Alexa sudah tiba di lobi perusahaan Kenzo. Dia langsung melewati sang resepsionis dan ingin berjalan masuk melewati security.
"Tolong tempelkan tanda pengenalnya, Mba", pinta security dengan ramah.
"Bapak tidak kenal saya?" tanya Alexa dengan tidak ramah.
"Maaf, mba. Kalau memang mbanya sudah punya janji dengan seseorang, silahkan ambil tanda pengenal pengunjung di bagian resepsionis", ucapnya masih dengan sikap ramah.
"Awas kamu ya,.saya akan minta Kenzo untuk segera memecat kamu!" teriak Alexa, hingga Karyawan yang sedang berada di lobi menjadikan mereka tontonan.
"Tolong jangan buat keributan di sini mba!" pinta sang security. Dia tidak ingin atasannya melihat hal itu dan malah akan memarahinya.
"Ada apa ribut-ribut?" tanya Roni yang kebetulan turun ke lobi.
"Tolong beri tahu security belagu ini siapa saya!" cibir Alexa.
"Emangnya kamu siapa?" tanya Roni santai. Lalu dia mengalihkan pandangannya. "Pak Suyitno jalankan saja tugas kamu dengan baik", lanjutnya seraya beranjak dari posisinya.
"Asisten belagu! Lihat saja kalau aku menikah dengan Kenzo, maka... kau akan aku pecat juga!" teriak Alexa, sehingga mengganggu beberapa tamu yang akan masuk.
Sang security kembali menawarkan pada Alexa, agar meminta tanda pengenal tamu pada sang resepsionis, namun di tolak mentah-mentah oleh Alexa. Dengan terpaksa security itu menyeret Alexa keluar.
"Lepaskan tanganmu!" sergah Alexa sembari mencoba menghempas tangan sang security. "Berani sekali kau menyentuh tangan Nyonya Kenzo!"
Suyitno menghiraukan ucapan Alexa. Dia tahu wanita itu sedang berbohong, karena asisten Kenzo saja tidak mengenalnya. Dia pun kembali menarik tangan Alexa dan membawanya keluar.
"Akan aku balas perbuatanmu ini. Lihat saja aku tidak main-main!" tukas Alexa seraya meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Kenzo.
"Arrgghh... " teriaknya frustasi saat Kenzo tidak mengangkat teleponnya. Tidak lama kemudian Kenzo menghubunginya kembali, namun yang berbicara dengannya bukan Kenzo melainkan Roni. Dia mengatakan agar Alexa meminta tanda pengenal terlebih dahulu pada resepsionis supaya dia bisa masuk dan bertemu.dengan Kenzo.
Alexa ingin menyela ucapan Roni, namun Roni sudah memutus sambungan telepon. "Awas saja kau asisten belagu!" ucap Alexa.dengan penuh emosi. Lalu dia kembali masuk ke dalam lobi perusahaan Kenzo dan terpaksa melakukan seperti intruksi Roni.
"Dasar wanita tidak malu", cibir sang resepsionis kala melihat Alexa berjalan menghampirinya.
"Aku tahu kau sedang mengataiku!" ucap Alexa dengan tatapan tajam. "Aku juga akan segera memecatmu, tunggu saja!" ancamnya dengan tersenyum sinis. Lalu dia memberikan kartu identitasnya.
Sang resepsionis tidak menyahut ucapan Alexa, dia pun takut jika perkataan Alexa benar-benar terjadi. "Ini tanda pengenal anda", ucap sang resepsonis dengan ramah.
"Hem, ternyata kau takut juga. Oke, aku tidak akan membiarkanmu di pecat, kecuali dia", tunjuk Alexa pada sang security yang masih berdiri di posisinya semula. Lalu dia pun masuk ke dalam menggunakan kartu visitor.
"Siap-siap saja ya, bye!" ledek Alexa pada security yang masih mematung diposisinya. Lalu dia melangkahkan kakinya dan berjalan layaknya seorang model.
Siapa dia sebenarnya? Kenapa Tuan Kenzo malah mengizinkannya masuk. Ucap sang security di dalam batinnya.
......----......
Diruangan Kenzo, Roni menatap bosnya itu dengan raut wajah bingung. Entah apa tujuan Tuan Kenzo memanggil Alexa ke atas. Padahal dia tahu pasti alasan Alexa datang menemuinya. Ucap Roni di dalam batinnya.
"Apa ada yang ingin kau tanyakan?" tanya Kenzo saat melihat raut wajah Roni.
Roni menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak ada, Tuan. Saya tadi hanya menerka-nerka tujuan Alaexa datang kemari."
"Kau tidak perlu tahu hal itu. Tapi saat dia masuk, kau bisa keluar."
"Baik, Tuan", jawab Roni tanpa bantahan.
Tidak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu.
"Masuk!" seru Kenzo.
"Sayang... " rengek Alexa kala pintu ruangannya terubuka lebar.
Roni langsung beranjak dari posisinya berdiri dan buru-buru keluar dari ruangan itu, tanpa menyapa Alexa.
"Lihatlah asistenmu itu sayang", rengeknya saat Roni sudah keluar.
"Kenapa dengan Roni?"
"Andai saja kau bisa melihat ekspresi wajahnya. Kau pasti akan marah padanya", imbuhnya seraya berjalan mendekati Kenzo. "Sayang, kenapa tidak kau pecat saja asisten yang tidak menghargai calon istrimu ini!"
Kenzo berdehem sembari menggeser kursinya. "Jangan pedulikan Roni. Katakan saja, kenapa kau tiba-tiba datang?"
"Aku merindukanmu, sayang. Sudah 2 bulan kita tidak pernah jalan bareng", ucapnya. Lalu dia mencoba dekat dengan Kenzo.
"Aku sibuk belakangan ini, bahkan untuk sebulan kedepan aku akan melakukan perjalanan bisnis ke luar kota."
Alexa menyeringai. Dia memikirkan sesuatu yang membuatnya senang.
"Kalau begitu, aku ikut menemanimu sayang. Kau berurusan dengan bisnismu dan aku bisa hunting ke tempat-tempat yang menyenangkan", imbuh Alexa.
"Tidak bisa! Karena rekan bisnisku membawa istri mereka masing-masing. Sedangkan mereka tahu kalau aku sudah menikah", ucapnya dengan nada serius.
Alexa merengut. Dia menjauhi Kenzo dan berjalan dengan menghentakkan kakinya. "Kau kan bisa mengatakan kalau aku ini adalah istrimu!"
"Kemungkinan mereka mengenal Alana, karena mereka hadir di acara pernikahanku", sahut Kenzo yang membuat Alexa kecewa.
"Tunggu dulu!" seru Alexa seakan menemukan ide. "Wajah kami sangat mirip, jadi mereka tidak akan curiga kalau aku bukan Alana."
"Kau benar,.wajah kalian memang mirip", balas Kenzo. Alexa pun tersenyum mendengarnya. "Tapi suara kalian jauh berbeda", lanjut Kenzo.
"Mereka pasti sudah lupa dengan suara Alana", sahut Alexa yang berusaha meyakinkan Kenzo. Dia tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bisa pergi berlibur.
"Akan aku pikirkan lagi", jawab Kenzo.
"Oke, sayang. Aku harap keputusanmu tidak mengecewakanku."
Kenzo hanya membalas dengan tersenyum. Dia tahu siapa yang lebih dibutuhkan saat perjalanan bisnis nanti.
Alexa pun pamit. Dia pergi dari kantor Kenzo dan melupakan tujuan utamanya datang ke sana.
...---...
Di tempat berbeda, di dalam kamar sempit Alana. Suasananya hening, seakan tidak ada siapapun di sana. Padahal Alana sedang duduk meringkuh di atas tempat tidurnya. Otaknya seakan di peras untuk memikirkan, bagaimana dia akan meminta bantuan pada Kenzo.
"Rasanya lebih sulit meminta bantuan Kenzo dari pada mengikuti ujian semester", gumam Alana seraya menghembuskan nafasnya. Sudah 1 jam lamanya dia berada di posisi itu, namun tidak ada satu ide pun yang muncul dalam pikirannya.
Alana bangkit dari atas tempat tidur. Lalu dia berjalan menuju kamar mandi. Dia ingin mencoba merenung di kamar mandi, karena orang-orang biasanya suka mendapat ilham ketika berada di kamar mandi.
Saat berada di dalam kamar mandi, Alana tidak tenang. Suara ketukan pintu yang bersamaan dengan suara ponsel miliknya membuat pikiran Alana buyar.
"Iya, sebentar", ucap Alana saat dia keluar dari dalam kamar mandi. Lalu dia berjalan menuju pintu dan membukanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Suharti Rusli
👍
2024-01-02
0
FT. Zira
horee
2023-10-05
1
FT. Zira
kena mental gak tuh? aku suka sama sikap roni. dia tuh bisa jadi penengah
2023-10-05
0