Section 18. Terjebak & Buntu

Keadaan yang dipungkiri mulai membaik, membuat Terasa melontarkan 1 pertanyaan pada anak muridnya itu. "Jadi, ada rencana baru Kaira ?" Teresa bertanya.

Kaira menggaruk kepalanya canggung, "sejujurnya aku ada. Tapi, tak yakin akan melakukannya. Sedikit beresiko, namun ini kesempatan baik yang bisa kuperkirakan sejauh ini."

"Katakan saja kenapa, jangan bertele-tele gitu, bikin penasaran orang aja" keluh Sena.

Kaira memainkan jari jemari yang terdapat beberapa goresan segar akan darah tersebut, "agak konyol kedengarannya, aku teringat satu scene di film zombie yang kita tonton beberapa hari yang lalu. Kalian ingat saat para tokoh merencanakan untuk kabur saat hari sedang dilanda hujan ?" ketiga temannya mengangguk.

"Oh, saat mereka nekat berjalan di antara zombie bukan ?" Alena mengonfirmasi.

"Tepat sekali. Kupikir kita bisa melakukan hal yang sama dan berlari menuju ruang guru. Tadi saat aku melamun, aku melihat bagaimana tingkah para zombie di bawah sana yang linglung. jika tebakanku benar, itu karena suara guntur dan hujan yang tak hentinya bersuara. Kita bisa menggunakan itu sebagai pengecoh agar dapat kabur dari sini. Malam hari kemudian ditambah hujan dan juga guntur, bukankah hal itu cukup sempurna untuk mengalihkan perhatian para zombie dari kehadiran kita ? Kita bisa ke ruang guru dengan mengendap-endap. Kemudian mengambil kunci mobil dan kabur dari sekolah ini" Kaira menjelaskan panjang lebar.

"Huh, sebenarnya aku tak yakin karena kau mengatakan ini terinspirasi dari film. Tapi, kau juga bilang sudah melihat tingkah mereka secara langsung, kupikir tidak ada salahnya mencoba" Cathleen berkomentar.

"Nah, saya rasa itu bisa kita coba. Kita tidak tahu kapan kesempatan seperti hujan badai ini akan datang. Jadi, mari kita lakukan apa yang Kaira rencanakan" Teresa memberikan pendapatnya.

"Walaupun nanti kita ketahuan oleh para mayat hidup itu, kita bisa melakukan perlawanan seperti tadi sore. Kita cukup pro karena memiliki banyak pengalaman serupa bukan ?" Sena ikut menyuarakan pemikirannya.

Teresa, Erden, Juno, dan Naomi hanya mengangguk ragu karena sejujurnya mereka baru 2 kali ini melakukan perlawanan. Berbeda dengan 4 sekawan D-CAISA yang sudah melakukannya beberapa kali. Setidaknya mereka memiliki orang-orang yang sudah berpengalaman beberapa hari belakangan. Kesepakatan diambil cepat dengan mengikuti apa yang Kaira katakan. Dipikir-pikir selama ini mereka selalu melakukan rencana Kaira. Entahlah saking terlalu nekat (dan gilanya), anak itu memiliki seribu rencana yang terbentuk di kepalanya. Boleh dikata isi kepala Kaira memang tak tertebak.

"Tetap berjalan berdekatan !" titah Teresa yang was-was bila mereka bisa jadi terpisah nantinya. Kali ini dia yang menggendong Cathleen. Menggunakan kursi roda saat menuruni tanjakan yang terbuat dari besi hanya akan mengundang para zombie untuk menyerang mereka. Jadilah, Teresa menawarkan dirinya untuk menggendong Cathleen di punggung wanita itu.

Anak muridnya mengangguk mematuhi perintah sang guru. Setelah mereka menyingkirkan susunan meja dan kursi yang dipakai menahan pintu rooftop, mereka bersiap dalam satu barisan dengan Erden serta Juno di depan, dilanjuti oleh Naomi, Cathleen, dan Teresa. Di barisan paling belakang dengan Alena dan Kaira yang mengangkut kursi roda Cathleen, sementara Sena berada di barisan paling akhir untuk menjaga mereka. Erden memberikan kode bahwa dia akan membuka pintunya. Kemudian di detik berikutnya pemuda asal mongolia itu menarik pelan handle pintu. Berusaha sebisa mungkin tak menimbulkan suara derit dari pintu tersebut.

Mereka menahan nafas kala melihat 2 sosok zombie yang berada di depan pintu dengan keadaan yang linglung selepas guntur kembali menyambar. Erden dan Juno maju perlahan kemudian memukul dengan cepat kepala mereka. Beberapa hari telah berlalu dan tubuh para zombie sudah mulai menunjukkan tanda membusuk. Hanya dengan satu pukulan dari Erden dan Juno, kedua zombie jatuh tergeletak di tanah, kepala mereka hancur dengan genangan darah yang mulai membanjiri. Setelah memastikan bahwa keadaan di tangga aman, mereka perlahan turun menuju lantai 4.

Juno mengangkat kepalan tangannya memberikan isyarat agar mereka berhenti sejenak. Dia menjulurkan sedikit kepalanya untuk melihat keadaan di lorong lantai 4 menuju ke tangga turun ke lantai 3. Juno mengambil langkah pelan memimpin teman-temannya. Mereka semua menahan nafas sejenak saat melewati sesosok zombie yang berjalan linglung di samping mereka. Setelah berhasil melewati satu cobaan berbahaya itu, mereka segera menuruni tangga lantai 3.

Perjalanan mereka berjalan lancar sampai di lantai 2. Tapi, ketika mereka sampai di lorong lantai dasar, secara mendadak Erden dan Juno merentangkan tangannya. Membuat mereka yang berada di barisan belakang bertabrakan satu sama lain. Kaira mengaduh pelan kala pegangan di belakang kursi roda Cathleen menghantam kepalanya. Dia mengulurkan kepalanya hendak protes ke barisan depan yang mendadak berhenti, namun bibirnya langsung terkatup melihat pemandangan dimana banyak zombie yang menghadang mereka. Ini terlalu banyak dan mereka tidak akan sempat melawan karena bisa memicu kawanan di lapangan sana datang menghampiri. Ah, tinggal sedikit lagi padahal.

Kenapa pula kejutan tak diharapkan menghampiri saat mereka hampir berhasil ?!

Mereka semua menahan nafas dan berusaha untuk melangkah secara mundur kala para zombie itu datang mendekat. Entah dewi fortuna yang sedang berpihak pada mereka atau bagaimana, ada seorang guru yang berhasil memancing perhatian para zombie itu berpaling dari mereka berdelapan. Guru bergender pria itu berlari di halaman berusaha menghindari kejaran para zombie yang mengincarnya. Suara makiannya yang lantang sukses memancing para zombie yang menghadang mereka di lorong lantai dasar, berlari ke arah dirinya. Tak menyia-nyiakan kesempatan yang datang, orang-orang yang berencana ke ruang guru itu segera memacu kaki mereka yang lelah untuk masuk ke dalam.

Langkah mereka yang sedikit terburu-buru nyatanya memancing para zombie lain untuk datang mengejar. "Cepat ! Cepat masuk !" Erden berseru pada mereka yang masih belum masuk. Juno sudah berada di dalam, dia tengah sibuk menghabisi beberapa zombie yang berada disana.

Alena dan Kaira yang telah masuk ke dalam guru segera menurunkan kursi roda yang sedari tadi mereka bawa dan tanpa aba-aba menyerang para zombie di ruang guru. Sena yang terakhir datang langsung meluncur masuk ke dalam ruang guru, yang kemudian Erden tutup pintunya dengan segera karena para zombie itu telah tiba kesana. Dengan tanggap Sena membantu untuk mendorong pintu demi menahan pintu yang didobrak paksa oleh para zombie diluar sana. Keduanya mengerahkan tenaga yang ada untuk menutup pintu ruang tersebut. Kala pintu itu berhasil tertutup sepenuhnya, Sena dengan sigap mengunci pintu geser tersebut. Setelah itu, dia memegang dadanya yang berdebar kencang karena nyaris saja tadi terlambat masuk.

Si gadis Khalila melihat teman-temannya yang telah menghabisi para zombie yang ada di dalam. Mereka dengan segera menarik tirai untuk menutup jendela dari pandangan para zombie. Tak cukup sampai itu saja, yang berada disana bergerak cepat membuat pertahanan di ruang guru. Keributan terdengar jelas di luar sana, meski disamarkan suara guntur yang tak henti menyambar. Alena mengintip sedikit dari balik gorden dan melihat bagaimana mereka dikepung oleh kerumunan zombie diluar sana. "Sial, kalau begini, kita tidak akan bisa keluar ! Para zombie itu mengepung !" katanya dengan nada panik. Si gadis bermarga Guinevere langsung menutup tirai kala sesosok zombie membenturkan wajahnya ke jendela.

"Kita tak bisa mengandalkan suara hujan ataupun guntur lagi. Mereka terlanjur mengetahui bahwa kita semua berada disini" keluh Kaira. Perasaan kesal total menyelimutinya karena rencana mereka yang nyaris sukses, harus hancur karena para zombie di luar sana. Saking kesalnya dia yang tengah mengumpulkan tubuh para zombie, melempar asal tubuh-tubuh yang sudah total mati ke dalam bilik dapur mini di dalam sana.

Teman-temannya pun berdecak kesal dibuatnya. Kalo begini, sama saja mereka berakhir terjebak. Kenapa ini terasa seperti tidak ada akhirnya sih ?! "Sialan, lama-lama kusuruh Sena bawa tank aja kesini ! Lindes aja semua zombie di luar sana ! Nambah beban hidup aja tuh zombie, padahal dah jadi mayat (hidup) jugaan" Alena berseru kesal.

"Bah, bener kali itu ! Coba Sena bawa tank ke sekolah. Gampang banget kita keluar dari sini !" Cathleen ikut menanggapi.

"Ngawur kalian semua !" Sena membalas kesal lelucon teman-temannya itu.

"Sumpah ! Aku pengen keluar dari sini cepet-cepet ! Udah lepek, buluk, dekil, bau, mana nggak ganti nih seragam berapa hari ! Fucklah, pengen kulepas aja nih seragam ! Mana nggak enak banget lagi lari-lari pake rok !" Kaira mengomel kesal. Dia melepas jas penuh bercak darah yang membalut tubuhnya, kemudian mengalungkannya ke leher serta pundaknya. Si gadis Helda mengikat lengan jasnya dengan erat agar jas itu tidak jatuh. Dengan demikian bersisalah ia dengan kemeja lengan pendeknya yang tak jauh kotor dari jas miliknya.

Alena yang mendengar itu memutar mata jengah, "ya terus kamu mau ngapain ? Telanjang gitu ?" sindirnya dengan nada sinis.

"Gila kamu ya ! Enak kali zombie-zombie di luar sana lihat auratku !" elak Kaira tak terima.

"Diem napa Kai ! Jangan ngomong aneh-aneh dulu ! Lagi pusing ini mikir gimana caranya keluar !" Cathleen mengomel sebal.

"Kamu nggak ada rencana cadangan apa Kai ?" Sena bertanya penuh harap.

Kaira mendengus sebal, dia mendudukkan diri dengan kasar di atas kursi empuk milik salah satu guru di ruang itu. "Kalo ada udah kukasik tau ke kalian Sena. Buntu banget kepalaku sekarang !" dia mengacak surainya frustasi.

Mereka terdiam setelahnya. Mencoba memikirkan cara bagaimana bisa keluar dari sini. Teresa mengetuk-ngetukkan jari jemarinya di atas meja yang berada di dekatnya. Dia mencoba berpikir keras bagaimana bisa membantu mereka keluar dari kekacauan ini. Maniknya mengedar hingga terhenti pada sebuah speaker yang terpasang di sudut dinding ruang guru. Sebuah ide mendadak menghantam kepalanya.

"Itu..." ujarnya sembari menunjuk ke arah speaker yang memberikannya rencana baru. Ketujuh muridnya kompak melihat ke arah yang guru mereka tunjuk. "Kita bisa menggunakan speaker itu untuk memancing mereka. Speaker yang berada dekat dari sini ada di dekat pintu aula dalam. Jaraknya dengan ruang guru sekitar 4 ruangan yang memisah. Kurasa itu cukup supaya kita bisa kabur menuju basement" jelasnya.

"Lalu, bagaimana kita bisa menghidupkan speakernya miss ?" Juno bertanya.

"Apakah mesin itu ada disini ? Aku bisa membantu untuk menghidupkannya" Erden berucap penuh semangat.

Teresa mengangguk, kemudian mengarahkan murid-muridnya menuju mesin control tersebut. Erden maju terlebih dahulu, mencoba menghidupkan mesin itu. Dia terlihat fokus dan serius mengotak-atik benda tersebut. Hingga 10 menit dia habiskan, nyatanya mesin itu tidak mau hidup sama sekali. Erden menghela nafas panjang, Kemudian berbalik ke arah teman-temannya dan sang guru yang sedari tadi menunggu dirinya, raut kecewa jelas terukir di wajahnya. Erden menggeleng lemah, "mesinnya rusak. Aku tak bisa menghidupkannya" ujarnya dengan nada lesu.

Harapan mereka pupus seketika kala mendengar hal tersebut. Sepertinya, mereka benar-benar tidak akan pernah bisa kabur dari sekolah ini. Pikir mereka begitu, sampai Naomi mengeluarkan suaranya. "Bukankah masih ada mesin control yang lainnya ? Seingatku aku pernah melihatnya, tapi tak ingat persis dimana tempatnya" kata si gadis yang tak banyak bicara itu.

Teresa menggeleng tak menyetujui, "memang ada. Tapi, mesin control itu ada di lantai 2 tepatnya ada di ruang kepala sekolah. Kita tak mungkin kesana apalagi dengan keadaan yang terjebak begini" jujur Teresa sekarang benar-benar kehabisan akal.

Mungkin pada akhirnya mereka takkan pernah bisa keluar dari mimpi buruk ini.

-Kkeut

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!