Alexa kembali ke rumah kediamannya seolah dia patuh menjalankan hukuman yang diberikan oleh Ayahnya.
"Bagaimana, Nak?" tanya Sally saat dia melihat Alexa masuk ke dalam kamarnya.
"Mama tenang saja. Tidak ada pria manapun yang menolak pesona putri cantik Mama ini", sahutnya percaya diri.
Sally tersenyum seraya mengusap lembut wajah putri kesayangannya itu. "Kau sangat mirip dengan Mama waktu muda, begitu mudah untuk mendapatkan cinta para pria tampan dan kaya", ucapnya sembari membayangkan masa muda dirinya.
Alexa hanya menatap tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Ibunya. Dia tahu Ibunya bukanlah wanita yang bersaing dengan sehat demi mendapatkan cintanya.
"Ma, aku lapar. Bisa minta tolong ART itu buatkan sesuatu untukku", pinta Alexa.
"Apa kau tidak punya kaki dan mulut? Pergilah minta sendiri pada Tuti?" sergah Sally yang juga sama pemalasnya dengan Alexa.
Alexa bangkit dari posisinya berdiri lalu berjalan menuju pintu, namun langkahnya tiba-tiba saja berhenti. "Kenapa aku harus minta dimasakin sama ART menyebalkan itu?" gumamnya.
"Kenapa kau berhenti disitu, Nak?"
Alexa membalikkan badannya menghampiri Sally. "Ma, bantu Alexa sekali lagi", pohon Alexa dengan puppy eyes.
"Mama tidak mau! Papamu sebentar lagi pulang."
"Please, Ma. Kali ini saja." Alexa menangkupkan kedua tangannya seraya memohon. Namun Sally tidak peduli dengan permintaan putrinya itu. Dia beranjak dari posisinya, lalu berjalan menjauhi Alexa.
"Mama, bantu Alexa", rengeknya seraya berlari kecil mengejar sang Ibu. Namun Sally masih tetap dengan keputusannya. Dia tidak ingin suaminya marah dan uang belanjanya pun berkurang.
...---...
Di tempat lain, di sebuah perpustakaan, Alana sedang sibuk menyelesaikan tugas kampusnya. Dia mendapat tugas khusus, karena minggu depan akan mengikuti kuliah online kembali.
Beberapa mahasiswa berbisik seraya menatap aneh ke arah Alana. Awalnya Alana mengira para mahasiswa itu hanya berbincang biasa dengan berbisik, karena mereka berada di perpustakaan. Namun saat Alana berjalan keluar terdengar jelas apa yang mereka bicarakan.
"Ternyata itu muka aslinya mahasiswi terbaik kita ini!" seru seorang mahasiswi seraya melirik ke arah Alana.
Teman disebelahnya pun menimpali. "Iya, benar. Mukanya saja yang tampak polos, tapi ternyata kelakuannya tidak sepolos yang kita pikirkan", sahutnya.
Alana mulai terusik dengan perkataan mahasiswa itu. Dia menoleh seraya menatap intens wanita yang telah menggosipi dirinya itu. "Apa maksud kamu menatapku saat berbicara seperti itu? Apa kau punya masalah denganku?" tanya Alana.
"Cih, masih saja berpura-pura. Apa tidak cukup dengan apa yang telah Ibumu perbuat. Sekarang kamu yang ingin merebut calon suami orang lain. Dasar Ibu dan Anak keturunan pel*akor!" sindir mahasiswa itu dengan tatapan sinis.
Alana menahan emosinya. Nafasnya pun naik turun, karena mendengar almarhumah Ibunya di fitnah oleh para penggosip yang tidak punya hati itu.
"Aku akan melaporkan kalian atas pencemaran nama baik!" tegas Alana.
"Shhht,, diam!" teriak penjaga perpustakaan.
Alana berjalan mendekati mahasiswa itu. "Aku akan melaporkan kalian atas tuduhan palsu!" lanjutnya yang membuat mahasiswa itu kaget. Dia tidak menyangka mereka mendapat serangan balik dari Alana.
"Silahkan!" tantang teman disebelahnya.."Kami hanya mengatakan kebenarannya, kenapa harus takut!"
"Iya, kau pikir kami takut dengan ancamanmu itu", timpal mahasiswi satunya. "Cih, harusnya kau sadar diri sebagai anak pembantu jangan banyak bertingkah!"
"Minta maaflah, sebelum kalian menyesal!" ucap Alana. Namun para mahasiswa itu hanya tertawa mendengar perkataan Alana, hingga mereka kembali mendapat teguran keras dari penjaga perpustakaan.
Alana keluar dari perpustakaan dengan emosi yang meluap-luap. Dia tahu itu ulah Alexa yang telah mengjrimkan pesan ke group kampus dengan menyebar fitnah tentang dirinya dan almarhumah Ibunya, hingga dirinya di ejek oleh beberapa mahasiswi penggosip.
Tidak berselang lama para mahasiswa penggosip itu tersentak kaget saat mendengar sebuah pengumuman dari pihak kampus yang meminta mereka segera menghadap di ruang Dekan. Alana yang mendengarkan hal itu ikut merasa kaget. Dia belum bertindak, namun para mahasiswa yang telah memancing emosinya itu telah di panggil ke ruang Dekan. Entah itu kebetulan atau tidak Alana ingin mencari tahu tentang hal itu.
...---...
Di dalam ruang kerja, Kenzo duduk termenung memikirkan ucapan Roni. Dia tidak menyangka jika selama ini dia telah salah menemukan gadis kecil 12 tahun yang lalu.
Tok. Tok.
"Masuk", ucap Kenzo saat lamunannya buyar. Dengan cepat Kenzo memakai kaca matanya.
"Permisi Pak", ucap sang sekretaris berjalan menghampiri Kenzo.
"Iya, ada apa?"
"Saya membawa beberapa dokumen kerjasama dengan perusahaan Kian Jaya", sahutnya seraya menyodorkan dokumen ditangannya.
"Oke. Letakkan saja di atas meja!" titah Kenzo. "Sekalian minta Roni keruangan saya!"
"Baik, Pak", jawab sekretaris itu. Lalu dia beranjak dari posisinya dan berjalan menuju pintu keluar.
Hanya selang beberapa menit saat sekretarisnya keluar, Roni masuk ke dalam ruangan Kenzo.
"Ada apa Tuan memanggil saya?" tanya Roni seraya duduk dihadapan Kenzo.
"Berapa umurmu saat ini?"
"Kenapa Tuan menanyakan umurku?"
"Kalau aku tidak salah ingat kau sudah berumur 36 tahun, kan", tebak Kenzo yang kemungkinan benar. "Sudah seharusnya kau menikah dan punya keluarga untuk kau urus", lanjutnya yang membuat Roni mengubah mimik wajahnya.
"Maaf Tuan jika saya berkata tidak sopan. Tapi untuk urusan satu itu, saya harap Tuan tidak perlu ikut campur!" tegas Roni.
Kenzo tertawa mendengarkan ucapan Roni. "Kau terlalu serius! Aku curiga kau bukan pria tulen!" ledek Kenzo memancing emosi Roni.
"Tapi saya bukan seperti yang Tuan tuduhkan!" Emosi Roni benar-benar terpancing. Wajahnya memerah seperti tomat.
"Sudah, sudah! Aku hanya khawatir, sampai saat ini kau tidak menikah hanya karena pekerjaan", imbuh Kenzo. "Aku tidak mau disalahkan atas hal itu!"
"Tuan tidak perlu khawatir. Masalah ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan!" tegas Roni.
"Hem, baiklah", sahut Kenzo kecewa. "Sebenarnya aku ingin menjodohkanmu dengan Shinta."
Roni mendelik mendengar perkataan Kenzo. Dia tidak menyangka Kenzo ingin menjodohkannya dengan sekretaris Kenzo sendiri. "Tapi.Shinta sudah punya kekasih, Tuan", jawabnya.
"Owh, benarkah? Aku tidak tahu itu. Apa kau tahu segala hal tentangnya?" selidik Kenzo.
Wajah Roni berubah gugup. "Ti- tidak seperti yang Tuan pikirkan. Aku hanya ingin menyelidiki semua orang yang berhubungan langsung dengan Tuan", jawabnya.
"Benarkah?"
"I- iya, Tuan." Wajah tegas Roni seketika hilang. Kini dia seperti remaja yang sedang tersipu malu.
"Hem, baiklah. Kalau begitu kjta bahas tentang pekerjaan saja:, ucap Kenzo seraya melirik ke arah Roni. Kedua sudut bibirnya terangkat saat melihat ekspresi lucu wajah Roni.
"Kenapa masih diam!" ucap Kenzo berpura-pura tegas.
Roni pun tersentak kaget. Dia buru-buru meraih dokumen di atas meja. "Eh, iya maaf Tuan!" jawabnya tanpa dia sadari dokumen ditangannya dalam keadaan terbalik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
@Heni khan 😚❤️🇵🇸
Mohon kalee Thor 🤣 Kok pohon
2024-01-16
0
FT. Zira
cie... naksir nih🤭
2023-10-02
0
FT. Zira
balas dengan cara cerdas aja..nga usah pakai tenaga🤭
2023-10-02
0