Alana melangkahkan kakinya, berjalan menuju ruang dosen. Dia sedikit terburu-buru, karena sudah terlambat beberapa menit dari jam yang dijanjikannya dengan sang dosen.
"Hai, Alana", panggil seorang wanita bertubuh tinggi langsing itu seraya berjalan menghampiri Alana.
Alana menoleh saat mengenal suara yang tidak asing lagi baginya. "Diva!" seru Alana seraya memeluk sahabatnya itu. "Bukankah kau.kuliah di London?" Alana melepas pelukannya seraya menarik tangan Diva dan menuntunnya duduk.
"Iya, aku memang kuliah di sana. Aku datang ke tempat ini karena dosenku di undang sebagai nara sumber acara di sini. Dia memintaku untuk menemaninya sebagai guide", ucapnya dengan tertawa keras hingga mereka menjadi perhatian para mahasiswa lain.
"Kenapa?" tanya Diva yang tidak suka dengan tatapan sinis mahasiswa lain yang sedang berada di tempat itu. "Tidak pernah lihat cewek cantik tertawa?" lanjutnya yang membuat mahasiswa lain semakin merasa jijik.
"Sungguh persahabatan kalian sangat cocok. Yang satu anak pembantu pembawa sial dan satunya lagi si narsis yang tidak sadar diri", ucap wanita bermulut tajam itu.
"Siapa kau yang beraninya memfitnah orang! Apa mulutmu tidak --- " Alana menarik Diva menjauh dari wanita yang terkenal angkuh itu. "Hentikan Alana!" titahnya saat Alana terus menariknya menjauhi lawan bicaranya.
Alana melepaskan pegangannya. "Aku hanya tidak ingin kau dan dia bertengkar lebih hebat, hingga beradu fisik. Kalau sampai itu terjadi, maka namamu akan buruk dan dosenmu akan mendapat malu", terang Alana.
Diva mendelik mendengar penuturan Alana. "Aku tidak memikirkan sampai sejauh itu. Terimakasih, kau memang sahabat terbaikku."
Tiba-tiba terdengar dengungan suara mikrofon. "Apa acaranya akan di mulai?" tanya Diva.
"Habislah aku!" rutuk Alana.
"Kau kenapa?" tanya Diva bingung.
"Sebenarnya dosenku meminta aku menemuinya pagi ini, tapi sepertinya aku melupakan itu karena asyik berbincang denganmu", imbuhnya.
"Maaf, aku menjadi sumber masalah bagimu."
Alana tersenyum menatap sahabatnya yang tidak pernah berubah itu. "Itu bukan salahmu. Aku yang telah melupakannya. Kalau begitu aku pergi dulu", tutur Alana dengan lembut.
"Iya, Alana. Semoga dosenmu tidak marah", balas Diva dengan perasaan cemas.
...---...
Tidak lama kemudian Alana datang bersama dosennya menuju gedung auditorium kampus.
"Alana..." panggil Diva dengan berbisik.
Alana menoleh, lalu dia menghampiri sahabatnya itu. Kemudian dia duduk di samping Diva.
"Kalau aku tahu kau.juga ikut di acara ini, aku pasti menyiapkan beberapa cemilan untuk kita", bisiknya saat Alana berhasil menempelkan bokongnya di kursi.
Alana tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. "Kau tidak pernah berubah", balas Alana dengan berbisik.
Diva baru saja akan membalas ucapan Alana, namun dosennya yang duduk persis di depan mereka menoleh ke belakang dengan tatapan tajam.
Tawa Alana hampir saja meledak kala melihat ekspresi lucu sahabatnya. Dia memalingkan wajahnya agar tidak terpengaruh saat melihat mimik wajah Diva.
"Selamat pagi buat kita semua yang hadir di tempat ini", ucap salam pembuka oleh pembawa acara kampus Alana.
Mereka pun fokus menatap ke depan, karena acara sudah di mulai.
"Dengan mengusung tema, Pertumbuhan Ekonomi Kelas Menengah Ke atas", ucap MC yang di sambut dengan tempik sorak.
Acara di awali dengan pembukaan oleh Rektor. Setelah itu akan masuk pada acara inti, yang disampaikan oleh para nara sumber.
Alana begitu antusias mencatat materi-materi yang menurutnya sangat menarik. Sementara Diva hampir saja tertidur, karena merasa bosan mendengarkan materi yang sama yang pernah disampaikan oleh dosennya itu.
Tidak berselang lama nara sumber mengakhiri ucapannya. Sudah 1 jam lebih dia berdiri di atas sana, bahkan dia sudah menghabiskan 2 botol air mineral selama sesi tanya jawab berlangsung. Lalu dia mengembalikan podium pada pembawa acara.
Acara belum usai. Pembawa acara memberikan klue tentang seseorang yang sukses yang akan menjadi tamu yang diundang khusus dalam acara itu, agar semuanya bisa bertanya tentang kiat sukses dalam dunia bisnis.
"Mari kita sambut Pak Kenzo Thompson", ucap pembawa acara dengan penuh semangat.
Pembawa acara wanita sangat berbeda saat menyambut Kenzo. Dia seakan tebar pesona pada pria yang telah menjadi suami Alana itu.
"Kau kenapa?" tanya Diva saat melihat Alana menatap emosi ke arah podium.
Alana menoleh ke arah Diva dengan tersenyum canggung. "Eh, bukan apa-apa", jawabnya berbohong. Kenapa aku harus marah, Kenzo kan tidak bisa melihat. Ucap Alana di dalam batinnya.
Tidak lama kemudian nama Alana di sebut untuk naik ke panggung. Dia sebagai perwakilan dari mahasiswa seangkatannya untuk mendampingi Kenzo, karena keterbatasannya dalam bergerak.
Alana naik ke panggung dengan membawa bahan materi yang sudah diberikan oleh dosennya. Alana mendapat tugas dari sang dosen untuk mengembangkannya sendiri agar sesi interaksi dengan pengusaha terkenal itu menjadi lebih menarik.
Kenzo mulai membagikan pengalamannya selama berkecimpung di dunia bisnis. Bahkan dia meminta pendapat Alana tentang bisnis.
Alana yang selalu mendapatkan nilai terbaik di kelasnya itu dengan mudah memaparkan idenya. Penjelasan yang disampaikan Alana membuat Kenzo terkesiap. Dia kagum akan kecerdasan istrinya itu.
"Ternyata kamu punya potensi untuk menjadi pengusaha sukses", puji Kenzo. Namun Alana membantah ucapan Kenzo. Dia mengatakan teori dan praktek terkadang saling bertolak belakang, jadi belum tentu dia bisa menjalankan bisnis seperti Kenzo.
"Namun kalau kita punya tekad yang kuat, maka tidak ada yang tidak mungkin!" tegas Kenzo yang membuat Alana tersenyum.
"Saya setuju dengan perkataan Tuan Kenzo yang terakhir, bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Namun keahlian juga diperlukan", ucap Alana.
Kenzo tersenyum tipis. Dia tidak menduga Alana, istrinya itu dengan begitu santai saat menjawab pertanyaan darinya.
Setelah hampir 2 jam lamanya Kenzo berdiri untuk memberi materi akhirnya dia menyudahi sesi itu dan mengembalikannya pada pembawa acara.
Kenzo turun dari panggung dengan di tuntun oleh Alana.
"Terimakasih", ucap Kenzo dengan ramah saat dia kembali ke tempat duduknya. Dia tidak mau menunjukkan pada semua orang identitas Alana sebagai istrinya.
Namun tanpa mereka sadari, Alexa sedari tadi menatap mereka dari kejauhan dengan tersenyum sinis. "Mereka pasangan yang cocok", sindirnya dengan bergumam. Lalu dia beranjak dari tempat yang menurutnya membosankan.
"Penampilanmu sungguh bagus!" Puji Diva. "Keren!" lanjutnya dengan menaikkan kedua jari jempolnya. "Aku bangga menjadi sahabatmu."
"Baiklah, kita sudah sampai di penghujung acara pada siang yang berbahagia ini." Terdengar suara MC.
Tidak lama kemudian MC mengakhiri acara itu dan mengumumkan bahwa perusahaan milik Kenzo telah menyiapkan souvenir di dekat pintu keluar gedung itu.
"Ternyata Tuan Kenzo itu selain tampan juga suka memberi, ya. Idaman banget, tapi sayang..." Diva menggantung ucapannya. Dia merasa tidak baik membicarakan hal tabu bagi seseorang.
"Dia memang baik. Mungkin sedikit keras saat apa yang diinginkannya tidak sesuai", bela Alana. Alana sangat yakin sifat keras Kenzo itu terbentuk karena kerasnya dunia bisnis yang sedang dia geluti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
ZasNov
Kenzo pasti kagum ya, ternyata Alana adalah gadis yang sangat cerdas. Sangat pantas menjadi istri pengusaha sukses kayak Kenzo..
2023-08-17
3
linda sagita
terkejut nggak tu???? ayo Alana.
2023-07-15
0
Elisabeth Ratna Susanti
lanjut 👍
2023-07-14
0