Section 11. Perdebatan Baru

Kaira menatap keluar, kala melihat ada cahaya yang menyorot terang tak jauh dari gedung sekolahnya. Dia bangkit untuk melihat cahaya apa yang tiba-tiba menyorot tersebut. Maniknya menangkap bagaimana beberapa helikopter yang terbang diatas gedung-gedung dan kemudian sedikit menurunkan tinggi penerbangan mereka. Otaknya menarik kesimpulan bahwa helikopter itu mungkin hadir untuk menyelamatkan para warga. Meski dia tak bisa melihat jelas apa yang dilakukan helikopter itu.

Mungkin saja memang itu tim penyelamat, dia menarik kesimpulan dengan cepat.

Otaknya bekerja cepat, merancang sebuah rencana kabur episode kedua. Kali ini mungkin bisa menjadi mudah atau malah semakin sulit karena banyaknya orang yang akan dilibatkan. Tapi, Kaira mencoba mencari kesempatan dan perkiraan dengan persentase besar bahwa mereka semua akan selamat. Meski rasanya kepala si helda mulai memanas memikirkan rencana yang dirancang.

Selepas dirasa rencananya sudah tepat dan matang, dia berjalan dengan cepat ke arah teman-temannya. "Teman-teman aku punya kabar baik untuk kita semua di malam kelam ini !" dia berseru senang. Teman-temannya spontan mengangkat kepala ke arah Helda dengan tatapan keheranan.

"Ayo lihat keluar sana !" Kaira menunjuk ke arah jendela tempatnya merenung tadi.

"Lihatlah ! Diluar sana para helikopter bertebangan ! Kalian tahu artinya apa ? Mereka pasti menyelematkan para warga !" Kaira berseru dengan ceria.

"Jadi maksudmu, kita akan diselamatkan oleh mereka begitu kah ?" Alena bertanya memastikan.

"Tentu ! Aku yakin mereka pasti akan kemari untuk menyelamatkan kita !" Kaira mengangguk penuh semangat.

"Tapi Kai, bagaimana mereka bisa tau kalo kita ada disini ? Kita terjebak di ruang tertutup, tak mungkin mereka melihat ataupun menyadari keberadaan kita" Sena bertanya.

"Nah, maka dari itu aku menyusun sebuah rencana baru" katanya. Dia berjalan menarik sebuah papan yang tersedia dia. Mulai menggambar beberapa gambar di papan itu.

"Pfft, orang lidi itu mengingatkanku akan hal lucu" Cathleen tiba-tiba berceletuk.

"Sungguh gambarmu seperti anak tk Kai" Alena memberi komentarnya.

"Err, aku tidak bisa memprediksi apa yang tengah dia rencanakan. Jangankan memprediksi, memahami maksudnya apa yang tergambar di sana, tak bisa ditangkap otakku. Dia seperti hanya menggambar asal-asalan di papan itu" Sena meringis pelan sembari mengusap tengkuknya canggung.

Kaira memutar matanya malas demi mendengar ocehan teman-temannya itu. "Beruntunglah kalian karena aku sedang malas bertengkar sekarang. Sudahlah dengarkan ini, jadi beginilah rencanaku.." dia mengambil sebuah penggaris kemudian menunjuk ke arah gedung dengan gambar orang lidi yang berada di dalam gedung, di atas gedung, dan yang sedang bergelantungan. Mungkin benar kata Sena, orang ini hanya asal-asalan menggambar.

"Jadi begini, seperti yang ditanyakan Sena sebelumnya. Bagaimana mereka bisa tahu bahwa kita masih hidup disini ? Tentunya kita harus pergi ke tempat terbuka dimana orang-orang itu bisa melihat keberadaan kita. Dan tempat yang tepat adalah rooftop sekolah" dia menjelaskan kemudian menunjuk ke arah atap dari gedung yang dia gambar.

"Permasalahannya adalah bagaimana dengan para zombie yang berkeliaran di luar sana ? Tentunya kita tak mungkin pergi dari sini hanya dengan tangan kosong, meski nanti kita akan memancing para zombie itu menjauh dari sini. Tapi, tak menutup kemungkinan terburuk bahwa mereka akan datang menyerang. Jadi pertama-tama, tepat malam ini kita akan turun ke lantai bawah tepatnya ke gudang olahraga. Disana ada banyak alat-alat yang bisa kita gunakan untuk bertarung dengan para zombie, yah meski alatnya cuman seadanya. Setidaknya itu bisa membantu kita, menjadi senjata untuk melindungi diri" Kaira melanjutkan penjelasannya.

"Tunggu dulu, bagaimana dengan zombie di bawah sana ? Dan lagi bagaimana bisa kita turun ke lantai bawah ?" Carlos menyela penjelasan Kaira dengan pertanyaan miliknya.

Kaira menunjuk ke arah tirai-tirai yang menutupi jendela-jendela di lab komputer. "Kita akan menggunakan tirai-tirai itu sebagai tali untuk turun. Membuat simpul tangga tali kemudian beberapa orang akan turun untuk mengambil beberapa alat, mengikatnya pada tirai kemudian yang masih berada di lab akan menarik alat-alat itu secara perlahan. Dan untuk para zombie di bawah sana, kita akan memancing mereka dengan suara dari drone. Kurasa masih ada cukup baterai yang cukup untuk memancing mereka, bukankah begitu Erden ?" Kaira bertanya.

Erden mengangguk pelan. "Ada sedikit baterai yang tersisa, mungkin cukup sampai 30 menit-an."

"Okay, itu sudah cukup untuk memancing mereka menjauh malam ini."

Sena mengacungkan tangannya hendak bertanya. "Haruskah malam ini kita melakukan hal tersebut ? Kenapa tidak besok pagi ?"

"Malam hari adalah waktu yang tepat. Pandangan mereka sedikit melemah karena ketiadaan cahaya. Dan lagi, kita tidak bisa menunda sampai besok. Besok pagi-pagi sekali kita harus berangkat keluar dari sini. Sebaiknya memang kita tidak menyia-nyiakan waktu yang ada" Kaira memberikan jawabannya.

"Tapi nak, bila kita menggunakan drone malam ini sampai baterai habis, bagaimana dengan besok ? Apakah kita tidak akan memancing para zombie itu untuk menjauh ?" Teresa melemparkan pertanyaan.

Kaira tersenyum kecil. Dia menunjuk ke arah gambar gedung satu lagi. "Nah, maka dari itu inilah rencanaku untuk besok. Kita perlu mempersiapkan diri malam ini dan besok subuh kita akan kabur. Namun, tak mungkin kita langsung bertarung begitu saja dengan para zombie meski kita memiliki senjata seadanya ini. Maka dari itu, harapan kita terletak pada Alena."

Alena menunjuk dirinya kebingungan. Bertanya-tanya kenapa dia yang menjadi harapan mereka untuk bisa kabur. "Tentu saja kamu Alena. Siapa lagi yang namanya Alena disini huh ? Kamu kan anak softball, nah aku ingin meminta kamu untuk memukul bola ke arah gedung seberang. Bila perlu sampai memecahkan jendela disana. Suara bising itu akan memancing para zombie untuk berlari kesana."

"Tapi Kai, aku tidak yakin bisa melakukannya. Persentase keberhasilanku memukul bola dengan tepat sasaran sangat kecil. Apalagi dengan jarak yang cukup jauh, aku tak semahir itu" Alena berkata dengan nada penuh keraguan.

Kaira menatapnya dengan tatapan penuh harap. "Kamu bisa Alena ! Percaya diri saja ! Aku yakin kamu dapat melakukannya !" katanya penuh keyakinan, dia berusaha membangun kepercayaan dalam diri Alena. Alena terdiam sejenak, sebelum dia mengangguk menyetujui perintah Kaira.

"Lalu, bagaimana bila dia tidak bisa melakukannya ? Kau tak punya rencana cadangan kan ? Dasar gegabah !" Belva berujar sinis.

Kaira hanya menatapnya datar. Demi tuhan tak bisakah anak bernama Belva ini ia lemparkan keluar. Bila saja dia tak punya hati nurani, sudah dia lempar keluar anak menyebalkan ini. Tapi, berterima kasihlah karena dia anak yang baik, berhati nurani, dan tidak sombong. Tentu dia tidak akan melakukan itu. Tolong rahasiakan ini dari Alena, Sena, dan Cathleen, mereka bisa menjitak Kaira bersama-sama mendengar kenarsisan si Helda. "Aku tentu menyiapkan rencana cadangan nona Belva yang terhormat. Bila nanti Alena tidak berhasil, yang mana aku yakini tidak akan terjadi, kita akan melempar barang-barang yang ada disini ke halaman. Itu bisa menciptakan suara bising yang cukup."

Belva berdecak kesal kemudian memalingkan wajahnya. Kaira tidak peduli soal itu, dia lebih memilih untuk melanjutkan penjelasannya. "Setelah itu kita bisa berlari ke lantai 4. Dari lantai 4 kita akan berjalan ke tangga menuju rooftop. Di rooftop sana kita bisa menunggu bantuan dari para helikopter. Jadi, bagaimana semuanya ? Kalian paham bukan ? Atau ada yang ingin kalian tanyakan ?" semua hanya terdiam. Tidak berani memberikan jawaban mereka. Ada keraguan di hati bila menjalankan rencana ini. Karena akibat fatal yang mereka terima ialah nyawa yang melayang. Sedikit saja kesalahan terjadi, mereka tidak akan pernah bisa kabur dari sini.

Yang terburuk bergabung dalam sekte para makhluk busuk itu.

Kaira menghela nafas panjang. Deja vu sekali dia, kenapa ya akhir-akhir ini deja vu terus menerus menghantuinya. Lelah sekali rasanya harus merasakan perasaan familiar yang terus berulang. Situasi ini mengingatkan dia di ruang seni ketika teman-temannya meragukan dirinya. Sepertinya memang sudah saatnya, dia mengeluarkan langkah terakhir untuk meyakinkan mereka yang ragu padanya itu.

"Aku tau betul, susah sekali mempercayai rencana abal-abalku akan berhasil. Aku juga takut kok, takut bila nantinya apa yang kulakukan malah berakibat fatal bagi orang lain. Tapi, kupikir-pikir lagi apakah kita akan terus menunggu disini dengan putus asa ? Tanpa mau mencoba untuk mencari bantuan bagi kita sendiri. Rasanya pasti menyebalkan bila mendengar aku bilang kalau kita gagal, setidaknya kita tidak akan mati sia-sia disini. Setidaknya kita mati dengan usaha keras yang sempat kita lakukan, daripada hanya berdiam diri dan terpuruk. Maaf, mungkin aku menyinggung kalian. Tapi, itulah yang terpikir olehku kalau kalian menolak hal ini. Aku tidak akan memaksa kalian untuk ikut, bila kalian tidak setuju. Aku sendiri yang akan memanjat keluar menuju rooftop. Aku akan memberitahu mereka untuk menyelamatkan kalian disini."

"Mana mungkin kau melakukan itu. Pasti kau akan kabur sendirian dan melupakan kami. Bukan-"

Brak !

Cukup sudah, kesabaran Kaira sudah habis untuk anak bernama Belva itu. Dia memukul papan tulis di belakangnya dengan kencang membuat seisi lab komputer tersentak kaget. "Bila anda tidak ingin mengikuti rencana ini, nona Belva yang terhormat" dengan sengaja menekankan kalimat terakhirnya. "Sebaiknya anda menutup mulut anda rapat-rapat daripada membuang-buang tenaga dan waktu berharga yang anda miliki tersebut. Tuduhan tanpa bukti itu bisa mencoreng image anda ngomong-ngomong, nona Belva Carlise si anak emas" dia berujar diakhiri dengan senyum lebar. Senyum berbahaya yang dimiliki Kaira. Pertanda bahwa dia sedang marah sekali saat ini. Belva menggeram pelan, dia hendak membalas namun dihentikan oleh Carlos.

"Cukup Belva. Cukup sampai disini kamu memancing masalah. Lebih baik kamu diam saja" titahnya dengan tegas. Belva mendengus kemudian menghentakkan kaki meninggalkan mereka menuju ruang pribadi kepala teknisi. Membanting pintu kemudian menguncinya.

Si anak manja sedang merajuk kesal.

Carlos menghela nafas. Dia memijat kepalanya yang mendadak terasa pening. "Bukan maksudku untuk tidak mempercayai rencanamu Kaira. Melihat persentase keberhasilan dan kemungkinan terburuk yang terjadi, tentu tak bisa kuabaikan" Kaira meremat pelan penggaris yang tengah dipegangnya. Dia tahu bahwa banyak orang akan menolak rencananya. Dan dia tidak-

"Tapi, kau benar kita tak mungkin hanya berdiam terpaku disini. Setidaknya kita bisa melakukan sesuatu untuk menyelamatkan diri. Aku akan ikut rencanamu" Carlos berkata penuh keyakinan.

"Kami berdua nggak mungkin biarin kamu pergi sendiri ! Kita harus sama-sama terus pokoknya" Sena merangkul Alena yang mengangguk setuju.

"Aku tentu saja akan mengikuti kakakku" Cathleen berujar. Dan sisa orang-orang disana pun ikut mengangguk setuju. Hanya Belva yang masih mengurung diri yang tak ikut dalam rencana ini.

Juno tiba-tiba saja mengangkat tangannya hendak bertanya sesuatu. "Tapi senior, siapa yang akan turun ke bawah ?"

"Biar aku dan Sena yang turun ke bawah. Aku anak klub olahraga, tentu tau betul dimana letak-letak alat-alat yang diperlukan di bawah sana. Lagipula aku dan Sena sudah pernah beberapa kali terlibat bahaya karena para zombie itu. Kami sudah cukup berpengalaman" Alena mengajukan diri.

"Kalian tidak boleh pergi hanya berdua saja, aku akan ikut menemani" Carlos berkata.

Juno hendak mengajukan diri namun ia langsung ditahan oleh Carlos. "Kamu tetap disini. Akan lebih baik bila seseorang bisa menarik kembali alat-alat yang kami ambil dibawah" titahnya dan langsung diangguki oleh Juno. Rencana yang Kaira buat akan segera mereka jalankan malam ini.

-Kkeut

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!