Section 14. Manusia Busuk

Mereka berlari cepat, langsung menaiki tangga menuju lantai 4. Sayangnya, ketika mereka sampai di lantai 4, ternyata masih ada kumpulan zombie yang menanti. Sena yang berada di garda depan langsung meninju para zombie itu, kemudian menyudutkannya ke pagar pembatas. Dan memberikan tinjuan kuat terakhir sampai zombie itu jatuh dari lantai 4.

Tak jauh beda dengan Sena, Alena langsung memukul kepala para zombie yang datang menyerang dengan tongkatnya. Darah dari zombie yang bermuncratan sukses mengotori pakaiannya. Tapi Alena mengacuhkan hal itu, karena lebih penting untuk menyelamatkan diri saat ini. Keduanya seakan lupa, bagaimana disaat awal mula virus ini menyebar, Sena maupun Alena sama-sama tenggelam dalam takut juga risau yang bercampur. Namun, lihatlah bagaimana keduanya dengan menampik ketakutan yang ada, melenyapkan para mayat hidup itu.

Erden menghadang para zombie itu dengan kursi roda yang dia dorong. Sementara Juno berada di sampingnya, dengan sekop yang ia gunakan untuk menghancurkan kepala para zombie itu. Mereka berdua melangkah lebih maju untuk melawan beberapa zombie yang datang menyerang dari depan.

Cathleen memukul-mukulkan payung di genggamannya dengan keras ke arah para zombie. Sungguh dia dendam berat dengan zombie tampang berdarah-darah itu. Nyaris mencelakakan dirinya, kakaknya, bahkan teman-temannya. Dan Cathleen mengumpulkan seluruh kekesalannya dan menyalurkannya melalui payung yang dia pegang. Carlos yang menendang para zombie untuk mengulur waktu agar Cathleen bisa menghabisi mereka satu per satu pun, total dibuat heran melihat adiknya yang mendadak bar-bar tersebut. Sedikit meringis mengingat adiknya yang dulu kalem menjadi agresif melawan para zombie tersebut.

Teresa dan Naomi sebenarnya masing-masing memegang sebuah raket tenis dan bulu tangkis. Satu dua kali mereka gunakan untuk memukul mundur para zombie itu. Tapi, mereka tidak terlalu banyak melakukan hal tersebut, karena ada Kaira yang tanpa ampun menusuk kepala para zombie. Dan berakhir tubuh mati itu bergelimpangan di bawah kakinya. Naomi dan Teresa sama-sama menatap ngeri ke arah gadis yang tanpa ragu membunuh para zombie itu. Lihatlah bagaimana dia meliuk-liukkan tubuhnya melawan para zombie itu bak aktris di film saja. Bahkan ekspresi puas yang tercetak di sana, seakan dia tak peduli bagaimana dirinya bermandikan darah di seluruh tubuhnya. Dia hanya berfokus untuk menghabisi para zombie yang datang menyerang.

Kaira seperti psychopat yang menghabisi mangsa yang diincar.

Sena meninju zombie terakhir yang dia lawan. Hingga zombie itu bernasib sama dengan teman-teman berdarahnya itu, berakhir jatuh dari lantai 4 dan hancur lebur di bawah sana. Sena mengernyit jijik. Tapi mau bagaimana lagi, toh mereka hanyalah mayat hidup yang sudah tak bisa berpikir layaknya manusia biasa. Tak ada rasa kasihan untuk keadaan saat ini.

Nafas Alena terengah-engah, setelah mengalahkan zombie terakhir di hadapannya. Total 7 zombie yang dia habisi. Tongkatnya berlumuran darah saat inipun dengan pakaian sekolahnya. Alena berdecak sebal karenanya, sudah tak mandi berhari-hari, sekalinya mandi malah bermandikan darah. Dia mengedarkan pandangannya ke arah depan yang sudah bersih dari zombie. Err tidak bersih juga sih, soalnya banyak sekali tubuh mayat hidup itu yang bergelimpangan di lantai marmer sekolah mereka. Tapi, apa peduli Alena.

"Ayo kita segera naik ke rooftop sebelum mereka lebih banyak datang !" titahnya.

Mereka semua berlari meninggalkan Kaira yang sedikit tertinggal di belakang. Tenaganya cukup terkuras melawan para zombie yang datang menyerang, sukses membuatnya sekarang terengah-engah bukan main. Double sial karena kakinya yang sempat kram, kembali berdenyut sakit. Jadilah dia berjalan lebih lambat dari teman-temannya.

Bruk !

"Sialan !"

Kakinya dijegal seseorang dari belakang membuatnya jatuh mencium lantai marmer. Dia mengangkat kepalanya demi melihat pelaku kurang ajar yang melakukan hal itu. Dihadapannya berdiri Belva dengan wajah mengejek. "Ups, maafkan aku. Tapi yang kuat harus bertahan, sementara yang lemah harus disingkirkan" katanya dengan tawa mengejek sebelum meninggalkan Kaira yang mengepalkan tangan kesal.

Kaira langsung bangkit kala mendengar derap langkah cepat dari belakang. Sialan ! pasti Belva memancing para zombie itu ke arah mereka. Si anak manja itu akan menerima akibatnya nanti. Lihat saja, Kaira bisa pastikan itu. Para zombie itu tiba dan langsung berlari ke arah Kaira. Mengejar gadis yang langsung berlari dengan kencang tersebut. Mereka bak menemukan mangsa empuk yang siap disantap.

Kaira dengan cepat memacu kakinya meski terasa sakit bukan main. Dia melihat Belva yang tak jauh darinya, dengan cepat dia melajukan langkahnya. Dengan sengaja mendorong pundak Belva hingga tubuhnya terdorong ke depan jatuh terjerembab ke lantai lorong sekolahnya. Kaira tertawa bahagia melihat itu, "Belva kau harus belajar untuk tidak memancing amarah seseorang. Semoga kau selamat, SI KUAT. Yang LEMAH ini ingin menyelamatkan diri dulu ! Semoga beruntung sayang hahaha" pamitnya sebelum berlari kencang, meninggalkan Belva yang menggeram kesal disana.

Kaira tak memperdulikan nasib gadis itu. Masa bodolah dengan rasa belas kasihan, toh Belva melakukan hal yang sama. Bahkan dia sengaja melakukan itu untuk mencelakakan Kaira. Jadi, tak salahkan bila Kaira membalas dengan hal yang sama. Biar si gadis sombong itu belajar arti sebab akibat perbuatannya sendiri. Dan sebaiknya Kaira memacu langkahnya menaiki tangga menuju rooftop. Karena demi apapun derap langkah ribut terdengar di belakang sana.

Dia berhenti kala melihat teman-temannya yang berhenti di depan pintu rooftop. Teresa langsung menghampiri dirinya, mengecek apakah muridnya tersebut baik-baik saja. "Kamu kemana saja ? Kami khawatir kalian tidak melihatmu ada disini. Kamu tidak terluka kan ?" tanyanya beruntun.

Kaira menggeleng. "Tidak, Belva menarik jatuh kaki saya. Saya terlambat karena itu" ringisnya pelan.

"Astaga anak itu. Lalu dimana Belva ?" tanya Teresa.

Kaira mengangkat bahunya acuh. "Saya tidak tau. Kenapa kalian masih berdiam disini ? Cepat kita harus keluar karena Belva memancing para zombie itu kemari !" serunya.

Naomi menggeleng khawatir. "Tidak bisa, pintu rooftop dirantai."

Kaira mengumpat demi mendengar itu. Di atas tak jauh beda dengannya. Alena, Sena, Erden, dan Juno berusaha menghancurkan rantai yang menghalangi. Alena dan Juno yang terus menerus memukul rantai berkarat itu dengan tongkat dan sekop mereka, sementara Sena dan Juno yang menendang-nendang pintu besi tersebut. Suara ribut yang mereka buat, sukses memancing para zombie itu untuk hadir kesana.

Kaira langsung menusuk kepala zombie yang menyerang ke arahnya. Dibantu dengan Teresa dan Naomi yang masing-masing memukul mundur kepala para zombie tersebut. Sena yang mendengar keributan di tangga rooftop menoleh dan terkejut melihat para zombie yang hadir menyerang. Dia mengumpat pelan kemudian berlari ke arah Kaira, Naomi, dan Teresa.

"Sena ! Tangkap ini ! Gunakan dengan baik !" Cathleen berseru. Kemudian dia melempar payung yang dipegangnya ke arah Sena. Sena menangkap payung itu lantas membukanya dan menggunakan sebagai perisai mereka. Dirinya terdorong ke belakang kala para zombie itu mengganas mendorong payung yang ia pegang. Naomi hadir di sampingnya dan membantu Sena mendorong balik para zombie itu. Sementara, Kaira dan Teresa tetap berusaha menyingkirkan para zombie tersebut.

Keadaan makin mendesak mereka dengan banyaknya zombie yang datang ke tangga rooftop. Mereka mengganas melihat kesembilan orang yang panik karena rantai pintu rooftop belum juga berhasil dihancurkan. Alena yang kesal langsung menarik sekop yang dipegang Juno dan menyerahkan dengan kasar tongkat softballnya. "Brengsek ! Siapapun yang menaruh rantai ini terkutuklah kalian ! Semoga hari kalian senin terus !" umpatnya kesal. Dengan sekuat tenaga dia menghantam ujung sekop pada rantai itu. Beberapa hentakkan terakhir rantai itu berhasil dihancurkan oleh Alena yang mengamuk marah.

Erden langsung membuka pintunya dan berlari keluar dengan kursi roda Cathleen. Carlos langsung berlari menyusul dengan Cathleen di gendongannya. Alena menatap panik ke arah teman-temannya yang mulai kewalahan di bawah sana. "Cepat ! Pintunya sudah terbuka !" dia berteriak memberitahu.

Kaira dan Teresa langsung membantu Sena serta Naomi untuk mendorong mundur para zombie itu, sehingga mereka bisa berlari ke arah pintu rooftop. Dengan sekuat tenaga mereka kerahkan untuk mendorong kawanan zombie itu dan beruntunglah itu berhasil. Mereka berempat berlari dengan cepat ke arah pintu. Sesekali Kaira dan Sena berbalik untuk menyingkirkan zombie yang datang mendekat.

Selepas Sena berhasil melalui pintu rooftop, Alena langsung menarik handle pintu kemudian menutupnya dengan kencang. Dia nyaris saja diserang sesosok zombie, namun dengan sigap Sena memukul kepala si zombie dengan payung yang dia pegang. Keduanya masih memegang handle pintu berjaga-jaga bila para zombie yang mengamuk di balik pintu menerobos masuk. "Ambil apapun yang ada disini untuk mengganjal pintu ini !" Sena memberikan perintahnya.

Dengan sigap, kelima orang yang masih terengah-engah disana mengambil kursi dan meja yang tak terpakai disana. Menggunakan itu sebagai penyanggah jaga-jaga pintu rooftop. Setelah berhasil menata semuanya sebagai dinding pertahanan, mereka semua bisa bernafas dengan lega untuk saat ini.

-Kkeut

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!