Sebuah fakta mengenai kejadian 12 tahun lalu mengusik pikiran Kenzo. Dia pulang lebih awal dari biasanya dengan tujuan utamanya adalah menemui Alana.
"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanya Kokom, saat melihat Kenzo berjalan dengan tongkatnya menuju kamar Alana.
"Saya mencari Alana", sahutnya yang membuat Kokom terkesiap. Karena untuk pertama kalinya Kenzo pergi ke kamar Alana bahkan sampai ingin bertemu langsung dengan Alana.
"Nyonya belum pulang dari kampus Tuan", jawab Kokom dengan sopan.
"Oke, kalau begitu. Tolong buatkan saya makanan penutup seperti malam sebelumnya", pinta Kenzo yang membuat Kokom bingung.
"Ba-baik Tuan", jawab Kokom gugup. Lalu dia pergi dari hadapan Kenzo. Dia berjalan sembari berfikir apa yang harus dia lakukan, karena Alana yang telah membuatkan makanan penutup pada malam itu.
"Bagaimana ini? Kalau menunggu Nyonya pulang, maka tidak akan sempat untuk menyiapkannya", gumam Kokom seraya berfikir. Lalu dia mencoba mencari resepnya di aplikasi ponselnya.
...---...
Sementara Kenzo masuk ke dalam kamar Alana. Dia menatap kagum kamar sempit yang sudah di sulap menjadi kamar bak tuan putri itu.
"Ternyata dia juga kreatif", gumam Kenzo. Lalu dia menyusuri setiap sudut kamar itu. Netranya tertuju pada sebuah kotak kecil yang terletak di atas meja. Tanpa izin pemiliknya, Kenzo langsung membuka kotak berwarna perak itu. Didalamnya terdapat beberapa jepitan rambut dan kalung yang mengusik perhatian Kenzo.
"Jepitan rambut ini", gumamnya kala mengingat sebuah peristiwa yang tidak pernah dia lupakan. Tangannya meraih kalung yang juga tidak asing baginya. "Kalung ini persis milik Alexa", ucapnya bermonolog. Dia sangat hafal dengan bentuk huruf yang menggantung pada kalung itu. Tapi ada yang berbeda, kalung milik Alana terukir namanya di balik huruf.
Kenzo keluar dari kamar Alana. Kini dia percaya dengan ucapan Roni dan mulai ragu dengan perkataan Alexa.
...---...
Satu jam kemudian Alana pulang dari kampus. Dia masuk ke dalam kamarnya, lalu merebahkan diri di atas kasur kecil dengan seprei bermotif tokoh kartun kesukaannya.
"Lelahnya hari ini", gumamnya seraya menarik bantal guling dan memeluknya erat. "Andai aku punya pintu kemana saja, ingin rasanya aku pergi bertemu dengan Mama sewaktu dia hidup", ucap Alana bermonolog.
Tok. Tok.
Suara pintu diketuk membuat Alana berdecih. Dia sebenarnya tidak ingin di ganggu oleh siapapun saat ini. Dengan malas Alana bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju pintu.
"Ada apa, Bi?" tanya Alana kala melihat Kokom berdiri dihadapannya.
"Bantu saya Nyonya", pinta Kokom seraya menarik tangan Alana.
"Saya lelah, Bi", sahut Alana sambil menghempas tangannya.
"Tolong untuk kali ini saja, Nyonya", pohon Kokom dengan mengatupkan kedua tangannya. Dia tidak ingin Kenzo mengetahui bahwa Alana yang telah membuatkan makanan itu untuknya.
"Emangnya Bibi mau di bantu apa?" tanya Alana kesal.
"Ajarin Bibi buatkan makanan penutup seperti malam sebelumnya."
Alana menggelengkan kepalanya. "Maaf, Bi. Itu resep milik alamarhumah Mama saya. Saya tidak akan memberikannya pada siapa pun!" tegas Alana.
"Kalau begitu bantu saya membuatkannya untuk kali ini saja, Nyonya. Tuan Kenzo minta dibuatkan makanan penutup itu", ucap Kokom dengan rasa khawatir, karena1 jam lagi adalah jam makan malam Kenzo. Dia tidak mau Tuannya itu marah, saat melihat pesanannya tidak tersedia di meja.
"Oke, saya hanya membantu sampai semua bahan sudah tercampur, selebihnya Bibi yang lanjutkan", sahut Alana. Dia tidak ingin Kokom mendapat masalah hanya karena perkara makanan.
...---...
Setelah membantu Kokom, Alana bergegas masuk ke kamar mandi. Hanya butuh waktu 15 menit, dia sudah menyelesaikan ritual mandinya. Lalu dia berjalan menuju almari yang ada di dekat jendela. Namun dia berjalan mundur kembali saat baru saja melewati meja riasnya. Netranya terusik oleh sebuah kotak kecil yang berpindah posisi.
Alana langaung meraih kotak berwarna perak itu, lalu melihat isinya. "Tidak ada yang hilang. Apa seseorang mengira kalau aku menyimpan banyak perhiasan didalamnya?" ucapnya bermonolog. "Sungguh malang sekali pencuri itu padahal kalung ini terbuat dari emas putih", lanjutnya sambil menatap kalung yang tadi di pegang oleh Kenzo.
Alana memutuskan untuk menyimpan kotak itu di tempat yang aman, agar si pencuri tidak mencoba meneliti kembali kalung pemberian Ibunya itu.
Setelah Alana berpakaian rapi. Dia berjalan keluar dari kamarnya menuju dapur. Di sana dia bertemu pelayan yang biasa menyiapkan makanan. "Bi, apa makanan yang dibuat untuk makan malam masih ada?" tanya Alana yang mulai merasakan perutnya berbunyi.
"Masih Nyonya. Apa makanannya mau di panasi?"
Alana manggut-manggut. "Tolong ya Bi", sahut Alana dengan nada lembut.
"Baik, Nyonya." Sang bibi langsung berjalan menuju dapur dan memanaskan beberapa makanan yang tidak di sentuh oleh Kenzo.
Alana memainkan ponselnya seraya menunggu ART menyiapkan makanan untuknya.
Kenzo yang baru saja keluar dari ruang makan menatap Alana dari kejauhan. Dia merasa Alana tidak seperti yang dikatakan oleh Roni. Wanita mandiri dan selalu bersikap rendah hati.
...---...
Di rumah kediaman Ramond.
Suasana hening beberapa bulan ini kembali riuh sejak kedatangan Alexa ke rumah itu. Pernyataan Alexa kembali membuat Ramond kecewa. Alexa yang sebelumnya telah membatalkan pernikahan dan lari bersama pria lain. Kini dia ingin merebut kembali pria yang sebelumnya tidak ingin dia nikahi, namun kini ingin dia nikahi.
"Apa kau pikir pernikahan itu sebuah permainan?" tanya Ramond dengan suara keras.
"Kali ini Alexa serius, Pa. Lagi pula Kenzo hanya mencintaiku. Dia sudah membuat kontrak nikah bersama Kak Alana selama 1 tahun."
Ramond terkesiap mendengar penuturan Alexa. Dia tidak menyangka Alana mengalami itu semua, namun tidak pernah memberitahunya. "Jangan ganggu rumah tangga Kakakmu!" tegas Ramond. Lalu dia melangkahkan kakinya meninggalkan Alexa dan istrinya yang masih mematung.
"Mama..." rengek Alexa saat Ramond tidak mau mendukung rencananya dan Kenzo.
"Kamu tenang dulu. Mama yang akan membujuk Papamu", ucap Sally. Lalu dia pergi menyusul Ramond.
Sepeninggal sang Ibu, ponsel Alexa berbunyi. Netranya terkesiap kala membaca nama di layar ponselnya. Dengan buru-buru Alexa menaiki anak tangga dan berjalan menuju kamarnya. Dia tidak ingin orang lain, khususnya ART rumah itu yang mendengar perbincangannya di telepon.
Sesampainya di dalam kamar Alexa langsung menggeser tombol hijau dan menyahut panggilan telepon dari Steve.
"Halo, sayang", ucap Alexa lembut.
"Sayang kau di mana? Kenapa tidak datang kemari?" Pertanyaan bertubi-tubi dari Steve membuat Alexa jengah. Pikirannya yang masih kacau dengan apa yang diucapkan ayahnya, kini tambah seorang lagi yang terus mendesaknya.
"Sayang, aku minta maaf. Aku mau kita putus saja. Papaku tidak setuju kita pacaran. Sekarang Papa mengurungku tidak bisa keluar rumah, bahkan saat ini aku harus mengikuti kuliah online", terang Alexa.
Steve menolak untuk putus dengan Alexa. Dia bahkan mengancam akan membawa Alexa dari rumah itu, jika Alexa masih saja ingin putus darinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Narimah Ahmad
sgt bagus 👍☺️
2023-11-13
0
FT. Zira
🌹mendarat untukmu thor🤗
2023-10-02
0
FT. Zira
suamimu sendiri d sebut pencuri🤣🤣
2023-10-02
0