting hari ini", jawab Alana.
"Owh, berarti berkas sudah ada di tangan Nyonya. Kalau begitu saya akan menunggu Nyonya di lobi kantor", sahut suara Roni dari seberang telepon.
"Saya sudah di depan kantor Tuan Kenzo dan sebentar lagi saya akan masuk ke lobi", jawab Alana. Lalu dia memberikan ponselnya pada Heri.
"Baik, Nyonya. Saya akan turun ke bawah", sahut Roni yang masih dapat di dengar oleh Alana karena loudspeakernya masih aktif. Lalu Roni memutus sambungan telepon.
Alana berjalan menghampiri resepsionis.
"Selamat pagi, Mba. Ada yang bisa saya bantu?" sapa sang resepsionis dengan ramah.
"Pagi, Bu. Saya mau bertemu dengan Tuan Kenzo", sahut Alana dengan ramah.
Resepsionis itu menatap penampilan Alana yang tampak seperti seorang mahasiswa. "Ada perlu apa, ya?" tanyanya dengan mengubah nada bicaranya.
"Ada yang ingin saya berikan", jawab Alana masih dengan sikap ramah.
"Pak Kenzo sedang rapat!" jawabnya asal. Dia tidak ingin menyia-nyiakan waktunya bertanya pada sekretaris ataupun asisten Kenzo. Dia yakin wanita dihadapannya saat ini adalah mahasiswa yang ingin mengajukan magang di tempat itu.
"Nyonya!" panggil Roni yang datang dari arah sisi kiri Alana. Mulut sang resepsionis menganga saat mendengar sapaan yang baru saja didengarnya keluar dari mulut Roni.
"Pak Roni. Ini berkasnya", ucap Alana sembari menjulurkan tangannya.
Roni meraihnya, lalu meneliti berkas itu sekilas. "Syukurlah Nyonya mengantarnya. Tuan Kenzo memang membutuhkannya sekarang."
"Saya tidak sengaja menemukannya di lantai kamar Tuan Kenzo", sahut Alana. "Kalau begitu saya pamit, harus buru-buru ke kampus. Tolong sampaikan pada Tuan Kenzo hari ini saya di minta dosen datang ke kampus", lanjutnya. Lalu dia beranjak dari tempat itu setelah Roni membalas ucapannya.
Roni menatap punggung Alana yang semakin menjauh, hingga menyisakan bayangannya. Dia tersenyum bahagia, karena Tuannya telah menikah dengan wanita yang lembut dan sangat baik.
"Syukurlah Tuan tidak menikah dengan kekasih galaknya itu", gumam Roni seraya melangkahkan kakinya berjalan menuju pintu lift.
Sementara sang resepsionis penasaran dengan hubungan Alana dengan Kenzo. Lalu dia melirik kesekelilingnya dan mencuri waktu membuka ponselnya. Dibukanya group yang beranggotan para penggosip itu. Dia menanyakan tentang istri bosnya, barangkali ada yang mengenalnya. Namun bukan jawaban yang dia dapatkan dari teman gosipnya itu. Mereka justru bertanya kenapa dia resepsionis itu menanyakan hal itu. Dia pun menutup chatingan di group itu dengan rasa kesal.
...---...
Di sebuah ruangan, Kenzo sedang berdiri untuk memimpin rapat dengan kliennya itu. Roni pun masuk dan berjalan menghampiri Kenzo.
"Maaf, tadi berkas saya tertinggal", ucap Kenzo saat mengendus wangi parfum Roni yang sedang berdiri disampingnya.
Kemudian Roni mengambil alih pimpinan rapat. Dia menjelaskan dengan rinci bahan presentasi yang dia buat bersama Kenzo. Walaupun Kenzo buta, namun kecerdasannya tidak berkurang sedikitpun. Hal itu membuat kliennya kagum dan langsung menyetujui kerjasama untuk proyek bernilai sangat besar itu.
"Semoga kerjasama ini dapat berjalan dengan lancar", ucap Pak Hermanto seraya menjabat tangan Kenzo. Lalu dia berpamitan.
Kenzo tersenyum bahagia karena rapat saat ini berjalan dengan lancar.
"Terimakasih!" ucap Kenzo.pada Roni.
"Semua ini karena Nyonya, Tuan. Jika saja Nyonya tidak mengantar berkas tepat waktu, maka kita akan mendapat malu", jawab Roni.
Kenzo terdiam beberapa saat. Dia kagum dengan perbuatan Alana yang menurutnya sangat bijak. "Oke, nanti aku akan berterimakasih padanya", ucap Kenzo seraya beranjak dari posisinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
FT. Zira
penasaran klo kenzo denger roni ngomong gini reaksinya gmna🤣
2023-09-30
0
FT. Zira
ehemm... belum tau aja siapa yg bikin😏
2023-09-30
0
ZasNov
Berkat Alana, meeting berjalan dengan lancar.. Kenzo memang wajib berterima kasih nih sama Alana..
2023-08-17
0