Section 07. Lorong Berdarah

Detik-detik telah berlalu, selepas recorder itu dinyalakan. Dalam diam mereka sama-sama meneguk ludah gugup. Mau bagaimanapun, ini akan menjadi pelarian kedua mereka. Jika pada akhirnya mereka terpaksa memberikan perlawanan, doakan saja mereka sanggup melakukannya. Jangan salahkan mereka, keadaan memaksa mereka melakukannya. Toh tak ada guna mempertahankan rasa kemanusiaan, sementara mereka terjebak diantara mereka yang bukan manusia lagi.

"Gimana Sena ?" Cathleen bertanya dengan nada cemas.

"Tunggu dulu, tunggu sebentar lagi. Aduh zombienya kebanyakan ini, nggak habis-habis mereka" Sena mengeluh. Mereka berempat sama-sama berdebar. Takut jika mereka kehabisan waktu untuk kabur nantinya.

Diluar sana, para makhluk busuk itu sudah mencapai ruang kelas 10 di pojok gedung. Mereka berusaha mendorong tumpukan kursi dan meja yang disusun Kaira. Semakin banyak yang datang dan langsung memenuhi ruang kelas itu. Tumpukan kursi dan meja itu mulai goyah dan berjatuhan seiring banyaknya zombie yang menerobos paksa.

Lorong mulai sepi, itulah yang dilihat Sena. "Ayok ! Lorongnya udah sepi !" katanya.

Kaira dan Alena langsung melepas pegangan mereka dan membuka pintu. Mereka berempat langsung berlari keluar dari sana. Melewati lorong yang mulai sepi, karena para zombie itu masih mengejar suara dari speaker di kelas 10. Mereka pikir ini akan mudah, karena saat ini semua berjalan lancar tanpa hambatan. Tepat sesuai dengan rencana Kaira.

Sampai di pertengahan jalan menuju tangga lantai 3, para zombie dari lantai 1 tiba-tiba mendatangi lantai 2. Keempatnya mendadak menghentikan langkah mereka dengan mata yang total membulat terkejut. Para zombie yang menyadari entitas D-CAISA, langsung berlari ke arah mereka.

"Kita harus gimana ini ?" Alena bertanya panik.

"Pukul kepalanya ! Pukul dengan keras ! Anggep saja zombie itu pembalasan dendam terpendam kalian !" titah Kaira.

Maka disaat itulah, pertarungan antara zombie melawan D-CAISA pun dimulai. Sena dan Alena langsung menghantamkan gitar mereka ke arah kepala para zombie yang mendekat dengan sekuat tenaga. 2 zombie tersebut langsung tumbang di tempat, karena kepala mereka yang hancur. Namun, bukan berarti mereka dapat bernafas lega. Tak berselang lama ada kumpulan zombie yang kembali mendatangi mereka.

Sena menahan zombie yang hendak menyerang dengan simbal di tangan kirinya, sebelum memukul kepala si zombie dengan gitar di tangan lainnya. "Mati kau, sialan !" Sena memukul berkali-kali kepala zombie itu hingga dia tidak bergerak kembali.

Alena pun tak kalah bengis memukul kepala para zombie itu. Awalnya dia memang panik dan takut, tapi lama kelamaan dia berhasil mengumpulkan keberanian untuk membunuh para zombie itu. Apalagi saat dia menyadari, bahwa salah satu zombie merupakan rivalnya di klub softball. Dengan ganas dia memukul kepala rivalnya itu. Hanya dengan satu pukulan yang dilakukan dengan tenaga kelewat kuat, si zombie rivalnya itu langsung tumbang. "Jauh-jauh kau sialan !"

Cathleen sebenarnya hanya berdiam diri dengan tongkat di tangannya. Dia tidak bergerak dari tempatnya karena Kaira pun berhenti mendorong kursi rodanya. Malahan gadis itu sibuk sekali menyemangati teman-temannya yang memukul para zombie. "Pukul lagi lebih kuat ! Sena ayok keluarkan kekuatan fisik sispalamu ! Alena pukul, Alena pukul kepalanya ! Anggep saja itu bola pas main softball" bolehkah Cathleen mencap gadis itu psycho ? Karena sejak kemarin tingkah Kaira seperti psychopat yang tak berhati. Bisa-bisanya dia menyemangati hal ini, seperti sedang menonton pertandingan olahraga.

Cathleen tersentak pelan ketika seorang zombie berlari ke arahnya. Dia tidak sempat menghindar dan secara reflek menutup matanya. Namun, dapat dirasakan tangannya yang memegang tongkat dibawa ke atas. Cathleen tak yakin betul, tapi terasa seperti mengenai sesuatu. Matanya terbuka dan melihat kepala zombie yang berjarak beberapa cm darinya tertusuk di tongkatnya. Dia melihat ke bawahnya, dimana tangan Kairalah yang mengarahkan agar tongkat itu menusuk kepala si zombie. "Jangan lengah Cathleen. Lakukan saja dan jangan ragu" katanya setelah itu menarik kuat tongkat Cathleen, sampai lepas dari kepala si zombie.

Alena dan Sena mulai kewalahan. Gitar di tangan mereka sudah nyaris patah karena sedari tadi dipakai memukul kepala para zombie. "Sialan Kai ! Kita harus gimana ?" Sena bertanya panik. Dia kembali memukul kepala zombie yang mendekatinya.

Kaira mengedarkan pandangannya. Tanpa pikir panjang dia memegang daun pintu yang ada di sebelahnya. Dengan sekuat tenaga dia menarik daun pintu itu agar terlepas dari engselnya. Alena memandang heran kepada Kaira, namun sedetik kemudian dia kembali mengalihkan pandangan kepada zombie yang menghampirinya, kemudian menahan si zombie dengan simbal dan memukulnya dengan gitar sekencang tenaga. "Ngapain kamu Kai ?!"

"Aku mau make ini sebagai tameng. Kayak yang dilakuin adonan di series itu !" Kaira memberi jawaban.

Ketiga temannya shock mendengar itu. Demi apa Kaira benar-benar sudah gila ! Ah tidak, gadis Helda memang sudah gila sejak dulu. "Kamu kira ini kayak di film apa ?! Ya mana bisa pintunya kecabut dengan mudah ! Sadar Kai ! Kamu cuman manusia biasa ! Mana bisa nyabut itu pintu pake tangan kosong !" Cathleen yang menyuarakan kurang lebih isi pikiran Alena dan Sena yang masih sibuk memukul kepala para zombie.

"Oh iya juga ya" gumam Kaira. Menyerah dengan pintu dia melihat ke dalam kelas yang berpotensi menjadi tameng ataupun senjata untuk mereka. Kemudian dia melihat sebuah payung yang tergeletak tak jauh dari pintu. Sebuah ide gila muncul di kepalanya. Dia mengambil payung itu kemudian mengembangkannya sampai terbuka lebar.

Kaira menyerahkan payung itu kepada Cathleen dan mengambil tongkat tajam yang dipegang Cathleen. "Cathleen, kamu satu-satunya harapan untuk keselamatan kita berempat ! Pegang payung ini kuat-kuat ! Jangan dilepas ! Kalo kamu ngerasa dapat dorongan dari depan, kamu lawan jangan sampai malah kamu yang kedorong !" titahnya pada Cathleen.

Cathleen yang kebingungan hanya bisa menyuarakan "hah ?" dengan kencang. Bertanya-tanya sekiranya apa yang dimaksud Kaira. Namun, mendadak dia merasakan ada dorongan kuat dari belakang. Tepatnya Kaira yang mendorong kursi rodanya dengan kuat sampai kursi roda itu melaju dengan kencang.

"Alena ! Sena ! Awas ! Minggir-minggir !" Kaira memberikan peringatan.

Alena dan Sena yang baru saja menghabisi zombie menengok ke belakang dan terkejut melihat kursi roda Cathleen yang melaju kencang. Mereka langsung menyingkir, memberikan jalan bagi kursi roda itu untuk lewat.

"Inget Cathleen dorong yang kuat !" itu pesan terakhir Kaira, sebelum memberikan dorongan sekuat tenaga pada kursi roda itu, kemudian melepas pegangannya.

Payung yang dipegang Cathleen langsung menabrak para zombie yang baru berdatangan. Cathleen sekarang mengerti apa maksud Kaira dengan dorongan dari depan. Maksudnya adalah para zombie yang ditabrak payung. Mereka yang akan mendorongnya dari depan. Dengan maki-makian yang dikeluarkan di dalam hati, Cathleen memegang kuat payung itu dan balas mendorong balik para zombie yang memberontak.

Geplak ! Geplak !

2 jitakan melayang ke kepala Kaira. Itu dari Alena dan Sena, mereka memandang tajam ke arah Kaira yang menunduk mengaduh kesakitan. "Kai tolol ! Ngapain si Kate dilepas gitu !" Sena memprotes.

"Sumpah Kai, kamu bener-bener perlu cek otak dan kewarsanmu !" Alena menambahkan.

Setelahnya mereka bertiga berlari mengajar kursi roda Cathleen yang melaju kencang tersebut. "Ya gimana kita semua kewalahan dan pas aku kepikiran ide itu. Ya udah aku coba saja !" Kaira berusaha membela diri.

"Sinting !" umpat Alena dan Sena bersama-sama.

Kursi rodanya masih melaju dengan kencang melewati lorong itu hingga para zombie itu tertabrak ke dinding di pojok gedung. Cathleen langsung mengunci roda dari kursi rodanya tersebut kemudian mendorong dengan kuat payung yang memojokkan para zombie itu ke dinding. Para zombie itu melawan dan mendorong balik membuat kursi roda Cathleen terdorong ke belakang dan bergesekkan kasar dengan lantai yang dipijak. 1 lawan 5, Cathleen kalah telak dari mereka.

Beruntung Sena yang pertama sampai kesana, langsung membantu Cathleen mendorong payung tersebut. Kaira dan Alena tiba lebih belakangan. Kaira langsung menusukkan tongkat yang dipatahkannya kemarin, ke kepala para zombie. Sementara Alena, memukul kepala mereka sampai pecah. Setelah berhasil menghabisi para zombie tersebut, Cathleen dan Sena melepas payung yang menahan para zombie itu. Tubuh yang sudah benar-benar mati itu jatuh bergelimpangan di lantai.

Cathleen menutup payung itu dan mengibaskannya pelan. Dia menatap sinis ke arah Kaira yang nyengir lebar padanya. "Hebat kan ideku ?" bisa-bisanya dia bertanya begitu.

"Ya hebat..." Cathleen berkata. Dia mengangkat payung itu dan memukulkannya pada Kaira. "Hebat mata kau ! Kau nyaris mengorbankan temanmu bodoh !" umpatnya kesal. Dia masih mencoba memukulkan payung itu pada Kaira dan dibalas dengan suara meringis dari Kaira.

Mereka sampai tak sadar, bila para zombie yang mereka pancing ke kelas 10 menyadari suara keributan di luar dan beralih berlari ke arah mereka. Alena dan Sena yang melihat kumpulan zombie di pojok kelas 10 berlari ke arah mereka, langsung menghentikkan penyiksaan Cathleen kepada Kaira.

"Zombienya dateng kesini !" Alena berkata dengan panik.

"Ayok naik ke atas !" Sena berujar tak kalah panik. Mereka langsung berlari menaiki tanjakan menuju lantai 3. Kali ini Kaira dibantu dengan Sena yang mendorong kursi roda Cathleen untuk naik. Mereka melakukannya berdua agar bisa bergerak lebih cepat. Cathleen pun membantu dengan tangannya yang memutar roda daripada alat bantu berjalannya itu. Gadis itu abai akan rasa sakit akibat gesekan kasar roda yang berputar cepat. Nyawa mereka lebih penting daripada rasa sakit yang diterima. Sementara, Alena lebih dulu naik keatas untuk memastikan keadaan.

Alena memantau keadaan lorong di lantai 3, terlihat sangat sepi dan juga aman untuk mereka berempat lewati. "Ayok cepet ! Cepet ! Lantai 3 bersih !" katanya.

Sena dan Kaira langsung mengerahkan seluruh tenaga mereka hingga bisa mendorong kursi roda itu keatas lantai 3. Setelah sampai mereka langsung berlari menuju lab komputer yang tak jauh dari sana. Alena langsung menarik handle pintu lab komputer. Tapi, sayangnya pintu terkunci dari dalam. Dia menggedor dengan panik pintu itu.

"Terkunci sialan ! Buka ! Buka pintunya ! Tolong para zombie itu mengejar kami saat ini !" Alena memukul dengan keras pintu besi itu.

Sena dan Kaira pun ikut menendang dan menggedor pintu itu. "Tolong ! Bantu kami ! Siapapun yang ada di dalam ! Tolong bukakan pintu ini ! Kami selamat ! Kami masih hidup sebagai manusia biasa disini !" Sena memohon dengan sangat.

Kaira yang kesal karena sedari tadi tidak dibukakan pintu, menyuruh teman-temannya minggir. Dia hendak mendobrak paksa pintu itu. Dia berlari kencang ke arah pintu besi itu dan menabrakkan dirinya. Tidak berhasil. Maka dia melakukannya lagi dan lagi, meski tubuhnya terasa kesakitan saat ini. Sepenuhnya yakin bahwa tubuhnya akan meninggalkan memar disana. Tapi, apa pedulinya.

Mereka berempat semakin panik dibuat ketika mendengar suara ribut dari tangga. Sial, itu pasti para zombie yang sudah mau naik ke lantai 3. Cathleen yang tak tahan pun akhirnya berteriak, "setan kalian semua yang di dalam ! Tidak punya hati ! Buka pintunya ! Tolong selamatkan kami jika hati nurani kalian masih hidup !" namun, tidak ada respon appaun dari dalam.

Apakah memang ini waktunya mereka berpasrah diri ?

Keajaiban datang di tengah keputusasaan mereka berempat. Pintu itu terbuka dan mereka berempat langsung menerobos masuk, bertepatan dengan para zombie yang telah tiba di lantai 3. Alena dan Sena langsung menutup pintu besi itu, selepas Cathleen berhasil dimasukkan. Mereka langsung mengunci pintu yang diserang para zombie tersebut.

Alena, Sena, dan Kaira sama-sama langsung terjatuh duduk di lantai dengan nafas terengah-engah. Jantung mereka ribut bukan main, apalagi mengingat sedetik saja pintu tersebut tak terbuka, mereka akan berakhir mati konyol di luar. Suara tabrakan tubuh dengan pintu besi itu mengisi ruang lab komputer. Mereka yang ada disana bisa menangkap suara geraman dari luar.

"Apa-apan kamu Mr. Joselyn ? Kenapa membukakan pintunya ?! Bagaimana jika ternyata mereka sudah terinfeksi ?!" suara seorang gadis menginterupsi keheningan diantara mereka.

Keempat sekawan D-CAISA menoleh ke arah seorang gadis dengan surai pirang yang tadi berbicara. Mereka mengenal si gadis itu. Anak klub taekwondo yang dikenal sekolah sebagai anak emas yang tinggi hati, Belva Carlise. "Oh, kamu toh yang tidak punya hati nurani itu" Cathleen berujar sini.

Belva menatap tajam tak terima hendak mencerca balik namun bahunya dipegang oleh seorang wanita muda disana. Itu guru biologi mereka, Teresa Vierina. Belva hendak membantah tapi tak jadi karena orang yang dia panggil Mr. Joselyn menatapnya tajam, jadilah dia memilih mundur dan kembali ke tempat dia duduk tadi.

Cathleen, Kaira, Alena dan Sena sama-sama mengedarkan pandangannya ke dalam ruangan itu. Ternyata ada yang juga memilih bersembunyi disini. Ada Belva, Miss. Teresa, seorang siswa dengan kacamata dan buku yang dipeluk, ada juga siswa lain yang tampilan cukup urakan tengah duduk di atas meja, dan seorang siswi yang menundukkan kepalanya sedari tadi. Selain, Belva mereka tidak mengenal 3 murid lainnya. Mungkin itu adik kelas mereka. Disini total ada 5 orang, ah ditambah Mr. Joselyn yang disebut Belva tadi. Jadi ada 6 orang yang sedari tadi bersembunyi disini.

Eh, Mr. Joselyn ?

Tunggu ini bukan orang yang mereka kenali kan ?

Kaira, Alena, dan Sena spontan menengok ke belakang dan terkejut menyadari Mr. Joselyn yang membukakan pintu itu untuk mereka, ialah kakak kandung dari Cathleen sekaligus guru di sekolah mereka. Orang yang sedari tadi Cathleen berusaha hubungi, tapi tidak mendapatkan balasan. Cathleen memandang sang kakak dengan pandangan berkaca-kaca. Kekhawatirannya seakan terangkat kala melihat senyum teduh sang kakak. Sang kakak mendekati mereka berempat, "maaf ya tadi tidak mau membukakan pintu untuk kalian" ujarnya dengan tulus.

D-CAISA hanya mengangguk tak mempermasalahkan. Setidaknya mereka berhasil masuk kesini serta selamat dari kejaran para zombie yang masih mengganas diluar sana. Dan kabar baiknya Cathleen dan kakaknya bisa bertemu kembali.

-Kkeut

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!