Section 12. Yang Tak Teprediksi

Mereka pun mulai menjalankan rencana untuk malam ini. Teresa, Naomi, dan Kaira melepas gorden-gorden yang tergantung, memberikannya kepada Sena, Juno, dan Carlos yang mulai membuat simpul dengan gorden-gorden tersebut. Erden menerbangkan kembali dronenya menuju jendela yang telah dibukakan oleh Alena. Sementara, Cathleen akan memantau melalui pc yang tersambung dengan kamera drone.

"Turunkan sedikit dronenya. Agar suara bisingnya bisa memancing para zombie" Cathleen memberikan arahannya. Erden langsung menurunkan ketinggian dari drone itu. Tentunya suara bising itu berhasil menarik perhatian para zombie yang berkumpul di bawah drone. Tangan-tangan berlumuran darah itu berusaha menggapainya. Mereka terlihat begitu marah dengan raungan dan juga erangan yang menggema.

"Erden, sebaiknya kau langsung arahkan mereka ke belakang sekolah" Cathleen memberikan arahan berikutnya. Drone langsung melaju menuju ke arah belakang sekolah. Menarik kumpulan para zombie itu mengikutinya.

"Keadaan sudah cukup aman ! Kita bisa turun sekarang" Alena memberitahu keadaan setelah memantau keadaan di bawah melalui jendela.

Carlos, Sena, dan Juno menyeret gorden yang telah mereka ikat simpul tangga tali. Menurunkan gorden itu perlahan hingga menyentuh lantai di bawah sana. Carlos langsung mengikat ujung gorden pada tiang penyangga yang ada di dekat sana. Memastikan ikatan tersebut erat dan kuat untuk menahan berat mereka saat turun nanti. "Okay sudah, aku akan turun terlebih dahulu untuk mengecek keadaan. Alena dan Sena bisa menyusul setelahnya" dia memberikan arahan.

"Jaga dirimu, jangan sampai tergigit" Cathleen berpesan. Dia masih sibuk memantau para zombie yang dipancing oleh Erden.

Carlos mengangguk cepat. Hendak keluar melalui jendela, namun terhenti karena Kaira menyodorkan tongkat dengan ujung yang patah kepadanya. Menatap bingung ke arah muridnya tersebut, seakan memberikan isyarat kenapa ia diberikan tongkat ini. "Setidaknya jangan turun ke bawah dengan tangan kosong sir. Ini bisa kau gunakan sebagai senjata, cukup tusuk saja kepala mereka" ujarnya dengan santai.

Carlos meringis pelan melihat anak muridnya mengatakan hal kejam itu dengan santai. Tapi, dia tetap menerima tongkat itu dan membawanya ikut serta untuk ke bawah. Dia memanjat turun melalui gorden yang mereka modifikasi menjadi tangga darurat tersebut. Tepat, ketika dia menginjak tanah, sesosok zombie datang menyerang. Seperti yang diberitahukan Kaira, dia langsung menusuk kepala si zombie. Nafasnya sedikit terengah-engah karena terkejut mendapatkan serangan tiba-tiba. Untung saja dia sigap untuk membunuh zombie itu. Setelah memastikan keadaan aman dia menyuruh Alena dan Sena untuk ikut turun.

Sena yang pertama kali turun. Dia sesekali menengok ke bawah kemudian meringis pelan. "Aku benar-benar seperti sedang syuting film karena melakukan hal extreme ini."

Dia mencoba untuk melangkahkan kakinya ke simpul berikutnya. Namun, kakinya terpeleset karena tiba-tiba saja gorden itu bergoyang dengan keras. Sena bergelantungan dengan memeluk erat gorden tersebut. Jantungnya beriuh kencang karena nyaris saja dia jatuh dari ketinggian. Dengan kesal dia menengok ke atas, mencari tahu apa sekiranya yang menyebabkan tangga darurat mereka bergoyang dengan keras. Pemandangan yang pertama ia dapat ialah Alena yang juga ikut turun. "Sialan kau Alena !" berseru kesal dengan nada yang sedikit dikecilkan.

"Hah apa ?" Alena bertanya.

"Aku hampir jatuh sialan ! Kamu kalo turun kasik aba-aba dulu astaga !" Sena mengomel kesal.

"Hah ? Nggak kedengeran Sena !" dia balas menjawab.

"Beneran budeg nih anak" Sena berujar kesal.

"Ya tuhan anak-anak ! Jangan bertengkar dulu, cepet turun kalian berdua !" Teresa yang diatas sana berkata dengan nada gemas. Bisa-bisanya anak muridnya ini sempat bertengkar padahal mereka sedang bergelantung di gorden saat ini. Alena dan Sena meringis pelan secara bersama-sama. Mereka perlahan turun ke bawah ke tempat Carlos sedang menunggu mereka.

"Hebat juga mereka, tidak di darat, udara pun bisa jadi tempat pertengkaran mereka" Kaira berujar dengan random. Yang lain hanya bisa menggeleng pelan mendengarkan yang gadis itu katakan.

Carlos, Alena, dan Sena langsung berlari menuju ke gudang olahraga. Carlos memastikan keadaan di sekitar pintu gudang apakah aman dilewati atau tidak, setelah itu ia memberikan isyarat untuk Alena dan Sena agar segera masuk. Alena dan Sena langsung berjalan cepat memasuki gudang.

"Astaga Sena, jangan injak kakiku !" Alena berseru pelan sembari menggeplak Sena yang tak sengaja menginjak kakinya.

"Aduh sorry, nggak liat gelap banget" Sena membalas.

"Kan ada flashlight dari hp, manfaatkan dong !" Alena berujar sembari melangkah lebih dulu meninggalkan Sena yang masih mencari keberadaan hpnya di saku jas.

Sena mendadak terdiam kala merasakan ada seseorang yang menyenggol kakinya. Dia menendang yang dianggapnya sebagai sosok Alena. "Aduh Alena, jangan nyenggol-nyenggol dong" katanya dengan nada kesal. Alena tidak menjawab, tapi Sena bisa mendengar suara helaan nafas berat dan geraman pelan di belakangnya. Perasaannya mendadak tak enak. Dia menghidupkan flashlightnya dan langsung mengarahkan ke arah belakangnya.

Nafasnya tercekat melihat siapa sosok yang tengah disorot flashlightnya. Mulutnya hendak berteriak karena refleks yang terkejut. Namun, seseorang langsung membekap mulutnya, kemudian memukul kepala zombie yang hendak menyerang mereka dengan tongkat baseball. Memukul dengan kuat menggunakan satu tangan, sementara tangan yang lain masih setia membekap mulut Sena.

Alena bernafas lega kala tubuh zombie itu jatuh ke lantai karena telah benar-benar mati. Tapi, dia langsung mengibaskan tangannya yang tadi membekap mulut Sena. "Astaga Sena, jorok banget ! Tanganku isi jigongmu !" dia mengomel marah.

"Lebay kamu" Sena merotasikan matanya kesal.

"Kalian berdua ini bisa tidak jangan bertengkar dulu. Lebih baik kalian cepat mengambil alat-alat yang bisa dipakai untuk senjata" perintah Carlos dan langsung diangguki keduanya.

Sementara itu, Teresa yang berada di lab komputer mulai gelisah karena mereka yang dibawah belum ada memberikan kabar apapun. Sedari tadi guru berusia muda itu berjalan mondar mandir sembari memainkan jari jemarinya. Dia takut sesuatu yang buruk telah terjadi. Harap-harap cemas dengan keadaan mereka yang turun ke bawah.

"Miss, kau bisa duduk dulu. Percayalah pada mereka, mereka akan kembali dengan selamat" Kaira berujar berusaha menenangkan gurunya.

"Aku tidak bisa tenang Kaira. Setidaknya mereka bisa kan memberikan sedikit kabar pada kita" keluh Teresa. Dia bahkan melupakan statusnya yang merupakan seorang guru dan berbicara dengan bahasa non formal kepada muridnya itu.

"Kumohon agar anda bisa lebih tenang miss, pastinya mereka tidak dapat memberikan kabar karena harus buru-buru mengambil alat-alat di bawah sana" Kaira kembali mencoba memberikan kalimat-kalimat positive thinking.

"Tapi, tetap saja Kaira. Mereka harusnya-"

"Yak ! Tolong bantu aku menarik barang-barang ini !" Juno berteriak meminta tolong. Dia sedari tadi menunggu isyarat dari bawah untuk menarik gorden. Menunggu lama tanpa kepastian, lalu tiba-tiba saja gorden itu ditarik beberapa kali sebagai isyarat baginya untuk menarik kembali gorden itu keatas. Dengan bergegas dia menarik gorden yang terasa berat itu. Merasa tak cukup hanya dia untuk menarik, dia meminta bantuan mereka yang saat ini sedang lenggang.

Kaira dan Teresa buru-buru datang mendekat kemudian ikut membantu Juno menarik gorden itu. Teresa langsung menarik keatas tas yang diikat di ujung gorden. Tas olahraga yang besar ukurannya itu cukup berat kala dibawa masuk ke dalam lab komputer. Bahkan suara keras tercipta kala tas itu ditaruh di lantai.

"Woah, mereka seperti membawa seluruh isi gudang keatas" Kaira berujar pelan.

Mereka kembali menurunkan gorden itu karena Carlos memberikan kode bahwa masih ada yang perlu mereka angkut. Setelah itu, kembali Teresa, Kaira, dan Juno menarik muatan kedua yang diberikan.

"Sial, mereka benar-benar menguras isi gudang olahraga" Kaira mengeluh pelan.

Di lain sisi, Cathleen yang masih memantau terkejut kala layar menggelap. "Erden ini kenapa ?" dia bertanya dengan panik.

"Dronenya jatuh senior, kehabisan baterai" Erden memberikan jawaban. Dia meneguk ludah susah payah. Sial, keadaan berbahaya tengah mengintai.

"Cepat minta mereka untuk naik ! Dronenya sudah jatuh !" Cathleen berseru panik.

"Naik ! Naik ! Cepat !" Teresa dengan nada khawatir memberikan perintah.

Alena dan Sena buru-buru memanjat naik ke atas. Sementara Carlos, dia masih menunggu kedua muridnya naik terlebih dahulu. Namun, ketika Alena dan Sena sudah sampai di tengah jalan untuk memanjat naik, para zombie itu tiba-tiba saja datang berlari ke arah mereka. Membuat orang-orang yang berada di lab komputer menjadi panik bukan main.

"Carlos cepat naik ! Jangan berdiam di sana !" Teresa memberikan perintah dengan nada risau.

"Tapi, tiang penyangga itu tidak akan-"

"Lakukan sekarang !" kali ini Cathleen yang berseru. Mau tak mau Carlos menuruti, dia ikut memanjat naik dengan terburu-buru karena para zombie itu hanya terpaut beberapa langkah dari mereka. Sesekali langkahnya terhenti sekedar untuk berbalik dan menusuk kepala zombie yang datang mengincar mereka.

Tak ! Tak !

Tiang penyangga yang tak kuat menahan berat badan ketiganya, secara perlahan terlepas dari dinding tempatnya menempel. Tak ada yang menyadari bahkan ketika tiang itu benar-benar terlepas dari dinding.

Ctak !

Gorden itu meluncur turun dengan cepat. Sena, Alena dan Carlos bergelantung pada gorden itu karena mereka sama-sama terpeleset tadi saat akan memanjat naik. Tak elak Alena dan Sena berteriak kaget. Namun, secara tiba-tiba gorden itu tersentak menegang karena mereka yang diatas langsung menariknya dan menahan gorden itu agar tidak jatuh.

Juno yang pertama kali menyadari kalau tiang penyangga itu lepas. Dia langsung menarik ujung gorden agar mereka yang masih memanjat naik tidak jatuh ke arah kumpulan para zombie. Dibantu oleh Teresa, Kaira, Erden, Naomi, dan Cathleen dengan sigap menahan gorden yang tadinya meluncur turun. Melalui aba-aba Teresa, mereka berenam menarik sekuat tenaga gorden itu. Keringat bercucuran membasahi raga, membuktikan bagaimana mereka berusaha keras menyelamatkan mereka yang ingin diraih sang bahaya.

Juno mengulurkan satu tangannya ke arah Alena yang pertama kali mencapai ke atas. Alena meraihnya dan buru-buru masuk ke dalam lab komputer. Sena tiba untuk kedua, dia langsung melompat masuk dan duduk di sebelah Alena yang terengah-engah. Ritme jantung keduanya sama-sama berpacu karena tadi menghadapi kejadian menegangkan. Nyaris bersapa dengan sang maut, bila saja teman-teman mereka yang diatas tidak bergerak cepat.

Carlos yang datang terakhir tangannya langsung ditarik oleh Teresa dan Juno. Dan setelah itu gorden dibiarkan lepas dan jatuh meluncur dari lantai 3 menuju kumpulan zombie yang marah di bawah sana.

"Kalian tidak apa ? Tidak terluka kan ?" Teresa bertanya khawatir. Dan ketiganya menggeleng cepat memberikan jawaban untuk Teresa. Guru muda itu menghela nafas panjang, bersyukur bahwa mereka bisa menyelamatkan ketiganya dari maut. Alena, Sena, dan Carlos masih duduk di lantai sembari mengatur nafas mereka yang tak beraturan. Cathleen datang dan langsung mendekap erat kakaknya. Dia khawatir bukan main kala kakaknya nyaris dijemput sang maut. Bersyukurlah dia dan yang lain berhasil menyelamatkan sahabatnya dan sang kakak tepat waktu.

Kaira menatap mereka dengan pandangan seribu makna. Dia menatap keluar, ke arah langit malam yang semakin kelam. Mungkin tengah malam telah berlalu saat ini. Entahlah dia tidak tahu pasti. Tapi, saat ini dia sedang menyusun beberapa rencana cadangan agar kejadian seperti ini bisa dia cegah terjadi. Sekali lagi, keberuntungan masih berpihak pada mereka. Ketiganya kembali kesini dalam keadaan selamat tanpa luka sedikitpun. Tapi, bagaimana dengan besok ? Tak ada yang tahu bagaimana takdir memainkan perannya. Semoga saja tak ada kejadian buruk lagi.

-Kkeut

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!